Sabtu, 27 April 2013

KSAD Tinjau Kesiapan Pasukan Perdamaian di Sudan

Semarang • Kepala Staf TNI Angkatan Darat Jenderal Pramono Edhie Wibowo meninjau kesiapan pasukan penjaga perdamaian PBB yang akan dikirim ke Darfur, Sudan.

Kesiapan pasukan perdamaian yang akan diperkuat dengan tiga unit helikopter MI-17 tersebut digelar di Pangkalan Udara TNI Angkatan Darat Ahmad Yani Semarang, Sabtu (27/4).

Menurut Pramono terdapat 120 personel TNI AD yang akan dikirim ke Darfur sebagai bagian dari pasukan penjaga perdamaian PBB.

Dalam kesempatan itu, KSAD meminta para prajurit Angkatan Darat tersebut menjaga nama baik di mata dunia internasional.

"Jaga kesan baik, tunjukkan bahwa pilot Indonesia siap bertugas," katanya.

Ia menuturkan selama ini dunia internasional merasa puas terhadap prajurit Indonesia yang ditugaskan sebagai pasukan penjaga perdamaian.

"Jaga nama baik Indonesia, utamakan keselamatan diri," tambahnya.

Sementara itu, Komandan Pasukan Penjaga Perdamaian Indonesia Letnan Kolonel Eko.P menambahkan para prajurit yang akan dikirim ini sebelumnya sudah menjalani seleksi.

Ia menjelaskan selain kemampuan fisik dan militer, terdapat kemampuan khusus lain yang juga harus dimiliki, seperti kemampuan berbahasa Inggris.


Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD), Jenderal TNI Pramono Edhie (kanan) periksa pasukan di Pangkalan Udara Utama TNI AD (Lanumad) Ahmad Yani Semarang, Jateng, Sabtu (27/04/2013). Kedatangan Jenderal TNI Pramono Edhie ini untuk memantau persiapan 120 personel dari pasukan Garuda 35 A Unamid TNI AD dan tiga helikopter berjenis MI-17 v5 yang akan diberangkatkan ke Darfur, Sudan dalam misi menjaga perdamaian PBB pada Juli 2013 mendatang.


Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD), Jenderal TNI Pramono Edhie periksa persiapan helikopter berjenis MI-17 v5 di Pangkalan Udara Utama TNI AD (Lanumad) Ahmad Yani Semarang, Jateng, Sabtu (27/04/2013).


Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD), Jenderal TNI Pramono Edhie periksa persiapan helikopter berjenis MI-17 v5 di Pangkalan Udara Utama TNI AD (Lanumad) Ahmad Yani Semarang, Jateng, Sabtu (27/04/2013).


 Jangan Pulang Sebelum Waktunya 

Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Pramono Edhie Wibowo melakukan peninjauan kesiapan pasukan penjaga perdamaian PBB, di Pangkalan Udara TNI AD Ahmad Yani, Semarang, Sabtu (27/4/2013). Pasukan yang berjumlah 120 personel itu akan dikirim ke Darfur, Sudan. Selain pasukan, ada tiga unit helikopter MI-17 yang akan dikirim. Pengiriman pasukan beserta helikopter merupakan yang pertama kali dilakukan Indonesia. Oleh karena itu, Pramono meminta agar pasukannya menjaga nama baik Indonesia.

"Tunjukkan pasukan kita siap bertugas. Jaga nama baik Indonesia dan jangan sampai dipulangkan sebelum waktunya," katanya.

Pada kesempatan itu Pramono juga meninjau seluruh kekuatan helikopter yang  akan digunakan untuk latihan gabungan seluruh angkatan TNI di Indonesia. Latihan gabungan itu akan diselenggarakan pada 1-4 Mei 2013 di Jawa Timur.

"Pasukan dan helikopter kita dalam kondisi siap siaga, dan latihan bukan karena ancaman melainkan memang semua pasukan dan alutsista harus siap setiap saat," ujar Pramono.

Sementara itu, Komandan Pasukan Penjaga Perdamaian Indonesia Letnan Kolonel Eko P mengatakan, pasukan yang akan dikirim diberi nama Kontingen Garuda 35 A Unamid. Helikopter yang digunakan cukup canggih dan memiliki standar untuk digunakan dalam misi perdamaian PBB.

"Senjata ataupun helikopternya juga sesuai seleksi standar internasional. Ini pertama kali bagi Indonesia mengirimkan pasukan dan helikopter," ujarnya.

Pasukan perdamaian ini akan berangkat pada akhir Juli mendatang. Mereka akan bertugas selama satu tahun. Sejumlah persiapan telah dilakukan, terutama untuk menyesuaikan diri di mana pun mereka tinggal serta belajar kebiasaan di negara tersebut.

Eko menambahkan, pasukan dalam kontingen ini merupakan prajurit terpilih karena harus mengikuti seleksi seperti kemampuan bahasa Inggris, komputer, psikotes, dan kemampuan fisik.

    Aktual | Tribunnnews | Kompas   

TNI Kirim 120 Personel dan 3 Heli MI-17 ke Sudan

Jakarta Sekitar 25 unit helikopter milik TNI dengan spesifikasi beragam terlihat berjajar rapi di Lapangan Udara Utama TNI AD Ahmad Yani Semarang. Sementara itu Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Pramono Edhie berkeliling mengecek satu persatu kondisi helikopter.

Dari 25 unit helikopter tersebut, tiga di antaranya akan dikirim ke Darfur, Sudan bersama 120 personel sebagai pasukan penjaga perdamaian PBB pada bulan Juli mendatang. Helikopter yang akan dikirim berjenis MI-17 yang memiliki spesifikasi berstandar internasional.

Pengiriman pasukan beserta helikopternya ke luar negeri untuk menjaga perdamaian PBB tersebut merupakan yang pertama kalinya bagi Indonesia. Oleh sebab itu, KSAD mewanti-wanti agar pasukan yang dikirim bisa menjaga nama Indonesia dengan baik.

"Kamu (pasukan) adalah yang pertama, jadi jangan cederai TNI. Jangan sampai kesan bagus dari PBB terhadap kamu hanya kesan pertama," katanya dalam pengarahan di Lapangan Udara Utama TNI AD Ahmad Yani Semarang, Sabtu (27/4/2013).

Pasukan yang akan dikirim ke Darfur adalah pasukan Garuda 35 A Unamid. Mereka berseragam loreng warna cokelat. Komandan Pasukan Penjaga Perdamaian Indonesia Letnan Kolonel Eko menambahkan standar MI-17 yang akan dikirim sudah disesuaikan dengan standar dari PBB.

"Helikopter dan senjatanya memenuhi seleksi standar internasional," ujar Eko.

Pun demikian dengan pasukan yang akan diberangkatkan. Sebelumnya mereka harus melalui seleksi kemampuan bahasa Inggris, komputer, psikotes dan kemampuan fisik.

Selain mengecek persiapan pasukan Garuda 35 A Unamid, KSAD juga memantau kesiapan helikopter dan pasukan yang akan mengikuti latihan gabungan di Asembagus Jawa Timur pada tanggal 1 hingga 4 Mei mendatang.

"Satuan yang akan melaksanakan latihan gabungan yang akan dilakukan segera bersama-sama angkatan darat, laut, dan udara," terang Pramono.

Ia menambahkan, latihan gabungan tersebut bukan dikarenakan adanya ancaman. Namun sebagai TNI, sudah menjadi kewajibannya untuk bersiap diri.

"Saat ini kami menganggap bahwa tidak ada ancaman dari luar ,tetapi kami, satuan yang harus siap," tandasnya.

Jenis helikopter yang disiapkan baik untuk tugas ke Darfur ataupun latihan gabungan di Asembagus antara lain MI-17, M-35 yang dilengkapi senjata missile dan helikopter 412. Selama kurang lebih 45 menit, KSAD berkeliling memantau satu persatu helikopter dari kokpit hingga senjata.(alg/rmd)

   detik  

Pemerintah Kirim Tim Khusus untuk Pembelian Apache

Semarang Rencana pembelian helikopter (heli) serbu Apache bakal terealisasi. Sebab, dalam waktu dekat tim khusus Kementerian Pertahanan (Kemenhan) dan TNI AD sudah akan melihat beberapa varian heli ini.

Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD), Jendral TNI Pramono Edhie Wibowo mengatakan, rencana penguatan sistem persenjataan TNI dengan pembelian heli Apache ini tetap ditindaklanjuti pemerintah.

Sekarang prosesnya ada di Kemenhan, tetapi dalam waktu dekat ada tim khusus yang akan berangkat ke negeri Paman Sam, Amerika Serikat. Dari TNI AD tim khusus ini akan dipimpin Wakasad dan dari Kemenhan akan dipimpin Sekjen Kemenhan.

Tim khusus TNI AD dan Kemenhan ini, ia menjelaskan, akan melihat langsung beberapa pilihan sebagai pembanding untuk heli-heli yang akan datang. Menurut KSAD, ada banyak pilihan heli yang akan dilihat.

"Misalnya ada tipe Zulu yang merupakan Super Cobra spesifikasi serang/ serbu yang bisa menjadi pembanding," ujar Pramono, usai memberi pengarahan kepada pasukan latihan gabungan (latgab) TNI dan Satgas TNI untuk misi perdamaian Darfur, Sudan (UNAMID), di Lanumad Ahmad Yani, Semarang, Sabtu (27/4).

Selanjutnya, masih menurut KSAD, juga heli jenis Bell 412 yang akan dilengkapi dengan roket dan tentunya Blackhawk. "Yang jelas kalau Apache sudah akan dilihat bulan depan. Namun kalau Blackhawk masih kita koordinasikan," katanya menambahkan.

Sementara terkait dengan latihan gabungan (latgab) Matra TNI yang akan dilaksanakan pada Mei mendatang, Pramono mengakui, TNI AD akan mengerahkan Satuan Helikopter terbesar.

Latgab akan diawali dengan latihan parsiil (pralatgab), mulai 1 hingga 4 Mei mendatang di Asembagus, Kabupaten Situbondo, Jawa Timur. Satuan helikopter TNI AD, ini nantinya akan menjadi satuan untuk mendukung serangan udara satuan darat dalam gerak di lapangan.

Selain itu juga untuk mendukung mobilitas dan pemindahan pasukan secara cepat. Sedikitnya 10 helikopter jenis Bel 412, MI 17, MI 35 untuk bantuan serangan dari udara. Meski mengerahkan armada heli terbesar, latihan ini tidak terkait dengan adanya ancaman terhadap keutuhan NKRI.

Tetapi latgab ini merupakan upaya untuk meningkatkan kualitas dan kemampuan pasukan TNI. "Ini merupakan wujud kesiapan prajurit TNI dan kelanjutan dari latihan- latihan sebelumnya," kata Pramono menjelaskan.

   Republika   

Polisi Kepulauan Yapen Tewas Ditusuk OPM

Kepulauan Yapen • Kekerasan kembali terjadi di Papua. Seorang anggota Kepolisian Sektor Angkaisera, Kepulauan Yapen, Papua, Sabtu (27/4) sekitar pukul 01.30 waktu setempat ditusuk dadanya saat sedang tidur. Bripka Jefri Sesa, nama polisi itu, tewas karena mengalami luka cukup serius.

Menurut Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri Brigadir Jenderal Boy Rafli Amar, korban ditusuk oleh sekelompok orang yang diduga dari Organisasi Papua Merdeka (OPM). Kelompok ini merupakan buron kepolisian setempat. Diduga, kelompok ini sering memeras dan memalak perusahaan-perusahaan di wilayah Serui.

Saat kejadian, korban yang Kepala Unit Provost Polsek Angkaisera itu tengah tidur bersama istri. Tiba-tiba sekitar 10 orang mendatangi kediaman korban di Kampung Menawi, Kecamatan Angkaisera. Istri dan ipar korban mengalami luka serius. Istri Jefri Sesa dan ipar merupakan warga asli setempat.

Pelaku membawa kabur senjata V5 milik korban. Polres dan Polsek setempat sudah berada di lokasi kejadian. Diduga, motif penusukan ini karena kelompok tersebut tidak senang dengan korban. Aparat kepolisian setempat pernah memberikan bantuan pengamanan pada perusahaan yang diperas dan dipalak.

Menurut aparat kepolisian setempat, selain memalak perusahaan kelompok ini diduga pernah membakar Polsek Angkaisera tahun 2010 dan menembak anggpota Polri tahun 2011. Boy menduga kelompok ini bersembunyi di hutan dan gunung Yapen.


   Metrotv  

Sengketa Laut China Selatan Uji Peran Indonesia

Jakarta • Persengketaan di laut China selatan yang melibatkan China dan sejumlah negara ASEAN menguji sejauh mana peran Indonesia untuk membangun rasa solidaritas kawasan dan mencegah terjadinya eskalasi konflik, kata seorang peneliti.

"Sebagai ketua ASEAN pada 2011, Indonesia terus memelihara visi hingga pembentukan komunitas ASEAN (2015,-red), namun kita akan lihat apakah dapat membawa kawasan pada sikap strategis koheren, dan kesatuan solidaritas politik untuk menjadi aktor ASEAN dalam menjaga keamanan kawasan," kata Peneliti Politik dan Hubungan Internasional Donald E. Weatherbee sebagaimana dikutip Antara.

Donald E. Weatherbee yang mendapat gelar profesor dari University of South California, mengatakan hal itu dalam pemaparan bertema Kemajuan Politik Luar Negeri Indonesia yang diselenggarakan Lembaga Persahabatan Indonesia-AS (Usindo) di Jakarta, Jumat (26/4).

Hal ini menjadi tantangan untuk Indonesia dalam melanjutkan kegemilangan politik luar negerinya. Weatherbee, yang lebih dari empat dekade telah melakukan penelitian di berbagai Universitas di Asia Tenggara, mengatakan kini usaha Indonesia dan negara-negara ASEAN untuk mencari jalan diskusi dengan China merupakan "permintaan yang sangat rumit".

"Anda tahu rumit melihat fleksibilitas pergerakan maritim China yang seakan menyebutkan bahwa memang tidak perlu ada peraturan. Tidak pernah ada isu yang mengakibatkan sengketa ASEAN seperti ini," ujarnya.

Namun, dia memuji peran Menteri Luar Negeri Indonesia Marty Natalegawa yang cekatan berdiplomasi di pertemuan ASEAN 2011 --saat diketuai Kamboja-- karena berhasil mendapat persetujuan untuk memulai pembahasan Laut China Selatan. Menurut Weatherbee, hasil pertemuan saat itu menyelamatkan "muka" ASEAN namun dalam bersamaan berhasil menjaga hubungan dengan China.

"Usaha terakhir Marty, mampu menyealmatkan ASEAN namun juga tidak menyerang China," ujarnya.

Dia menambahkan, Indonesia juga perlu mengingat kembali semangat persatuan yang ditularkan kepada ASEAN pada 1979, ketika Vietnam menginvasi Kamboja terkait sengketa perbatasan di Thailand.

Dia mengatakan, pada saat itu ASEAN dengan inisatif Menteri Luar Negeri Indonesia Mochtar Kusumaatmadja mengemukakan startegi garis depan yang memicu gerakan politik di Bangkok dan bantuan militer untuk menyelasaikan permasalahan itu.

"Namun, kini ketika China menantang Filipina dan Vietnam, mereka seperti ditinggalkan ASEAN secara politik," katanya.

"Sekarang ada 10 anggota ASEAN, yang mayoritas memliki perjanjian investasi dan hubungan baik dengan China dibanding solidraitas ASEAN," ujarnya.

Indonesia dan ASEAN kini sedang mendesak China untuk mendiskusikan permasalahan di Laut China Selatan dan segala potensi ekonomi di wilayah itu. Konfrensi Tingkat Tinggi ASEAN pada pekan ini di Brunei Darusalam menghasilkan kesepatakan untuk merencanakan pertemuan Menlu China dan ASEAN tahun ini di Beijing, China.

   Jurnas  

Dua Kapal Patroli Cepat Perkuat Jajaran TNI AL

Dalam memenuhi program Minimum Essential Force bagi TNI AL, untuk Satuan Tempur Patroli ditargetkan untuk memiliki 66 Kapal Patroli Cepat, jumlah ini adalah 3 kali lipat dari jumlah eksiting kapal patroli yang dimiliki saat program MEF digulirkan waktu itu.

TNI Angkatan Laut resmi menerima dua Kapal Patroli jenis PC-43, KRI Pari-849 dan KRI  Sembilang-850, produksi dalam negeri dari PT Palindo Marine, yang resmi diluncurkan pada Rabu (24/4), di Batam Kepulauan Riau.


Kedua kapal patroli berjenis PC-43 ini, memiliki panjang 43 meter, lebar 7,4 meter dengan kecepatan maksimal 24 knot, serta memiliki ketahanan dalam kemampuan layar selama empat hari.


KRI Pari 849

Rencananya KRI Pari-849 akan memperkuat jajaran Satuan Kapal Patroli (Satrol) Komando Armada RI Kawasan Timur, sedangkan untuk KRI Sembilang-850 akan memperkuat jajaran Komando Armada RI Kawasan Barat, di wilayah Pangkalan Utama Angkatan Laut (Lantamal) II Padang, Sumatera Barat.

Dalam peluncuran kedua kapal tersebut, Kepala Dinas Pengadaan Angkatan Laut (Kadisadal) Laksamana Pertama TNI Agus Setiadji secara simbolis memotong tali kapal sebagai tanda kedua KRI resmi diluncurkan.


KRI Sembilang 850 (All picture by Silep04)

Turut hadir dalam kesempatan tersebut, Wakil Asisten Perencanaan (Waasrena) Kasal Laksamana Pertama TNI Siwi Sukma Adji, Kepala Dinas Kelaikan Material Angkatan Laut (Kadislaikmatal) Laksamana Pertama TNI Ir. Harry Pratomo, Kepala Dinas Material Angkatan Laut (Kadismatal) Laksamana Pertama TNI Ir. Bambang Nariyono, serta pejabat terkait lainnya.


  ● TNI AL  

Asia-Pacific Combat Transport Helicopters

Chook maintainers hard at workAlthough military platforms continue to dominate the global helicopter market, this dominance is expected to reduce as platforms become more capable and ministries of defence look for commonality with existing fleets to save on maintenance costs and improve platform availability. Financial uncertainty and reduced defence spending is encouraging end-users to re-manufacture and upgrade existing platforms, rather than acquire new helicopters. This trend will be particularly evident across Europe and North America, traditionally the largest helicopter markets but according to a new report issued by the National Intelligence Council (NIC), by 2030 Asia’s spending power will outstrip that of the US and Europe combined.

New platforms procurement programmes will be driven primarily by the demand for multi-capable helicopters, with reduced logistic footprints and more sustainable designs. The need for utility helicopters will intensify, as these platforms become increasingly versatile. Despite ongoing fleet renewals, however, limited defence budgets will have a profound impact on the helicopter market across all end-user segments.

Original equipment manufacturers (OEMs) are having to focus on developing new platforms with cutting-edge improvements that support greater efficiency, but at lower life-cycle costs and Asia Pacific military aviation is seeing the effect of these developments.

At what at first sight might be at odds at these requirements is the fact that the most numerous combat transport helicopter in the region is the ubiquitous Mil Mi-8/17 Hip, with almost a thousand in operation in more than a dozen countries.

With the latest variant, the rugged Mi-17V-5 powered by two powerful TV3-117VM turboshaft engines, it is able to carry 36 fully armed troops or up to 4,000 kg (8.800 lb) of cargo including military vehicles loaded via its rear ramp. The Mi-17V-5 has an extremely good hot and high performance and the type continues to attract new customers.

The country with the largest Hip fleet is China with the PLA Air Force (PLAAF) operating more than 300 in various roles, and has recently ordered 50 more. The accredited production of the Mi-17 began in China in May 2008 by Mil Moscow Helicopter Plant JSC and Sichuan Lantian Helicopter Company, Sichuan when a total of 20 helicopters were built using the Russian Ulan-Ude supplied kits in 2008.

The second largest operator is India with the Air force, which has taken delivery of 130 Mi-8s, 93 Mi-17, and 50 Mi-17-IVs. India also ordered 80 Mi-17-V5 helicopters in December 2008 as part of a $1.34bn contract, and an additional 59 Mi-17s in August 2010. Deliveries to the Indian Air Force along with spare parts and associated equipments began in 2011 and are expected to be complete by 2014. The first batch of helicopters entered service with the IAF in February 2012 and the type has recently been deployed in support of the Indian Army and Police in their operations against Naxal guerillas in the ‘Red Corridor’ along the borders of Nepal and China.

Mi17-V5 TNI AD 
Other recent contract for the Hip include ten Mi-17Shs for the Malaysian Air Force, 12 for the Pakistan Army in addition to four donated by the US government to assist its anti-terrorist operations in June 2009. The Royal Thai Army announced a contract to buy six Mi-17s in October 2008 while the Indonesian Army have ordered six Mi-17-V5s to supplement the 12 already delivered. In July 2012, Sri Lanka placed an order with Rosoboronexport for 14 Mi-171 helicopters and others have been acquired by Bangladesh and Myanmar.

The US gave four Mi-17 helicopters to Pakistan to assist its anti-terrorism activity in June 2009. In December 2005, the Czech Army received 16 Mi-17SH helicopters as part of a debt settlement with Russia. These helicopters have been donated to the Army of Afghanistan. The first three were handed over in December 2007. The US Department of Defense (DoD) delivered the first four of 21 Mi-17s to the Afghan National Army Air Corps (ANAAC) in September 2009, later adding a further 12 Mi-17-V5 helicopters were delivered to the ANAAC by December 2010. In July 2012, The US Army placed a $171.4m contract with Rosoboronexport to supply 10 more Mil Mi-17V-5 helicopters for the AAF, although the US Congress is attempting to block this latest contract due to souring relations with Russia over its stance on Syria.

The second most popular theatre lift helicopter with Asia Pacific countries is the Sikorsky Black Hawk variants with more than 300 in the region’s inventories. Capable of carrying up to 14 fully armed troops, 1,200 kg (2,640 lb) internal cargo or a 3,600 kg (8,000 lb underslung load), the S-70A-9 Black Hawk serves with Australian Army, the S-70C with China’s PLA, the Kawasaki-built UH-60JA with the Japanese Ground Self-Defence Force (JGSDF), and the UH-60P with the South Korean Army.

Taiwan and Thailand have ordered 60 and four UH-60M Black Hawks respectively and 12 S-70is are being delivered to the Brunei Air Force with Sikorsky confident that there are more orders in the pipeline.

In the heavy lift category, the Boeing CH-47 Chinook, now in its 50th year of production, is the clear winner in the region. Whether carrying up to 55 fully armed troops or a 12,500 kg (28,000 lb) underslung load, the Chinook has proved to be the workhorse of choice for ISAF in Afghanistan with more than 250 in service with Asia Pacific armed forces. These include the Australian Air Force, which is replacing its CH-47D fleet with seven CH-47Fs, the GSDF with more than 60 Kawasaki-built CH-47Js, the Singapore Air Force and Taiwan Army with CH-47SDs, the South Korean Army with 16 CH-47Ds and six MH-47Es and the Royal Thai Army with a fleet of six CH-47Ds.

It has been announced that Indian Air Force officials have begun negotiations for the $1 billion purchase of 15 Boeing CH-47F Chinook heavy-lift helicopters. Boeing’s twin-rotor Chinook was chosen recently as the preferred bidder over Russia-based Mil Moscow Helicopter Plant’s Mi-26 marking a shift for India away from its traditional supplier, Russia.

The IAF has operated a fleet of ten Mi-26 heavy lifters since the 1980s but latest variant of the type, which is capable of carrying up to 80 fully armed troops or carrying a 20,000 kg (44,000 lb) payload, only small number have been acquired in the region, including two each by the armies of Cambodia and North Korea, and four by China’s PLAAF.

The troops and Equipment transport remains the primary role of these helicopters, in response to increased versatility, secondary roles are being adopted which include, Combat Search and Rescue (CSAR), special forces support and reconnaissance. All of these roles have been taken on, in one form or the other, by the iconic military utility helicopter, the Huey. More than 500 Huey variants, ranging from the Bell UH-1B to the 412, carry up to 12 fully armed troops or 2.500 kg (5,500 lb) payload, are operated in the Asia Pacific region. These include the JGSDF Fuji-built UH-1J and the Indonesian Army’s Nurtanio-Bell NB412 while South Korea, Taiwan and Thailand operate large fleets of ageing UH-1Ds which require replacing. The South Korean Army has selected the Korea Aerospace Industries Ltd (KAI) Surion as a Huey replacement and in March 2012 Kawasaki Heavy Industries, Ltd. announced that it had received an order for a new multipurpose helicopter from the Japan Ministry of Defense (MOD), the UH-X, to replace the Huey.

 AS332 Super Puma TNI AU
However, the Huey and its intended replacements, which include the PZL-Swidnik W-3 Sokol and AgustaWestland AW149, are in the light to medium-class of combat transport helicopters. Further up the scale are two new types currently entering service in the region, the Eurocopter EC 172 and NH90 TTH. Building on a solid foothold attained by its AS 332/532 Super Puma, over 80 of which are operated by Pakistan and Singapore, each with more than 30 in service, with others operated by Bangladesh, Indonesia and South Korea, Eurocopter is beginning to make headway with its EC 225/725 medium multipurpose helicopters.

Building on the successful operations by French Air Force EC 725 Caracals in Afghanistan primarily fulfilling the CSAR role, but also undertaking troop transport and reconnaissance missions. Capable of carrying 28 fully armed troops or a 7,500 kg (10,475 lb) underslung load, the EC 725 is equipped with a FLIR turret, air-to-air refueling probe, and has been evaluated in the fire-fighting role.

The first EC 725 helicopter for the Royal Malaysian Air Force were formally handed over in November 2012 and the second unit scheduled for delivery three months ahead of schedule. Malaysia is to receive a total of 12 EC725s through 2014, creating a highly capable fleet of rotorcraft for CSAR and combat transport missions to replace its long-serving Sikorsky S-61A-4 Nuris.

In supporting the deliveries of Malaysia’s EC725s Eurocopter Malaysia subsidiary will double its capabilities by moving from its main facility in Subang to a new, expanded site within the Malaysian International Aerospace Center in early 2013. Additionally, Eurocopter is including the integration of the country’s industry into its global supply chain, the creation of joint ventures with local companies to establish an in-country maintenance, repair and overhaul (MRO) facility, as well as the development of a regional full-flight simulation center. The full-flight simulation centre will be used for training Royal Malaysian Air Force crews and made available for other military operators of the medium-lift EC725/EC225 helicopter family in the Asia Pacific region.

EC725 
Indonesia has ordered six EC 725s and Thailand four while the Taiwan Air Force and Vietnam Navy have acquired small numbers of EC 225s dedicated to SAR missions.

Eurocopter is also part of the NATO Helicopter Industries (NHI) consortium that produces the NH90 multipurpose helicopter entering the market with its Tactical Transport Helicopter (TTH) variant. Plagued by a protracted development and production delays, the NH90 did not make its operational debut until the end of 2012 when five Italian Army Aviation TTHs were deployed to Herat in Afghanistan. Four German NH90s, two of which equipped with Forward Air Medical Evacuation kits, while the other two will carry out the escort role for CASEVAC missions, will follow them in early 2013.

With a capacity of carrying 20 fully armed troops or the carriage of a 4,000 kg (8.820 lb) underslung load, the powerful fly-by-wire NH90 has been a slow burner in the Asia Pacific market, racking up only two contracts to date, one from the Australian Army Aviation Corps for 40 MRH-90 helicopters, and the other from the Royal New Zealand Air Force for eight NH90 TTHs to replace its UH-1H fleet.

In the long term Sikorsky is confident that its heavyweight CH-53K Future Stallion, being developed for the US Marine Corps, will attract customers looking to replace the CH-47, such as Japan and Singapore, while the US Army’s Joint Multi-Role (JMR) sector of its Future Vertical Lift Medium (FVL-M) programme aimed at developing next generation replacements for the UH-60 Black Hawk and CH-47 Chinook, will be watched with interest.

Komodo Untuk Pasukan Khusus

Bandung • Inilah penampakan panser Komodo varian khusus milik Komando Pasukan Khusus alias Kopassus. Seperti kita ketahui, Kopassus memesan sebanyak 2 unit varian khusus, yang nantinya akan dioperasikan oleh satuan penanggulangan teror, SAT-81 Gultor.

Dari informasi yang ARC dapatkan, varian ini memiliki sejumlah perlengkapan. Secara fisik, tampak bagian bemper diperkuat, sehingga mampu mendobrak beton. Terlihat juga tangga lipat pada bagian atap kendaraan, yang tentunya berfungsi untuk infiltrasi gedung atau pesawat.

Selain itu, Komodo Kopassus juga dilengkapi dengan kamera pendeteksi panas alias thermal camera. Kamera ini sangat berguna untuk mendeteksi pergerakan pasukan atau musuh di area minim cahaya. Ada pula 4 buah CCTV sehingga komandan mampu melihat situasi sekitar tanpa perlu turun dari kendaraan. Lebih lanjut, varian Kopassus juga dilengkapi 3 monitor untuk briefing, GPS, Kursi khusus, serta sabuk 4 titik.


Pindad sendiri telah menyelesaikan Komodo pesanan Brimob. Namun seusai pesanan Kopassus, bukan berarti Pindad bisa berleha-leha. 56 unit Komodo varian pembawa rudal Mistral pesanan Arhanud sudah menanti. Dan menurut informasi yang ARC dapatkan, proses pembuatannya pun sudah dimulai.


Disisi lain, Pindad juga harus segera bersiap diri. Pasalnya, dengan ditandatanganinya kontrak pengadaan meriam Caesar di Paris, Prancis, pada Selasa kemarin, Pindad harus siap dengan transfer teknologinya. Pindad sendiri nantinya akan membuat platform bagi kendaraan komando, komunikasi, radar dan meteo bagi meriam Caesar. Sebanyak 8 unit platform harus disiapkan Pindad. Komodo sendiri dibangun dengan sejumlah varian. Diantaranya varian V1 atau varian Intai, V2 varian APC, V3 varian Komando, V4 varian angkut rudal, V5 untuk varian khusus.

  ● ARC  

Persenjataan FPU Indonesia: SS2-V5

persiapan patroliFormed Police Unit (FPU) Indonesia di Darfur Sudan sudah pada kontingen yang ke 5, sudah banyak yang dilakukan dalam upaya mencapai perdamaian di missi gabungan antara PBB dan Uni Afrika yang disebut United Nations African Union Mission in Darfur (UNAMID), ada yang istimewa dalam kontingen ke 5 ini dengan diperkenalkannya senjata personal yang baru yaitu SS2-V5 buatan Pindad. Sekarang kita mendapat persenjataan produksi anak bangsa yang ternyata tidak kalah dengan buatan impor lainnya, atau setidaknya persenjataan FPU yang terdahulu yaitu STYER.Proses pergantian ini berjalan seiring dengan rotasi pasukan FPU 5 yang membawa senjata baru dan FPU 4 pulang membawa senjata yang lama, hal ini tidak menjadi masalah karena yang membawa pasukan ini satu pesawat carter.

Pindad_SS2

Secara umum gambaran Senjata Serbu (SS) seri SS2-V5 ini adalah:

Water point IDP Abu Souk

SS2-V5 dibuat pertama kali 2006 silam yang dikembangkan oleh pabrik senjata kebanggaan Indonesia PT Pindad mulai dari tipe SS2-V1, SS2-V2 dan SS2-V4, yang membedakan SS2-V5 dengan produk sebelumnya adalah panjang larasnya, dan SS2-V5 ini paling pendek diantara tipe lainnya, sebagai gambaran SS2-V5 paling pendek larasnya sedangkan yang paling panjang SS2-V4.

SS2-V5 didisain oleh PT Pindad untuk memenuhi kebutuhan senjata perang kota. Ukurannya lebih pendek, lebih ringan, nyaman dipakai, tahan terhadap kelembaban tinggi dan lebih akurat setelah mengoreksi sustain rate of fire.

SS2-V5 memiliki panjang laras 252mm. Bandingkan dengan SS2 V1 = 460mm, SS2 V2 = 403mm dan SS2 V4- 460mm. Dengan laras yang lebih pendek tersebut, membuat SS2 V5 juga memiliki panjang senapan paling pendek diantara seluruh varian SS2 yang rata rata memiliki panjang 920- 990mm. Sementara SS2 V5 hanya 770mm.

SS2-V5 memiliki popor senjata extended dan bisa dilipat, penambahan picatinny rail yang memudahkan telescope keluar-masuk, telescope lebih akurat dan front handle yang memudahkan pengoperasian senjata.

SS2-V5 memiliki tiga model fire mode: otomatis, single shot dan machine. Pindad mengaku telah mengujinya diberbagai medan sesuai standar TNI baik air sungai, rawa dan laut dan kekuatan karet.

SS2-V5 buatan 2012 mempunyai berat 3,39 kilogram ini sudah digunakan pasukan Korps Pasukan Khusus (Kopassus) serta diekspor ke sejumlah negara Afrika dan sekarang digunakan oleh pasukan perdamaaian kebanggaan Polri FPU-5.

SS2-V5 Pindad

Sekarang kita dengar comment dari Komandan Kontingen FPU 5, AKBP Reza Arief tentang senjata ini:

1. Dengan laras yang tidak terlalu panjang sehingga nyaman dibawa pada saat jalan kaki dan pada saat membawa kendaraan.

2. Akurasi tinggi pada saat penembakan, serupa dan senyaman pada saat menembakkan M16, akan lebih spesial lagi dengan menggunakan peluru 5TJ daripada menggunakan 4TJ buatan Pindah karena grain nya lebih besar.

3. Recoil nya (hentakan kebelakang akibat penembakan) sangat kecil dan halus dibandingkan pendahulunya SS1 varian pendahulunya bahkan lebih mulus dari M16 yang terkenal paling “halus”,  padahal secara teori semakin pendek laras akan semakin besar Recoilnya, terbukti dari beberapa senjata M16 yang dipendekkan  hasil recoilnya semakin besar.

4. Kekurangan yang dirasakan adalah di mekanik Trigger yang masih kurang stabil, kadang ringan tiba - tiba bisa agak keras mungkin ini disebabkan oleh material Spring yang kurang bagus. Walaupun demikian ketidak stabilan Trigger tidak terlalu mempengaruhi keakuratan bila digunakan untuk Combat Shooting maupun Tactical shooting mungkin sangat terasa apabila digunakan pada saat kompetisi.

5. Senjata ini mungkin dirancang menggunakan popor tetap bahkan sudah menggunakan adjustable butt produk magpul, tapi sayangnya masih menggunakan popor lipat yang dikunci untuk mencegah terlipat, permasalahannya penguncinya tidak permananen sehingga masih sering goyang, disarankan untuk dibuat paten sehingga lebih nyaman.

6. Kekurangan lainnya adalah Handcarry handle yang juga merupakan tempat dan pelindung pisir (rear sight) materialnya kurang kuat sehingga ada beberapa senjata yang bengkok karena jatuh tidak disengaja.

7. Kelebihan dari senjata ini adalah sudah mengadopsi rail System, Ato Piccatinny sehingga tidak perlu modifikasi tambahan jika hendak memasang accessories lainnya seperti Alat optik, Senter, Laser Pointer maupun Rail Cover, semuanya kompatibel dengan yang ada di pasaran produk apa saja asalkan mempunyai Rail System.

moon shop

Tugas FPU 5 akan berakhir hingga bulan Oktober 2013, kita doakan bersama agar dalam bertugas di UNAMID Darfur Sudan tidak menemui kendala yang berari, dan pasukan sebanyak 140 orang ini bisa kembali dengan selamat.

  ● Kompasiana  

Jumat, 26 April 2013

Ekspedisi NKRI Ajang Silaturahmi TNI-Sipil

Kolaka Komandan Jenderal (Danjen) Kopassus Mayjen TNI Agus Sutomo menyatakan bahwa ekspedisi NKRI untuk koridor Sulawesi sejauh ini berlangsung aman dan lancar. Hal itu diungkapkan Agus saat mengunjungi posko utama ekspedisi NKRI koridur Sulawesi di lapangan Watalara di Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara.

Dalam kesempatan ini, Agus juga menegaskan bahwa ekspedisi NKRI dilaksanakan untuk mengetahui potensi daerah yang terlewati. Hasilnya nanti akan disebar ke instansi pemerintah, termasuk pemda setempat. Ditegaskan pula dengan adanya ekspedisi ini, semua pihak yang terlibat mulai dari TNI/Polri hingga sipil bisa bekerja sama dengan baik.

"Sebenarnya ekspedisi itu hanya nama saja. Kita pasti punya tujuan yang baik dan benar dalam kegiatan ini. Kebetulan Kopassus dapat tugas khusus dari bapak Panglima Angkatan Darat. Memang sejauh ini sekitar satu bulan lebih semua berjalan dengan aman. Dalam hal ini saya bertanggung jawab penuh, termasuk hasil dari kegiatan ini. Kita akan kumpulkan data apa yang kurang dari kegiatan ini, semua masih dalam proses, yang jelasnya sejauh ini semua masih berjalan aman dan terkendali," ucapnya, Jumat (26/04/2013).

Dia juga menambahkan inti dari kegiatan ini adalah menjalankan amanah Undang-undang TNI, salah satunya ikut membatu masyarakat dan pemerintah daerah serta pusat.

"Dalam undang-undang TNI itu diatur jelas masalah kegiatan nonperang. Ini kan kita dalam kondisi aman. Kegiatan ini tujuannya sangat bagus sebagaimana kita bisa mengetahui hasil yang didapatkan. Dan tentunya berguna bagi seluruh pihak," katanya.

Menurutnya, ekspedisi ini juga bernuansa akademis dan sosial. "Dengan kata lain ini adalah kegiatan silaturahmi nasional antara sipil dan pihak TNI serta Polri. Peneliti dan ahli di bidang masing-masing kita libatkan juga dalam kegiatan ini. Banyak temuan di lapangan seperi flora dan fauna, termasuk geologi seperti gua yang berisi banyak tengkorak," jelasnya.

Di tempat yang sama, Sekretaris Daerah Kolaka Ahmad Safei mengakui bahwa kegiatan ini bisa membantu pengembangan sumber daya alam serta pemda sendiri.

"Kami jelasnya sangat terbantu dengan adanya kegiatan ini. Seperti nanti pada hasil akhirnya kita bisa mengetahui secara luas potensi apa saja yang ada di Kolaka yang selama ini belum kita ketahui," tutupnya.

   Kompas  

27 Kapal Perang Koarmatim Terlibat Latihan Gabungan TNI 2013

Surabaya • Sebanyak 27 Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) yang berada di jajaran Koarmatim akan terlibat Latihan Gabungan (Latgab) TNI tahun 2013 dalam waktu dekat. Unsur kapal perang tersebut ditinjau Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana TNI Dr. Marsetio pada saat Apel Gelar Kekuatan TNI Angkatan Laut di Dermaga Koarmatim, Ujung, Surabaya, Jum’at (26/04). Apel gelar kekuatan laut tersebut dalam rangka Latihan Gabungan (Latgab) TNI tahun 2013, yang akan dilaksanakan dalam waktu dekat.

Selain 27 kapal perang dari Koarmatim, TNI AL juga mengerahkan 15 kapal perang dari jajaran Koarmabar 9 KRI dan Kolinlamil 6 KRI, sehingga jumlah keseluruhan kapal perang yang dikerahkan sebanyak 42 kapal perang.

Kapal perang koarmatim terdiri dari berbagai jenis diantaranya kapal kombatan jenis Kapal Perusak Kawal Rudal, SIGMA, kapal selam, kapal amfibi dan Landing Platform Dock (LPD) Kapal Cepat Rudal (KCR) dan Kapal Cepat Torpedo (KCT), Kapal Buru Ranjau (BR) dan Penyapu Ranjau (PR), Kapal Patroli Cepat (Fast Patrol Boat) dan kapal bantu.
 

Unsur-unsur tersebut dalam Latgab TNI tergabung dalam Komando Tugas Gabungan Laut (Kogasgabla) dan Komando Tugas Gabungan Amfibi (Kogasgabfib). Unsur Kogasgabla terdiri dari kapal-kapal kombatan, kapal rudal, dan penyapu ranjau, sedangkan unsur Kogasgabfib terdiri dari kapal amfibi dan LPD, Pasukan Khusus (Pasus) TNI AL Kopaska dan Taifib, Penyelam Tempur, dan helikopter. Jajaran Kogasgabfib ini mengangkut Pasukan Pendarat (Pasrat) Marinir dan matrial tempurnya.

Secara umum Gelar Kekuatan Laut tersebut menampilkan seluruh kekuatan yang tergabung dalam Sistem Senjata Armada Terpadu (SSAT) TNI AL, mulai dari kapal perang, pesawat udara, Marinir dan pangkalan. Sedangkan personel TNI AL yang terlibat dalam latihan gabungan ini sekitar 6.500 orang.

Pada Latgab TNI kali ini, Korps Marinir mengerahkan 59 tank amfibi, yaitu 17 BMP-3F (Boyevaya Mashina Pyekhota), 33 BTR-50 (Browne Transporter), 7 LVT-7A1 (Landing Vehicle Track), serta 2 BVP-2 (Bojove Vozidlo Pechoty), 2 unit Roket Multi Laras RM-70/Grad, 16 perahu karet, 4 unit meriam Howitzer 105 mm, dan lebih dari dua ribu prajurit Marinir yang kesemuanya diangkut dengan kapal perang LST dan LPD.


Sementara Puspenerbal mengerahkan 3 pesawat Intai Maritim jenis Cassa dan 5 helikopter untuk pendaratan Marinir Lintas Heli. Secara keseluruhan kekuatan pasukan TNI yang dilibatkan dalam Latihan Gabungan tersebut berjumlah sekitar 16.745 prajurit.

Pada acara Gelar Kekuatan TNI AL tersebut, Kasal didampingi Pangarmatim Laksamana Muda TNI Agung Pramono, S.H., M.Hum selaku Wakil Panglima Komando Tugas Gabungan (Wapangkogasgab), meninjau kesiapan peralatan tempur dan kapal-kapal perang. Seluruh pejabat tinggi TNI AL dan para Pangkotama hadir dalam inspeksi tersebut, termasuk Komandan Pasmar-1 Surabaya Brigjen TNI Marinir Siswoyo Hari S, yang saat itu bertindak selaku Komandan Upacara.

“Gelar Kekuatan ini secara kuantitas melibatkan sebagain besar kekuatan TNI Angkatan Laut, demikian pula secara kualitas menampilkan kekuatan yang telah dipersiapkan dengan maksimal untuk melaksanakan latihan dan operasi”, kata Kasal.

(Dispenarmatim).

  ● Koarmatim  

[Foto] Apel Pasukan Pendarat Dalam Latgab 2013


KSAL Laksamana TNI Marsetio (kiri) memeriksa alutsista Panser Amfibi LVT-7A1 dan pasukan pendarat Korps Marinir TNI AL pada gelar pasukan Latihan Gabungan (Latgab) TNI 2013 di Dermaga Madura Koarmatim, Ujung, Surabaya, Jatim, Jumat (26/4). Latgab TNI yang akan digelar di empat titik (Jakarta, Situbondo, Sangatta Kaltim dan Bima NTB) itu, TNI AL mengerahkan 16.745 prajurit dan ratusan alat utama sistem persenjataan (alutsista). (FOTO ANTARA/Eric Ireng)


Korps Marinir TNI AL mengikuti Gelar Pasukan Latihan Gabungan (Latgab) TNI 2013 di Dermaga Madura Koarmatim, Ujung, Surabaya, Jatim, Jumat (26/4). Latgab TNI yang akan digelar di empat titik (Jakarta, Situbondo, Sangatta Kaltim dan Bima NTB) itu, TNI AL mengerahkan 16.745 prajurit dan ratusan alat utama sistem persenjataan (alutsista).(FOTO ANTARA/Eric Ireng/Koz/Spt/13)



  ● Antara  

Pangkalan Udara TNI AU Palembang Sangat Strategis

Pangkalan Udara TNI AU Palembang sangat strategisPalembang Panglima Komando Operasi TNI AU I, Marsekal Muda TNI M Syaugi, menegaskan nilai strategis Pangkalan Udara TNI AU Palembang. Pangkalan udara yang ada sejak masa penjajahan Belanda juga menjadi pangkalan udara penyangga Ibukota Jakarta.

Dalam Rencana Strategis TNI AU, pangkalan udara ini akan ditingkatkan statusnya menjadi pangkalan udara tipe B yang dipimpin seorang kolonel, setelah selama ini tipe C dengan komandan seorang letnan kolonel. Dengan begitu, satu skuadron pesawat tempur TNI AU dan depo teknik pendukung akan dibangun di sana.

"Posisinya juga sangat mendukung karena daerah ini sarananya sudah lebih baik," kata penerbang F-16 Fighting Falcon itu, seusai serah terima jabatan komandan Pangkalan Udara TNI AU Palembang, Letnan Kolonel Penerbang Adam Suharto, kepada Letnan Kolonel Penerbang Ramot C Sinaga, di Palembang, Jumat.

Menuju peningkatan status yang berarti ada penambahan beban tugas pokok, infrastruktur, dan kelengkapan organisasi plus persenjataan dan sistem pendukung, kata Syaugi, "Akan dilengkapi secara bertahap." Salah satu pentahapan itu adalah memindahkan pemukiman penduduk yang terlanjur menetap di tanah pangkalan udara itu ke lokasi baru.

Pangkalan udara itu memiliki luas areal 720 Hektare, yang diawaki sekitar 130 personel ditambah satu kompi satuan tugas penguatan dari TNI AU. Masih terkait peningkatan status tipe pangkalan itu, diperlukan penambahan kompleks perkantoran dan perumahan serta sarana pendukung lain.

Selat Sunda dan sebagian Selat Malaka yang ramai pelayaran internasional sesuai statusnya sebagai Alur Laut Kepulauan Indonesia I, menjadi wilayah tanggung jawab Pangkalan Udara Palembang jika nanti satu skuadron pesawat tempur TNI AU ditempatkan di sana.(U005)

  Antara  

Alutsista Baru TNI AL Berdatangan

PT. Palindo Marine Shipyard Launching KRI Pari 849 dan KRI Sembilang 850
 KRI Baru TNI AL buatan Palindo, Batam
Surabaya • Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana TNI Marsetio mengatakan kekuatan TNI AL meningkat pada akhir 2014, seiring kedatangan sejumlah alat utama sistem senjata (alutsista) yang sebelumnya dipesan.

"Alutsista yang sedang dibangun di dalam dan luar negeri, akan datang secara bertahap, baik itu kapal perang, pesawat, helikopter maupun tank," kata Marsetio usai memimpin gelar pasukan menjelang Latihan Gabungan TNI tahun 2013 di Dermaga Koarmatim, Ujung, Surabaya, Jumat.

Marsetio mengatakan, beberapa alutsista yang akan datang tahun ini, antara lain 37 unit tank BMP-3F asal Rusia untuk Korps Marinir, dan kapal perang. Sebelumnya, Marinir sudah mendapatkan 17 unit tank BMP-3F dan akhir tahun ini akan ditambah lagi 37 unit.

"Tahun depan, sejumlah pesanan alutsista lain datang lagi," ujarnya.

Mabes TNI AL telah memesan sejumlah peralatan tempur dari industri strategis di dalam dan luar negeri, antara lain tiga kapal selam dari Korea Selatan, empat LST (Landing Ship Tank) dari PAL, dan kapal fregat dari Inggris.

Selain itu, masih ada kapal cepat rudal, kapal hidrografi, helikopter antikapal selam, dan kapal latih Kadet AAL pengganti KRI Dewaruci.

"Kekuatan tempur TNI AL, baik untuk kapal Marinir maupun pangkalan udara akan dilengkapi secara bertahap sesuai program MEF (kekuatan pokok minimum)," tambah KSAL.

Pengadaan peralatan tempur baru itu untuk mendukung tugas-tugas TNI AL yang semakin berat dan kompleks dalam menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Pada Latgab TNI Tingkat Divisi 2-5 Mei di Situbondo, Jatim, TNI AL mengerahkan 42 kapal perang dari berbagai jenis, tank amfibi, helikopter, pesawat Cassa dan Bolcow, serta roket dan meriam, sedangkan jumlah personel TNI AL yang terlibat adalah lebih kurang 6.500 prajurit, dari total 16.745 prajurit TNI yang ikut Latgab.

  Antara