Sabtu, 16 Februari 2013

Koarmatim Ledakkan Ranjau Peninggalan Jepang

http://www.jurnas.com/fototmp/detail/64780-83049-0-4246-14f061daa44146f349eab601bd493df1.jpgTim Satgas Demolisi terdiri dari personel Satran Koarmatim, satu tim Satkopaska Koarmatim, satu tim penyelam selaku Pam SAR laut serta personel dari Labinsen dan Arsenal melaksanakan penghancuran ranjau, Sabtu (16/2) di Batang, Jawa Tengah.

Ranjau laut yang masih aktif itu memiliki berat 384 kilogram, berat peledak 179 kg, diameter 86 cm dan memiliki tinggi 114 cm tersebut berhasil diledakkan dengan sempurna. Begitu meledak, terdengar suara ledakkan yang menggelegar dan asap hitam pun membumbung tinggi ke langit Batang.

Peledakaan ini disaksikan langsung oleh Pangarmatim Laksamana Muda TNI Agung Pramono, S.H., M. Hum beserta staf, Bupati Batang Yoyok Sudibyo, Komandan Lanal Tegal serta Muspida setempat.

Menurut tim dari Labinsen, diperkirakan ranjau laut ini merupakan sisa peninggalan Jepang pada era Perang Dunia II yang disebarkan di perairan Laut Jawa. Setelah diteliti ranjau ini ternyata masih aktif. Hal ini dikarenakan bahwa semua jenis ranjau yang ada di dunia bahan peledaknya tidak akan pernah rusak walaupun bertahun-tahun di dalam tanah maupun di dalam laut.

Pada kesempatan itu, pengamanan dilakukan di daerah peledakan ranjau secara melingkar 360 derajat dengan pusat tanggul peledakan sejauh 1000 m dari lokasi peledakan. Warga pun dihimbau agar tidak mendekat dengan radius 3000 m.

Berdasarkan siaran pers Dinas Penerangan Koarmatim, informasi mengenai ranjau tersebut bermula pada hari Selasa tanggal 12 Februari 2013 dimana Posal Sigandu, Batang, yang berada dibawah jajaran Pangkalan TNI Angkatan Laut (Lanal) Tegal, Jawa Tengah menerima laporan dari warga desa Petodanan, Kecamatan Batang, Kabupaten Batang, Jawa Tengah. Warga melaporkan perihal ditemukannya sebuah benda bulat mencurigakan di perairan pantai Secepit, Batang.

Mendapat laporan tersebut, personel Pos Pengamat TNI Angkatan Laut (Posal) Sigandu dibawah pimpinan Pelda Saa Sukadirin, melaksanakan pengecekkan ke lokasi.

Setelah diadakan pengamatan ternyata benda bulat tersebut diduga kuat adalah ranjau laut. Sebelum melapor, warga sempat mengira benda itu hanya barang rongsokan atau besi tua dan sempat berpikiran untuk membelah benda tersebut lalu dijual.

Laporan ini kemudian diteruskan ke Lanal Tegal.Kemudian Komandan Lanal Tegal Letkol Laut (P) Joko Triwanto membentuk tim untuk melaksanakan pengamanan ranjau dan bekerja sama dengan Kodim/0736 Batang, Polres Batang dan Pemerintah Daerah Batang.

Pengamanan dilaksanakan untuk memantau ranjau agar tidak terbawa air laut atau terseret gelombang air laut karena posisi ranjau berada di pinggir bibir pantai. Selain itu tim ini juga melaksanakan penjagaan di sekitar lokasi agar masyarakat sekitar tidak mendekat dengan memasang garis polisi.

Informasi penemuan ranjau laut ini kemudian diteruskan ke Panglima Armada RI Kawasan Timur (Pangarmatim) Laksamana Muda TNI Agung Pramono, S.H., M.Hum dan ditindak lanjuti dengan membentuk Satgas peledakkan ranjau dan selaku Komandan Satgas Peledakan Ranjau adalah Komandan Satuan Kapal Penyapu Ranjau Koarmatim Kolonel Laut (P) Benny S dan Asintel Danguspurlaarmatim Kolonel Laut (P) Yeheskiel Kantiandhago selaku Wadan Satgas sekaligus selaku Katim Eksekutor Ranjau beserta tim dari Arsenal.

  ● Jurnas 

Lanud Gading Segera Difungsikan

Playen  Jika tidak ada aral, tahun ini Lanud Gading, Playen digunakan sebagai pangkalan TNI AU. Pesawat latih dari Jogjakarta akan banyak beterbangan di sana. Masyarakat diminta menjaga keamanan aset negara tersebut.Kepala Dinas Operasi Lanud Adi Sucipto Kolonel Penerbangan Minggit Tribowo mengatakan persiapan operasionalisasi masih terus dilakukan. Sekarang, pihaknya tengah menunggu perlengkapan navigasi dari dinas perhubungan. Sebab pembangunan bandara ini hasil kerjasama TNI AU dan pemerintah daerah. “Harapannya, kalau sudah selesai, tahun ini akan segera kami fungsikan,” katanya di sela memantau terjun payung Paskhas TNI AU di Lanud, Gading, Playen (14/2). Pemanfaatan Lanud Gading sebagai pangkalan TNI AU dengan pertimbangan Lanud Adi Sucipto sudah terlalu padat. Mengenai terjun payung, Minggit mengatakan pesertanya 52 penerjun Paskhas dan 11 tim Federasi Aero Sport Indonesia (Fasi) dibawa dengan pesawat Hercules. Selain menjajal pangkalan udara, terjun payung juga sekaligus mengenalkan kepada masyarakat bahwa ada fasilitas lapangan udara di Gading. “Kami berharap masyarakat menjaga kemananan karena ini merupakan aset yang kami kelola,” pintanya.

Terjun payung melibatkan penerjun statis dan penerjun freefall. Penerjun statis, begitu terjun dari pesawat parasutnya langsung mengembang. Teknik ini ditujukan untuk taktik militer, merebut pangkalan sehingga terjun tidak terlalu tinggi. “Kalau freefall, mengutaman kesenyapan supaya tidak diketahui musuh,” terangnya.

Atraksi langka di Gunungkidul itu menjadi tontonan masyarakat setempat. Tak hanya orang dewasa, nampak anak-anak antusias menyaksikan pertunjukan dari penerjun TNI AU. Salah seorang siswa SD Kanisius, Beji, Playen, Andi Agata mengaku senang dengan tontonan terjun payung. Dia datang dengan puluhan temannya sejak pukul 07.30.

Bahkan, saking cintanya dengan TNI AU, sejumlah pelajar SD berebut foto dengan para tentara. Menggunakan kamera ponsel, calon generasi penerus bangsa dari kota Gaplek asik berpose ala model. “Nanti akan saya tunjukkan kepada teman saya di rumah,” ucap pelajar yang lain sambil berlalu. (gun/iwa)


  ● RadarJogja  

Kapal Perang Asing Sering Melintas di Natuna

Batam  Kapal-kapal perang negara asing diduga sering melintas di Perairan Natuna, namun terkadang tidak terpantau. Untuk itu pemerintah pusat diminta memperketat pengawasan dan tidak menganggap sepele hal tersebut. Sebab, peristiwa ini semakin menunjukkan bahwa perairan Natuna memiliki nilai geopolitik yang tinggi.

Kepala Bakesbanglinmaspol Pemkab Anambas, Baharuddin Thalib, yang pernah bertugas di Pulau Subi, Natuna ini mengatakan hal itu kepada wartawan beberapa waktu lalu di Batam.

Kata Baharuddin perairan Natuna yang berbatasan langsung dengan Laut Cina Selatan ini selalu diincar oleh negara asing, atau banyak negara yang sangat berkepentingan dengan wilayah tersebut. Apalagi, lanjutnya, konflik kepemilikan Pulau Spratly yang diperebutkan Cina, Filipina, Vietnam dan Taiwan belum juga tuntas.

Meski demikian ia menambahkan, melintasnya kapal perang di perairan Natuna itu sekaligus menunjukkan upaya kekuatan negara asing di Laut Cina Selatan. Apalagi jalur laut ini memang jalur strategis.

Meski demikian di sisi lain, Baharuddin justru memuji TNI di lapangan yang setiap saat melakukan pencegahan bila kapal-kapal perang asing sudah masuk ke perairan Natuna.

Di tempat terpisah, Bupati Natuna Drs H Ilyas Sabli mengatakan, wilayah Natuna hingga saat ini masih aman dan terkendali. Belum ada gejolak ataupun tekanan dari negara asing.

"Saya pastikan Natuna ini masih sangat aman dan sangat terkendali, karena selama ini kan kita tahu bersama belum ada gejolak maupun tekanan yang berasal dari luar,” katanya tegas.

Meski demikian jika ada isu peraiaran Natuna rawan diklaim negara asing, Ilyas mengaku hingga saat ini belum ada tanda-tanda yang menunjukkan perairan Natuna sebagai daerah rebutan negara luar.

"Saya rasa kalau ada negara asing yang mengklaim peraiaran Natuna akan dikuasai mereka, itu hanya sekedar isu. Natuna ini masih sangat aman sekali. Belum ada tanda-tanda yang kita lihat yang berdampak pada konflik antar negara," ujarnya.

Namun demikian lanjut Ilyas, bagaimanapun juga informasi maupun isu konflik tersebut adalah untuk membangun semangat Kesatuan Republik Indonesia khususnya dikalangan masyarakat Natuna.

"Walaupun itu hanya sekedar isu, tapi kita semua mesti mengambil pelajaran seraya berbenah diri dengan cara membangun kekuatan baik ekonomi, pengetahuan, keterampilan dan lain sebagainya, sehingga kita benar-benar kuat untuk menghadapi gejolak yang datang dari luar,” paparnya.

Seperti diberitakan sebelumnya, Juni 2009 lalu, kapal induk USS Ronald Reagen, dua kapal destroyer, dua kapal frigate, satu tanker minyak memasuki kawasan alur laut Kepulauan Indonesia (ALKI). Lokasi tepatnya di antara perairan Pulau Laut dan Pulau Subi, Natuna. Meski demikian kebaradaan enam kapal itu terlacak monitor Satuan Radar 212 TNI-AU di Batam.

TNI AU pun langsung berkoordinasi dengan TNI AL Ranai dengan menerbangkan pesawat cassa TNI-AL untuk mengintai keenam kapal perang AS tersebut. Hasilnya, keenam kapal dengan persenjataan lengkap dan serba otomatis itu memang berjalan beriringan di perairan Indonesia.

Tanpa melakukan tindakan apa pun, pesawat pengintai TNI AL terus memantau pergerakan iring-iringan kapal perang AS itu. Setelah tiga jam mengintai, tanpa disadari sebuah helikopter puma AS mendekati pesawat pengintai tersebut.

Sempat terjadi perdebatan. Namun, tidak berlangsung lama karena perlahan-lahan iring-iringan kapal perang AS itu menjauh dari perairan Indonesia.

Dari hasil pengintaian tersebut diperoleh data bahwa iring-iringan kapal perang AS terdiri atas kapal induk USS Ronald Reagen, dua kapal destroyer, dua kapal frigate, satu tanker minyak. Kapal induk USS Ronald Reagan itu mengangkut puluhan pesawat tempur.

Keberadaan enam kapal perang AS di Laut China Selatan itu sekaligus menunjukkan upaya AS untuk melakukan kontrol kekuatan Cina di Laut China Selatan. Sebab Cina sudah mengarah kepada kekuatan adi daya. Sehingga AS perlu melakukan perimbangan kekuatan di Laut Cina Selatan. Apalagi jalur laut ini memang jalur strategis.[mes]


  ● Inilah  

RI - Australia Jajaki Kerja Sama Pendidikan Geosmery

 Jakarta Indonesia dan Australia melalui masing - masing angkatan udaranya sedang menjajaki kemungkinan kerja sama pendidikan bidang geospasial dan imagery (Geosmery). "Adanya rencana ini yang secara rinci akan dibicarakan lebih lanjut pada kesempatan Airman To Airman Talk tahun 2013," ujar Kepala Staf TNI Angkatan Udara (KSAU), Marsdya TNI Ida Bagus Putu Dunia di Mabesau, Jakarta, Kamis (14/2).

Penjajakan kerja sama Geosmery terungkap saat KSAU menerima kunjungan kehormatan Atase Pertahanan Udara (Athanud) Australia Group, Captain Sean Unwind dan asistennya Markus Bangley di Mabesau Jakarta.

Dalam pertemuan itu, KSAU didampingi Aspam KSAU Marsda TNI Kuswantoro, Sekretaris Dinas Penerangan TNI AU (Sesdispenau) Kolonel (Sus) M. Akbar Linggaprana dan Korsmin KSAU Kolonel (Pnb) Imran Baidirus.

Rencana kerjasama pendidikan bidang Geosmery diharapkan kedua angkatan udara bisa terwujud. Selama ini, kerjasama TNI AU dengan Angkatan Udara Australia (Royal Australian Air Force/RAAF) sudah terjalin lama dan harmonis dalam bidang pendidikan dan latihan.

Latihan bersama yang pernah digelar TNI AU dan RAAF, diantaranya latihan Albatros Ausindo, Latma Pitch Black dan Latma Rajawali Ausindo yang dilaksanakan setiap tahun dengan melibatkan pesawat - pesawat tempur dari skadron masing - masing angkatan udara.

Sedangkan, Latma Elang Ausindo dilaksanakan setiap dua tahun sekali. "Meski dilakukan dua tahun sekali kita berharap subtansi dan kualitas latihan tersebut tetap terjaga," harap KSAU.

Dalam aspek pertahanan, Unwin yang pernah menjadi perwira siswa Seskoau tahun 2006 tersebut, mengakui pengaruh Indonesia di Asia Tenggara cukup besar. Ia mengharapkan menjalin kerja sama pertahanan dengan Indonesia, maka stabilitas disekitar Australia tetap terpelihara.

Kedua negara menyadari akan adanya manfaat hubungan dan kerjasama TNI AU dan RAAF sehingga sepakat untuk senantiasa meningkatkan kerjasama, baik secara kedinasan maupun personel.

Dalam kesempatan itu, Sean Unwin juga meminta ijin untuk rencana mengunjungi pangkalan udara di Indonesia, khususnya ke skadron udara terkait dengan adanya rencana penyelenggaraan seminar tentang operasi udara, operasi gabungan serta geospasial dan imagery khususnya bagi para penerbang di skadron udara. Sedangkan waktu dan tempat akan ditentukan kemudian.

Terkait rencana hibah dan transfarmasi pesawat jenis angkut Hercules C-130 yang akan dihibahkan pemerintah Australia kepada Indonesia, Sean Unwin menyatakan, kesiapannya untuk memperkuat armada udara TNI AU yang rencananya akan masuk pada akhir Mei 2013.

Secara terpisah, Komando Pertahanan Udara Nasional (Kohanudnas) dan Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia (LPPNPI) sepakat melakukan kerjasama pertukaran informasi dan pemanfaatan data operasi penerbangan sipil.

Penandatanganan MoU itu ditandatangani oleh Panglima Kohanudnas, Marsda TNI FHB. Soelistyo dengan Dirut LPPNPI di ruang pertemuan Mulawarman Ditjen Hubud, Jakarta, baru-baru ini.

  ● Suara Karya  

Bengkaknya BBM Operasional TNI Salah Pemerintah

 Jakarta  Anggota Komisi I DPR dari Fraksi Partai Golkar Fayakun Adriadi menyalahkan pemerintah dalam kasus pembengkakan penggunakan BBM bagi kegiatan operasional TNI. Itu karena Kementerian Keuangan tidak mendengarkan saran DPR.

Menurut Fakayun, alokasi kuota BBM untuk operasional TNI, itu semestinya menggunakan perhitungan kuantum, yaitu alokasi BBM berdasarkan kebutuhan operasional setiap kendaraan atau kapal perang TNI yang ada. Tidak dengan cara seperti yang dipakai saat ini, TNI mendapatkan jatah BBM untuk opersionalnya berdasarkan jumlah nominal saja. Sehingga saat harga minyak dunia harganya naik, itu akan mempengaruhi dan membuat susut jumlah kuota BBM. Karena BBM yang digunakan operasional TNI berdasarkan harga BBM normal.

"Alutsistanya nambah terus. Sementara BBM-nya dipatok berdasarkan Rupiah. Sementara BBM buat kapal perang itu harganya harga market. Jadi kalau harga minyak dunia lagi tinggi, otomatis jatah BBBM untuk TNI jumlah liternya menjadi sedikit karena dipatok rupiah. Jadi nggak bisa begitu dasar perhitungannya," tandas Fayakun Adriadi kepada JurnalParlemen Jumat (15/2).

Fayakun menanggapi laporan pihak TNI saat raker di Komisi I pada Selasa 5 Februari 2013 lalu bahwa telah terjadinya pembengkakan BBM untuk operasional sebesar Rp 7 triliun. Anggota Badan Anggaran ini mengatakan, seharusnya kebutuhan BBM untuk kapal perang itu menggunakan ukuran kuantum, dan Komisi I pun sudah minta agar penggunaan perhitungan BBM untuk TNI ini dengan motode kuantum. Namun hingga kini, Pemerintah dalam hal ini Kemenkeu, tidak juga memperhatikan saran dari Komisi I.

"Kita dari tahun-tahun kemarin, sudah minta itu (motode kuantum) dilaksanakan sesegera mungkin. Persoalannya kan Kementerian Keuangannya yang tidak mau pakai cara perhitungan kuantum. Nilai sebuah kedaulatan negara, apa bisa diukur dengan uang. Ini kan Menteri Keuangan ngukurnya kan untung rugi. Kalau menyangkut kedaulatan negara itu tidak ada istilah untung rugi," tandasnya.

Pada tahun 2012 lalu, pihak TNI pernah melaporkan akan terjadinya pembengkakan BBM untuk operasional sekitar Rp 6 triliun. Namun soal itu, menurut Fayakun, sudah ada pemecahannya. Masalah ini telah dibahas di Banggar dengan Menkeu, dan DPR minta masalah tunggakan BBM ini diselesaiakan di internal Pemerintah.

"Yang tunggakan Rp 6 trilun tahun lalu sudah diselesaikan. Kalau di pemerintah kan ada 'kantong kanan-kantong kiri'. Jadi tidak serta merta dihapuskan. Tetapi dilihat bahwa kebutuhannya itu, rasionalisasinya menjadi berapa. Jadi yang dulu tunggakannya Rp 6 triliun itu sudah diselesaikan. Dan saat ini muncul lagi Rp 7 triliun, sebagaimana yang disampaikan saat Raker dengan Panglima TNI dan 3 Kepala Staf TNI pekan lalu itu," ujarnya.

  ● Jurnal Parlemen  

Dengan Semangat Bara Api, SEMPU Laksanakan Escort Di Atas Laut Mediterania

escort laut2Blate Marjayoun, UN Posn 7-3, 09 Pebruari 2013, Satuan tugas POM TNI Kontingen Garuda XXV-E/UNIFIL (United Nation Interim Force In Lebanon) melaksanakan escort lewat jalur laut. Tim escort di bawah komando Letda Cpm Ibrahim Rahman beserta lima anggota melaksanakan escort kontingen Tanzania dari Sector West Military Police Unit di atas kapal “UN Luciano“ di laut mediterania Lebanon, Kamis (08/02/2013).

Setelah duty officer menerima permintaan Sector East UNIFIL untuk melaksanakan pengawalan atau escort kontingen Tanzania yang melaksanakan rotasi. SEMPU siap melaksanakan tugas pengawalan, escort yang dimulai dari proses loading kendaraan dan personil di laksanakan pada starting point di “Naqoura Sea port“. OIC traffic Letda Cpm Ibrahim Rahman menekankan kepada seluruh timnya untuk menjaga keamanan, keselamatan dan ketertiban selama melaksanakan escort di atas kapal “LUCIANO“ mengingat penugasan untuk pelaksaan escort lewat laut ini merupakan pengawalan yang pertama kali.

Walaupun escort di atas laut yang dimulai dari Naqoura Seaport menuju Beirut Seaport harus berhadapan dengan kondisi ombak pasang akibat angin kencang yang bertiup yang berkali kali ombak menghantam lambung kapal, Tim escort SEMPU yang di pimpin oleh TIM OIC traffic Letda Cpm Ibrahim Rahman tetap melaksanakan tugas dengan penuh dedikasi dan integritas yang tinggi.

escort laut3Mr. Pavis dari MOVCON UNIFIL (Movement Control United Nation Interim Force In Lebanon) menilai bahwa personil SEMPU merupakan Polisi Militer yang profesional dan berdedikasi dalam melaksanakan tugasnya, dan orang nomer satu di Movcon ini mengangkat topi yang setinggi tingginya atas suksesnya pengawalan yang berlangsung aman dan tertib selama pelaksanaan escort dari Naqoura Seaport sampai Beirut seaport.

Tidak hanya itu, Komandan kontingen Tanzania juga mengucapkan terima kasih dan apresiasinya kepada seluruh personil SEMPU terhadap kinerja dan profesionalisme dalam menjaga ketertiban anggota kontingen Tanzania.

Menurut OIC traffic, pujian dan pengharagaan yang telah diberikan oleh ketua MOVCON dan Komandan Kontingen Military Police Tanzania tersebut tidak membuat kita berbangga diri, tapi jadikan apresiasi tersebut sebagai “bara api“ untuk memacu seluruh personil SEMPU untuk melaksanakan tugas yang sebaik baiknya dalam melaksanakan tugas pada misi UNIFIL Lebanon.

Bapen Satuan Tugas POM TNI Kontingen Garuda XXV-E/UNIFIL
Serma Bah Eko Miratno
 
Written by Imam Fahrudin

  ● PKC-Indonesia 

Prediksi Pengadaan Alutsista MEF Tahap II

Prediksi pengadaan alutsista MEF Tahap II (Sisa target 62% Tahun 2015 sd Tahun 2019) Asumsi anggaran untuk 5 tahun sebesar US$ 20 milyar

Program modernisasi persenjataan TNI untuk memantapkan postur tentara modern sedang berlangsung menuju penyelesaian babak pertama.  Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro baru-baru ini mengatakan sampai dengan akhir tahun 2014 program yang dikenal dengan sebutan MEF (Minimum Essential Force) akan mencapai 38% dari nilai target MEF.  Itu artinya pada babak kedua nanti yang berlangsung selama 5 tahun berikutnya akan dikejar penyelesaian target 62% MEF yang digadang-gadang itu.

Pemerhati pertahanan UI Andi Widjajanto memprediksi bahwa anggaran militer untuk MEF kedua tahun 2015-2019 akan mencapai US$20 Milyar.  Kalau kita membandingkan dengan anggaran MEF  tahap I tahun 2010-2014 yang mencapai US$ 15 milyar dengan pencapaian 38%, maka angka 20 milyar dollar AS itu sebanding dengan target sisa 62% yang ingin dicapai.  Titik kritis dari perjalanan mencapai target 100% pada “babak kedua” nanti ada pada pengambil kebijakan yang nota bene pemerintahan baru pasca 2014. Jika pemerintahan baru nanti “senafas” dengan yang sekarang meski figur beda atau punya ide yang sama untuk menyelesaikan target MEF TNI, diniscayakan perjalanan MEF akan sesuai dengan harapan kita semua.

Proyeksi Anggaran Pertahanan RI menurut Andi Widjajanto

Berdasarkan itu maka prediksi perkuatan alutsista dan postur TNI pada tahapan kedua nanti boleh jadi akan bergambar seperti ini :

Ø  Pengadaan 1 Skuadron Sukhoi Family, peluang pada SU35 BM
Ø  Pengadaan 2 Skuadron dari jenis Typhoon atau Rafale
Ø  Pengadaan 1 skuadron F16 blok 52 tawaran hibah batch 2
Ø  Pengadaan 3 CN295 AEW
Ø  Pengadaan 3 pesawat angkut A400M
Ø  Pengadaan 4 pesawat angkut Hercules type J
Ø  Pengadaan 5 radar militer
Ø  Pengadaan 1 skuadron UAV batch 2
Ø  Pengadaan 4 pesawat intai taktis maritim CN235 MPA
Ø  Pengadaan 3 pesawat intai strategis maritim
Ø  Pengadaan rudal SAM jarak menengah untuk 10 hanud area
Ø  Pengadaan rudal anti kapal produksi bersama Cina –RI untuk KCR
Ø  Pengadaan rudal surface to surface Lapan-Pindad jarak 300 km
Ø  Pengisian penuh alutsista marinir  di Batam dan P Brandan
Ø  Penyelesaian final  pangkalan utama armada timur  di Sorong
Ø  Pengisian bertahap satuan marinir setingkat divisi di Sorong
Ø  Pengisian 180 KRI untuk alokasi 3 armada tempur laut
Ø  Pengisian penuh satuan kapal cepat rudal armada barat
Ø  Alokasi KRI untuk hotspot Belawan, Natuna, Tarakan, Kupang
Ø  Pengisian 1 skuadron tempur di Biak
Ø  Pengisian 1 skuadron tempur di Kupang
Ø  Pengisian 1 skuadron tempur di Gorontalo
Ø  Pengisian 1 flight tempur di Banda Aceh
Ø  Pengisian 1 flight tempur di Natuna
Ø  Pengisian 1 skuadron angkut berat Hercules di Makassar
Ø  Pengisian 1 skuadron helikopter Penerbad di Kalimantan
Ø  Pengisian 1 skuadron helikopter Penerbad di Papua
Ø  Pengisian 1 skuadron helikopter Penerbad di Sumatera
Ø  Pengadaan 3 Kapal Selam selain Changbogo
Ø  Pengadaan 5 Kapal Perusak Kawal Rudal
Ø  Pengadaan 6 Kapal Cepat Rudal 40 m
Ø  Pengadaan 6 Kapal Cepat Rudal 60 m
Ø  Pengadaan 3 Kapal LPD
Ø  Pengadaan 3 Kapal LST
Ø  Pengadaan Tank Amfibi BMP-3F batch 3 untuk 4 batalyon marinir
Ø  Pengadaan Panser Amfibi BTR-80A batch 2 untuk 2 batalyon marinir
Ø  Pengadaan howitzer 155m untuk 4 batalyon marinir
Ø  Pengadaan MLRS R-han 50 km untuk 6 batalyon marinir
Ø  Penambahan 2 batalyon rudal/roket TNI AD di Kalimantan
Ø  Penambahan 2 batalyon rudal/roket TNI AD di Sumatera
Ø  Penambahan 3 batalyon infantri TNI AD di Papua
Ø  Penambahan 1 batalyon kavaleri TNI AD di Kupang
Ø  Pengadaan Panser Anoa batch 4 untuk 10 batalyon TNI AD
Ø  Pengadaan MBT batch 2 untuk 2 batalyon TNI AD
Ø  Pengadaan Tank Medium batch 2 untuk 3 batalyon TNI AD
Ø  Pengadaan MLRS  Astross II batch 2 untuk 2 batalyon  TNI AD
Ø  Pengadaan meriam 155m Caesar batch 2 untuk 4 batalyon TNI AD
Ø  Pengadaan MLRS Rhan 50 km untuk 10 batalyon TNI AD
Ø  Pengadaan rudal SAM jarak pendek  30 obyek vital dan pangkalan

*****
(Jagvane  14 Feb 2013 / Dari berbagai sumber)

  Analisis  

Menjaga Kedaulatan Rupiah di Kepulauan

Jakarta  Hari Kamis (7/2/2013) tepat pukul 10.00, rombongan juru kasir Bank Indonesia berangkat dari Jayapura menuju ke Pulau Supiori di kawasan Biak, Papua. Dengan kawalan TNI Angkatan Laut, mereka berangkat menggunakan KRI Sultan Nuku. Rombongan ini membawa uang senilai Rp 7 miliar untuk menggantikan uang rupiah yang sudah tidak layak di kawasan pulau-pulau terkecil.

Untuk mencapai Pulau Supiori, dibutuhkan waktu tempuh selama sekitar 40 jam. Perjalanan yang cukup lama dan melelahkan. Apalagi berada di dalam kapal patroli TNI AL dengan gelombang air laut yang cukup tinggi. Guncangan kapal cukup keras sehingga beberapa anggota rombongan muntah- muntah.

Meski banyak tantangan yang harus dihadapi, rupiah harus tiba di Pulau Supiori. Saat melepas rombongan, Komandan Lantamal X Laksamana Pertama I Gusti Putu Wijamahadi mengatakan, kehadiran rupiah di pulau-pulau terluar Indonesia menjadi simbol penting bagi kedaulatan negara. ”Kita punya 17.499 pulau dan perbatasan langsung dengan 11 negara tetangga. Karena itu, kedaulatan negara harus dijaga betul,” katanya.

Dia menjelaskan, saat menghadapi sengketa perbatasan Sipadan-Ligitan dengan Malaysia, salah satu pertimbangan wilayah itu menjadi milik Malaysia karena mata uang yang digunakan adalah ringgit. ”Masyarakat di situ lebih suka menggunakan ringgit daripada rupiah. Jangan sampai itu terulang kembali. Ini menjadi tugas Bank Indonesia,” ujarnya.

Perjalanan ini menggunakan KRI Sultan Nuku dengan kecepatan jelajah 15 knot, dibantu 84 anak buah kapal. Kapal bernomor lambung 373 itu dibuat di galangan VEB Penne Werft GmbH Wplgast, Jerman Timur, tahun 1982. Saat itu, kapal diluncurkan dengan nama Waren-224. Setelah dibeli Pemerintah Indonesia, dibuat beberapa perubahan, hingga kemudian berganti nama menjadi KRI Sultan Nuku dan berada di jajaran satuan kapal ekskorta Armada RI Kawasan Timur.

Sultan Nuku adalah sultan dari Tidore yang terkenal dengan taktik perang dwimantra. Taktik tersebut berupa penggabungan perang gerilya di laut dan darat. Sultan Nuku juga dikenal sebagai diplomat piawai.

Sabtu (9/2/2013) pukul 07.00, rombongan mendarat di Pelabuhan Biak. Untuk bisa sampai ke Kabupaten Supiori, masih harus melakukan perjalanan darat selama sekitar 2,5 jam. Setiba di Supiori, para juru kasir segera menyiapkan uang yang ditaruh di dalam brankas. Dengan mengambil tempat teras Bank BRI setempat, mulailah juru kasir menawarkan jasa penukaran uang.

Tak lama kemudian, masyarakat pun berdatangan. Awalnya mereka masih bingung karena sebelumnya tidak pernah ada layanan penukaran uang. Begitu mengetahui, mereka pun berbondong-bondong membawa uang lusuh dan uang pecahan besar. ”Saya mau tukar uang Rp 1 juta pecahan Rp 100.000 dengan pecahan Rp 1.000, Rp 2.000, dan Rp 5.000,” kata Mochtar (52), pemilik warung makan.

Layanan teratur

Dia sengaja menukarkan uang pecahan besar karena selama ini kesulitan mencari uang pecahan kecil. Padahal, sebagai pemilik warung, dia harus selalu menyediakan uang pecahan kecil untuk kembalian. ”Memang bisa tukar di Bank BRI, tetapi pasokannya sering kali terbatas sehingga saya tidak bisa menukarnya. Saya penginnya ada layanan seperti ini secara teratur,” ujarnya.

Lain lagi dengan Hajas yang datang dengan tumpukan uang lusuh Rp 1.000 dan Rp 2.000. Menurut dia, uangnya itu adalah hasil penjualan toko kelontongnya. Namun, karena pembeli tidak mau menerima kembalian uang lusuh, ia menyimpannya di laci toko. ”Orang sini enggak mau dikasih uang yang jelek. Apalagi dikasih recehan,” katanya.

Tak hanya uang lusuh, uang edisi lama pun ditukar oleh masyarakat Supiori. Mariyam, misalnya, datang dengan membawa uang pecahan Rp 50.000 bergambar WR Supratman. Oleh juru kasir, uang itu langsung diganti dengan pecahan Rp 50.000 edisi terbaru. Ada juga yang salah persepsi. Seorang bapak datang membawa uang pecahan Rp 25 dan Rp 10 sen. Ia mengira uang itu bisa ditukarkan dengan nilai yang lebih banyak. ”Kami melayani penukaran sesuai nominalnya, Pak, tidak seperti pemburu barang antik,” kata juru kasir.

Selesai kegiatan di Supiori, rombongan bertolak ke Pulau Bras pada Sabtu sekitar pukul 17.00 dan tiba di pulau itu hari Minggu (10/2/2013) pukul 15.00. Kondisi pulau dengan pantai berpasir itu membuat kapal tidak bisa menepi. Di wilayah tersebut rombongan tidak turun. Hanya beberapa anggota pasukan TNI AL yang turun dari kapal. Mereka menggunakan sekoci untuk sampai di Pulau Bras. Mereka adalah prajurit jaga rutin di kawasan perbatasan. Biasanya mereka berjaga selama tiga bulan, setelah itu barulah ganti personel.

Wilayah Pulau Bras hanya dihuni sekitar 50 keluarga. Pulau Bras adalah pulau terluar Indonesia yang terletak di Samudra Pasifik dan berbatasan dengan negara Palau.

Dari Pulau Bras, rombongan melanjutkan perjalanan ke Sorong. Para wartawan yang turut dalam rombongan hanya mengikuti perjalanan sampai Sorong. Setelah Sorong, tim masih harus melanjutkan perjalanan ke Pulau Waigeo, Gebe, Jorongan, dan berakhir di Ternate. Sebelum menempuh perjalanan laut, tim BI juga meninjau kawasan perbatasan darat antara Indonesia dan Papua Niugini, yang terletak di Distrik Muara Tami, Skouw. Di kawasan tersebut, rupiah menjadi mata uang, baik di wilayah Indonesia maupun Papua Niugini, di sekitar perbatasan.

Menurut Kepala Departemen Pengedaran Uang BI Lambok Antonius Siahaan, menjaga ketersediaan rupiah dalam kondisi layak menjadi tugas penting BI. ”Uang yang kondisinya sudah tidak layak harus dikembalikan ke BI, termasuk dari daerah-daerah terpencil,” katanya.

Beberapa indikator uang tak layak edar yang digunakan BI adalah lusuh, berlubang, dan sobek tiga bagian. Uang tersebut dimusnahkan dan diganti dengan uang baru. ”Semakin banyak uang yang tidak layak, produksi uang baru juga bertambah, dan itu membuat biaya produksi naik. Karena itu kami berupaya agar biaya pencetakan uang bisa ditekan dengan meningkatkan kesadaran masyarakat dalam memperlakukan uang,” katanya.

Untuk menarik uang yang tidak layak edar, BI menggunakan jaringan perbankan dan kasir toko. Sayangnya, untuk daerah- daerah terpencil, keberadaan perbankan masih minim sehingga peredaran uang yang tidak layak sulit terpantau.

”Di wilayah Papua, misalnya, baru ada 9 bank umum dan 8 bank perkreditan rakyat dengan total 350 kantor cabang. Ini masih sangat kurang karena di sini ada 40 kabupaten, 29 kabupaten di Papua dan 11 kabupaten di Papua Barat,” kata Kepala Perwakilan BI Provinsi Papua dan Papua Barat Hasiholan Siahaan.

Kas keliling untuk menarik uang yang tidak layak dan sosialisasi keaslian rupiah di daerah terpencil dilakukan BI sejak tahun 2011. Lokasi pertama di perbatasan antara Indonesia dan Filipina (Pulau Marore, Miangas, Melonguane, dan Pulau Lirung).(ENY PRIHTIYANI)

  ● Kompas  

Jumat, 15 Februari 2013

TNI AU Minimalkan Pelanggaran Wilayah Udara

Tarakan  PRAJURIT TNI AU melaksanakan rangkaian kegiatan latihan dalam Operasi Tameng Petir dan Latihan Cakra di Pangkalan Udara Tarakan, Jumat (15/2).

Dalam latihan diskenariokan pelaksanaan force Down oleh satu flight Hawk 109/209 terhadap pesawat asing yang melintas di wilayah udara NKRI yang disimulasikan pesawat Boeing 737 dari Skadron 5 Lanud Sultan Hasanuddin, Makassar. Radar 225 Mamburungan mendeteksi adanya pesawat asing melintas tanpa ijin masuk wilayah Indonesia.

Pesawat asing itu kemudian dilaporkan kepada Komando atas. Tidak berselang lama Komando atas memerintahkan untuk mengidentifikasi jenis pesawat dan tujuan memasuki wilayah Indonesia. Dengan sigap pilot pesawat tempur Hawk melaksanakan take off menuju sasaran. Sempat melakukan komunikasi dengan crew pesawat asing agar segera keluar (pengusiran) meninggalkan wilayah Indonesia.

Namun crew pesawat tanpa ijin ini tidak mengindahkan peringatan yang di berikan. Dengan terpaksa pesawat asing diminta untuk mendarat di Pangkalan TNI AU Tarakan. Setelah mendarat, pasukan yang telah bersiap di appron langsung melakukan pemeriksaan dan pengamanan terhadap crew untuk diinterogasi.

“Latihan simulasi force down ini untuk menjaga kesiapan TNI AU khususnya Lanud Tarakan dalam menghadapi force down yang sesunggunhnya. Pelaksanaan force down seperti ini tidak mustahil terjadi di Tarakan. Semoga dengan latihan seperti dapat meminimalisir pelanggaran wilayah udara khususnya di daerah perbatasan,” kata Komandan Lanud Tarakan, Letkol Pnb Bambang Juniar D di sela-sela latihan seperti dilansir dalam siaran pers Dinas Penerangan TNI Angkatan Udara (Dispenau) yang diterima Jurnal Nasional, Jumat (15/2).

Selama kurang lebih seminggu ini, langit kota Tarakan diwarnai dengan atraksi pesawat tempur Hawk 109/209 dari Skadron 1 Pontianak dalam rangka Operasi Tameng Petir dan Latihan Cakra. Pemandangan ini menjadi hiburan tersendiri bagi masyarakat Kota Tarakan.

  ● Jurnas  

26 Tahun, RI-Singapura Jalin Kerja Sama Militer

kasau-sub Jakarta Indonesia dan Singapura telah menjalin kerja sama militer lebih dari 26 tahun, dan khususnya latihan bersama antara Angkatan Udara dengan Sandi Elang Indopura (Indonesia- Singapura). Kedua negara juga sepakat untuk terus meningkatkan latihan bersama yang bersifat strategis untuk menjaga kepentingan ekonomi, keamanan, dan politik kedua negara. Kerja sama kedua negara mengutamakan prinsip saling menguntungkan sebagai satu kesatuan kekuatan di ASEAN.

Hal itu mengemuka dalam pertemuan antara Kepala Staf TNI Angkatan Udara (KSAU), Marsekal Madya TNI Ida Bagus Putu Dunia dan Atase Pertahanan (Athan) Singapura, Kolonel Lawrence Teh Yew Kiat di Markas Besar Angkatan Udara, Jakarta, Jumat (15/2).

Kunjungan Atase Pertahanan Singapura perkenalan sebagai Atase Pertahanan yang baru di Indonesia. Saat menerima Athan Singapura, KSAU didampangi Wakil Asisten Pengamanan KSAU, Marsma TNI Yan Mangesa dan Sesdispenau Kolonel Sus M. Akbar Linggaprana.

Kerja sama militer RI-Singapura dalam bentuk latihan bersama antara Angkatan Udara kedua negara terakhir kali dilakukan di Sumbawa bagian selatan dan utara pada November 2012. Latihan itu melibatkan 200 prajurit baik dari TNI AU maupun Angkatan Udara Singapura, termasuk melibat pesawat tempur F-5 dan Hawk 100/200.

Kolonel Ten Yew Kiat yang pernah menjadi perwira siswa Seskoad dan lulusan Lemhanas 2012 ini menyatakan keinginannya untuk tetap mendukung kepentingan TNI AU. Diantaranya kerja sama penyiapan simulator F-5 untuk skadron udara sesuai rencana yang telah diprogramkan.

Pada hari yang sama, KSAU juga menerima kunjungan Atase Pertahanan Kamboja, Brigjen Yourath Mathseth. Kedua belah pihak bersepakat untuk meningkatkan hubungan kerja sama dan komunikasi antara kedua Angkatan Udara.

  ● Jurnas  

Indonesia dan AS Latihan Militer Bersama di Thailand

 Latihan 11 hari ini melibatkan 13.000 tentara dari tujuh negara.


Title #0Amerika Serikat dengan negara-negara sahabatnya di Asia kembali menggelar latihan militer tahunan, Cobra Gold. Latihan ini melibatkan Thailand sebagai tuan rumah, Singapura, Jepang, Korea Selatan, Indonesia, dan Malaysia.

Menurut kantor berita Reuters, latihan ini berlangsung selama sebelas hari dengan melibatkan sekitar 13.000 tentara dari tujuh negara. Pembukaan latihan berlangsung pada Kamis kemarin, yang ditandai dengan latihan serangan amfibi di dekat pantai Pattaya, ungkap stasiun berita Channel News Asia.

Penyerangan amfibi itu melibatkan lebih dari 300 personel militer Thailand dan AS. Tugas mereka merebut posisi musuh di pantai. Operasi militer itu juga didukung oleh sejumlah jet tempur F-18, Harrier, pasukan terjung payung serta pendaratan kendaraan amfibi Thailand dan Amerika.

Selama latihan militer bersama dengan sandi "Cobra Gold" tersebut pasukan militer Thailand, AS, Singapura, Jepang Korsel dan Indonesia akan ikut serta dalam latihan simulasi komputer seputar skenario pasukan penjaga perdamaian multinasional.

"Cobra Gold" telah digelar sejak 1981, saat itu sebagai latihan militer bersama tahunan antara Thailand dan AS ketika Thailand dianggap sebagai negara terdepan dalam menghadapi penyebarluasan komunisme di kawasan itu. Belakangan latihan ini juga mengikutsertakan beberapa negara lain, termasuk Indonesia.

Berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, Cobra Gold kali ini tidak saja latihan operasi militer. Para peserta juga berlatih bersama untuk operasi penyelamatan korban bencana alam dan penyaluran bantuan kemanusiaan. 

 Indonesia Ikut Latihan Militer "Cobra Gold" di Thailand 

Title #1

Title #2

Title #3

Title #4

Title #5
Sekitar 13.000 pasukan militer dari 7 negara ikut berpartisipasi pada latihan militer tahunan Cobra Gold 2013 di Provinsi Chonburi, Bangkok, Thailand, Kamis (14/2). Foto: Reuters/Chaiwat Subprason

Sekitar 13.000 pasukan militer dari 7 negara termasuk Indonesia ikut berpartisipasi pada latihan militer tahunan "Cobra Gold 2013" di pangkalan militer di Provinsi Chonburi, Bangkok, Thailand, Kamis (14/2). Selama latihan militer bersama dengan sandi "Cobra Gold" tersebut pasukan militer Thailand, AS, Singapura, Jepang dan Indonesia akan ikut serta dalam latihan simulasi komputer seputar skenario pasukan penjaga perdamaian multinasional. "Cobra Gold" telah digelar sejak 1981 sebagai latihan militer bersama tahunan antara Thailand dan AS ketika Thailand dianggap sebagai negara terdepan dalam menghadapi penyebarluasan komunisme di kawasan itu. Foto: Reuters/Chaiwat Subprasom

 Vivanews