Jumat, 06 November 2015

[World] Intel Barat Meyakini Pesawat Rusia Dibom Teroris

Intelijen AS dan Eropa menduga kuat, insiden itu terjadi akibat ledakan bom yang ditanam teroris di dalam pesawat, menewaskan 224 orang. (mchs.gov.ru)

Penyebab pasti kecelakaan pesawat Rusia yang jatuh di Sinai masih belum diketahui. Namun intelijen AS dan Eropa menduga kuat, insiden itu terjadi akibat ledakan bom yang ditanam teroris di dalam pesawat, menewaskan 224 orang.

Diberitakan Reuters, Rabu (4/11), hal ini disampaikan Menteri Luar Negeri Inggris Philip Hammond yang mengemukakan hasil laporan intelijen.

"Kami telah menyimpulkan bahwa ada kemungkinan kuat kecelakaan itu akibat bahan peledak di dalam pesawat," kata Hammond usai bertemu dengan komisi respons krisis yang diketuai oleh Perdana Menteri David Cameron.

Pernyataan Hammond ini disampaikan menyusul persiapan Inggris menyambut kedatangan Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi pekan ini. Mesir yang merupakan sekutu dekat AS membantah adanya keterlibatan ISIS dalam bencana tersebut.

Sumber penyidik di Mesir yang dikutip Reuters juga menduga kuat ada peledak di dalam pesawat. Pasalnya, pesawat itu hancur di udara dan belum diketahui penyebab pastinya. "Diyakini ada bahan peledak tapi jenisnya masih belum jelas. Saat ini ada pemeriksaan pada pasir di lokasi kecelakaan untuk mencari jejak mesiu demi menentukan jenis bom tersebut," kata sumber penyidik Mesir.

Sementara itu pejabat maskapai Kogalymavia mengatakan penyelidik saat ini mencari kemungkinan adanya benda yang dimasukkan ke dalam pesawat, diduga peledak. "Ada dua versi yang dipertimbangkan: Sesuatu dimasukkan ke dalam pesawat atau kesalahan teknis. Tapi pesawat tidak bisa begitu saja hancur di udara, harus ada penyebabnya. Roket tidak mungkin, karena tidak ada tandanya," kata pejabat Rusia.

Ahli keamanan dan penyelidik mengatakan militan di Sinai tidak memiliki kemampuan roket yang bisa mencapai ketinggian 30 ribu kaki di udara. Salah satu kemungkinannya, bom telah lebih dulu ada di dalam pesawat. Jika benar ada peledak di dalam pesawat, berarti penyusup berhasil lolos dari keamanan bandara Sharm el-Sheikh. Pesawat Airbus A321 itu sebagian besar membawa penumpang warga Rusia dari Sharm el-Sheikh menuju St Petersburg.

Hammond mengatakan bahwa Inggris saat ini mengimbau warganya untuk tidak bepergian melalui bandara Sharm el-Sheikh. "Artinya tidak akan ada penumpang Inggris dalam penerbangan dari Sharm el-Sheikh untuk saat ini," kata dia.

Pernyataan Hammond ini menuai kritikan dari Menteri Luar Negeri Mesir Sameh Shoukry yang mengatakan bahwa kesimpulan itu terlalu dini karena penyelidikan masih berlangsung. "Hal ini membutukan penyelidikan untuk memperjelasnya dan kita seharusnya tidak melakukan penilaian atau langkah yang bisa berdampak buruk. Salah satu dampaknya adalah kenyataan bahwa banyak warga Mesir yang sangat bergantung pada industri pariwisata," kata Shoukry dikutip CNN.

Insiden ini mengancam keberlangsungan sektor pariwisata Mesir yang menyumbang pemasukan negara hingga Rp 100 triliun per tahunnya. Dewan Pariwisata dan Perjalanan Dunia mencatat, satu dari sembilan warga Mesir bergantung pada sektor ini untuk mencari nafkah. (den)

 Inggris Yakin ISIS Di Balik Jatuhnya Pesawat Rusia 
Berdasar foto, klaim dari ISIS, serta informasi intelijen, Inggris yakin ISIS bertanggung jawab atas jatuhnya pesawat Rusia. (Press Service of Russian Emergencies Ministry/Handout via Reuters)

Inggris mengatakan pada Kamis (5/11) bahwa ada kemungkinan signifikan bahwa kelompok yang berafiliasi dengan ISIS berada di belakang dugaan serangan terhadap maskapai Rusia yang jatuh di Semenanjung Sinai, Mesir, Sabtu lalu.

Militan ISIL (ISIS) Sinai mengklaim bertanggung jawab menjatuhkan pesawat Rusia, mereka melakukannya langsung setelah kecelakaan,” ujar Menteri Luar Negeri Inggris Philip Hammond, dikutip dari Reuters.

Pesawat maskapai Kogalymavia itu menewaskan 224 orang penumpang dan kru, 25 diantaranya adalah anak-anak.

"Kami telah melihat seluruh informasi foto, termasuk klaim itu, tapi tentu saja banyak informasi lain juga, dan menyimpulkan bahwa ada kemungkinan yang signifikan," lanjut Hammond, seperti disiarkan televisi Sky.

Hal ini senada dengan pernyataan dari intelijen Amerika Serikat, yang mengatakan bahwa kelompok teroris ISIS atau kelompok yang berafiliasi dengannya, telah menanam bom di pesawat nahas itu.

Dilansir CNN, pejabat AS juga mengatakan bahwa seseorang di Bandara Sharm el-Sheikh kemungkinan membantu meletakkan bom di atas pesawat.

Bandara ini keamanannya longgar. Ini sudah terkenal,” ujar pejabat itu. “Namun ada informasi intelijen yang menyatakan bahwa ada bantuan dari seseorang di bandara.

Inggris sementara itu mengimbau semua penerbangannya untuk tidak melalui Bandara Sharm el-Sheikh hingga situasi aman.

Mesir dan Rusia sebelumnya menampik klaim ISIS. Menyusul keputusan Inggris, seorang anggota parlemen senior Rusia mengatakan bahwa Inggris bermotif politik, terutama untuk menentang aksi Rusia di Suriah.

Ada oposisi geopolitik terhadap aksi Rusia di Suriah,” kata Konstantin Kosachev, Kamis, dikutip dari kantor berita RIA Novosti.

Sementara itu di Sinai, ada sekitar 15 kelompok militan yang beroperasi. Beberapa di antara mereka disebut memiliki hubungan dengan kelompok perlawanan di Gaza. Salah satu kelompok yang paling aktif adalah Ansar Bayt al-Maqdis, yang tahun lalu berbaiat kepada ISIS.

 Rusia Kritik Inggris Tak Bagi Informasi soal Jatuhnya Pesawat 
Rusia mengkritik Inggris tak membagi informasi soal jatuhnya pesawat, setelah Inggris menyebut ada kemungkinan signifikan bahwa kelompok ISIS bertanggung jawab. (Reuters/Kim Philipp Piskol)

Kementerian Luar Negeri Rusia mengeluhkan kegagalan Inggris untuk memberikan informasi terkait jatuhnya pesawat komersial Rusia, menyusul pernyataan London yang mengungkap adanya kemungkinan signifikan bahwa kelompok militan ISIS menanam bom di dalam pesawat.

Pesawat maskapai Kogalymavia menewaskan 224 orang penumpang dan kru, 25 diantaranya adalah anak-anak, ketika jatuh di Semenanjung Sinai, Mesir, Sabtu (31/10). Pesawat nahas ini berangkat dari Bandara Sharm el-Sheikh, Mesir, namun tak pernah sampai di tempat tujuannya di St Petersburg, Rusia.

Pemerintah Inggris tidak memberikan informasi kepada kita soal kecelakaan pesawat,” kata Maria Zakharova, juru bicara kementerian luar negeri, menurut kantor berita TASS, Kamis (5/11).

Jika mereka memiliki informasi dan mereka tidak memberikannya itu mengejutkan,” tambah dia.

Zakharova juga mengatakan bahwa mengejutkan bahwa perwakilan kementerian luar negeri, dan bukan ahli, yang memberikan teori soal jatuhnya pesawat.

Kenyataan bahwa pemerintah Inggris memiliki informasi yang bisa memberi titik cerah tentang apa yang terjadi di langit Mesir sangat mengejutkan,” lanjutnya, seperti dikutip dari kantor berita Rusia, RIA Novosti.

Sebelumnya, Inggris mengatakan bahwa ada kemungkinan signifikan bahwa kelompok yang berafiliasi dengan ISIS berada di balik dugaan serangan yang akhirnya meledakkan pesawat di udara.

"Kami telah melihat seluruh informasi foto, termasuk klaim itu, tapi tentu saja banyak informasi lain juga, dan menyimpulkan bahwa ada kemungkinan yang signifikan," kata Menteri Luar Negeri Inggris Philip Hammond, seperti disiarkan televisi Sky.

 Intelijen Temukan Indikasi Bom Dibawa Masuk ke Pesawat Rusia 
Puing pesawat Rusia [VoA]

Informasi hasil intersepsi mata-mata Amerika Serikat dan Inggris mengindikasikan bahwa sebuah bom kemungkinan dibawa ke dalam pesawat Rusia sebelum armada tersebut mengalami kecelakaan di Mesir pada Sabtu lalu.

Harian The Times edisi Jumat (6/11) memberitakan bahwa informasi ini terkuak setelah operasi intelijen AS dan Inggris mengggunakan satelit untuk membongkar jalur komunikasi elektronik antara militan ISIS di Suriah dan Mesir.

"Nada dan konten pesan itu meyakinkan analisis bahwa sebuiah bom dibawa ke pesawat oleh seorang penumpang atau anggota staf darat," demikian bunyi pemberitaan The Times seperti dikutip Channel NewsAsia.

Namun, seorang juru bicara dari Perdana Menteri Inggris, David Cameron, enggan berkomentar mengenai laporan ini. "Kami tidak akan merinci urusan intelijen," kata jubir tersebut.

Sebelumnya, pemerintah Inggris dan AS mengatakan bahwa memang ada kemungkinan bahwa penyebab kecelakaan pesawat yang menewaskan 224 tersebut adalah ledakan.

Pada Kamis (5/11), Inggris mengatakan bahwa ada kemungkinan signifikan bahwa kelompok yang berafiliasi dengan ISIS merupakan dalang di balik dugaan serangan terhadap maskapai Kogalymavia tersebut.

Militan ISIL (ISIS) Sinai mengklaim bertanggung jawab menjatuhkan pesawat Rusia, mereka melakukannya langsung setelah kecelakaan,” ujar Menteri Luar Negeri Inggris, Philip Hammond, dikutip dari Reuters.

Tak lama setelah kecelakaan terjadi, ISIS memang langsung mengklaim sebagai pihak yang bertanggung jawab. Namun, klaim tersebut langsung ditampik oleh Rusia dan Mesir.

Penyebab jatuhnya pesawat pun sempat mengerucut pada kesalahan dalam armada. Beberapa ahli mengungkapkan kemungkinan besar pesawat pecah di udara, terpantau dari karakteristik sebaran puing yang berada hingga radius 20 kilometer persegi di Sinai.

Pada Selasa (3/11), muncul spekulasi baru bahwa pesawat Airbus A321 tersebut dibom. Spekulasi berdasar pada keterangan intelijen Amerika Serikat yang mengatakan bahwa satelit mata-mata mereka menangkap kilatan panas di Semenanjung Sinai bersamaan dengan jatuhnya pesawat tersebut.

Saat ini, kotak hitam pesawat tengah diselidiki oleh tim gabungan Rusia dan Mesir dibantu ahli Irlandia—tempat pesawat didaftarkan, dan penyelidik dari perusahaan Airbus di Jerman dan Perancis.

Hingga kini, belum ada kesimpulan penyebab kecelakaan. Pejabat Rusia mengatakan bahwa masih terlalu dini untuk mengetahui mengapa pesawat itu jatuh.

Namun, jika memang pesawat tersebut mengalami kecelakaan karena serangan teroris, Rusia mengaku siap melawan.

"Investigasi belum selesai, tapi kalau memang itu aksi teroris, Rusia akan melawan dengan persetujuan pemerintah Mesir," ujar Duta Besar Rusia untuk Indonesia, Mikhail Galuzin, dalam jumpa pers di kediamannya di Jakarta, Kamis (5/10).

Kendati demikian, Galuzin menegaskan bahwa Rusia tidak akan asal melancarkan serangan ke negara lain. Rusia akan menggempur teroris jika memang diminta oleh pemerintah Mesir.

"Kami siap melawan teroris di wilayah manapun. Jika kami diundang pemerintah Mesir untuk bantu melawan terorisme, kami siap. Namun, kami adalah negara yang sopan. Kami tidak akan datang ke tempat di mana kami tidak diundang," tutur Galuzin.

Namun, Galuzin kembali menegaskan bahwa pemerintah Rusia akan menunggu hasil penyelidikan resmi dan tak ingin berspekulasi. (stu/stu)

  CNN  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.