Sabtu, 20 Februari 2016

Abu Rimba Tewas Ditembak

Pemimpin Kelompok Bersenjata 'Pecahan' Din Minimi
Abu Rimba [Lintasnasional]

Pimpinan kelompok bersenjata di Aceh Jaya, Aceh, Maimun alias Abu Rimba tewas dalam baku tembak dengan polisi. Saat ini, jenazah Abu Rimba sudah dievakuasi ke sebuah rumah sakit di kabupaten setempat.

Informasi dihimpun detikcom, kontak tembak antara personel Polres Aceh Jaya dan Polda Aceh dengan Abu Rimba terjadi sekitar pukul 05.30 WIB, Sabtu (20/2/2016). Lokasinya di Desa Lhok Guci, Kecamatan Pasie, Aceh Jaya. Selain Abu Rimba, seorang anggota Abu Rimba juga tewas dalam baku tembak tersebut.

Kapolres Aceh Jaya, AKBP Riza Yulianto, membenarkan tewasnya Abu Rimba dan seorang anggotanya dalam baku tembak dengan polisi. Namun hingga kini ia belum memberikan keterangan lebih lanjut.

"Iya sampai sekarang dua orang yang tewas. Informasi lengkap nanti sebentar lagi kita rilis di Polres," kata Riza saat dihubungi detikcom dari Banda Aceh.

Seperti diketahui, beberapa bulan lalu Abu Rimba muncul sambil memperlihatkan senjata api jenis pistol. Abu Rimba menamakan kelompoknya Tentara Rakyat Aceh Keadilan (TRAK) dan mengaku pecahan dari kelompok Din Minimi. Ia mengaku akan terus berontak hingga tuntutan yang diajukan Din Minimi direalisasikan Pemerintah Aceh. (try/try)

  ★ detik  

Northrop Grumman Offers C-130 Center Wing Box Replacement

C-130H ex RAAF (Phillip Brown)

Northrop Grumman (NG, Chalet CD01) Technology Services is offering legacy C-130 Hercules operators a center wing box (CWB) replacement. The offer derives from a refurbishment program on five C-130H airlifters that Australia gifted to the Indonesian air force.

The Australian aircraft were overhauled before delivery by NG’s Integrated Defence Services (IDS) facility–the former Qantas Defence Services (QDS) company that the American corporation bought in 2013. QDS had provided deep maintenance support to the Royal Australian Air Force (RAAF) C-130 fleet since 1958.

One of the five ‘Herks’ for Indonesia proved to have a corroded CWB that needed replacement, prompting IDS to turn to some design work that NG Technology Services had done in the U.S. when the U.S. Air Force was planning to retain C-130Hs. A new CWB was built at NG’s Lake Charles, Louisiana facility (where the company does heavy checks on the Air Force E-8 and KC-10 fleets). It was shipped to Australia, where IDS is now completing overhaul of the fifth C-130H for Indonesia.

Jim Sutton, director global relations for NG’s Technology Services, told AIN that there was lots of interest in the new capability. There are various reasons why CWBs on legacy C-130s might need replacing, ranging from corrosion to fluid leaks to hard landings, he said. The mod uses approved Lockheed Martin or certified materials, and is “an affordable and innovative solution” according to NG.

  ★ ainonline  

Beli 10 Jet Su-35 Rusia

Indonesia Juga Bakal Produksi Komponennya
Pesawat jet tempur Su-35 Rusia. (Reuters)

Indonesia sedang membeli sekitar 10 pesawat jet tempur Sukhoi Su-35 Rusia. Selain itu, perusahaan Indonesia juga mendapatkan kontrak untuk memproduksi beberapa komponen untuk jet tempur Su-35.

Dua sumber yang terkait pembelian pesawat jet tempur canggih itu mengatakan, kontrak jual beli akan ditandatangani sebulan lagi. Kedua sumber itu berbicara di sela-sela acara Singapore Airshow, Jumat (19/2/2016).

Ke-10 jet tempur Su-35 Rusia itu akan menggantikan pesawat tempur F-5 yang sudah uzur.

Pejabat dari United Aircraft Corporation, yang memproduksi Su-35, menolak berkomentar di acara Singapore Airshow. Juru bicara Angkatan Udara Indonesia juga menolak mengomentari kesepakatan antara Kementerian Pertahanan Indonesia dan Kementerian Pertahanan Rusia.

Sebelum Indonesia memilih pesawat jet tempur Rusia, perusahaan Barat termasuk konsorsium Eurofighter Eropa, Lockheed Martin, Saab dan Dassault, juga pernah melakukan pembicaraan dengan otoritas terkait di Jakarta soal kemungkinan penjualan pesawat-pesawat jet tempur mereka.

Rusia menempatkan Indonesia di urutan kedua sebagai pasar ekspor pesawat tempur Moskow dengan pembelian 10 pesawat jet tempur Su-35 itu. China tercatat di urutan pertama dengan membeli 24 pesawat tempur Rusia senilai lebih dari USD 2 miliar pada November 2015.

Indonesia telah memiliki pesawat tempur Amerika Serikat (AS) tipe F-16. Indonesia juga terlibat program pengembangan pesawat jet tempur KF-X dengan Korea Selatan pada 2020. Dari program ini, Indonesia berharap mendapatkan sekitar 80 pesawat jet tempur baru.

Sementara itu, Singapura seperti dikutip Reuters, Jumat (19/2/2016), telah memiliki armada tempur yang modern. Tetangga Indonesia ini tercatat memiliki lebih dari 100 jet tempur termasuk F-5s, F-16 dan Boeing F-15s. (mas)

  ★ sindonews  

[Dunia] Jual Jet Tempur ke Iran

AS Sentil Rusia http://cdn.sindonews.net/dyn/620/content/2016/02/19/42/1086666/jual-jet-tempur-ke-iran-as-sentil-rusia-he5.jpgPesawat Sukhoi jenis Su-30 Rusia (Istimewa)

Amerika Serikat (AS) menyatakan, usulan penjualan jet tempur Rusia ke Iran telah melanggar embargo senjata PBB terhadap Teheran. Menurut juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Mark Toner, penjualan jet Sukhoi-30 (Su-30) memerlukan persetujuan Dewan Keamanan PBB.

"AS akan terus mengingatkan hal ini kepada Rusia," kata Toner sembari menambahkan bahwa enam negara yang menegosiasikan kesepakatan nuklir dengan Iran harus sepenuhnya menyadari pembatasan tersebut. Menurut kesepakatan nuklir internasional, larangan pembelian senjata diberlakukan kepada Iran hingga lima tahun ke depan, seperti dikutip dari ABC News, Jumat (19/2/2016).

Toner mengatakan, pesawat Sukhoi jenis Su-30 memenuhi syarat sebagai "pesawat tempur" yang masuk dalam daftar senjata konvensional dalam embargo senjata PBB. Karenanya diperlukan persetujuan DK PBB untuk pembelian pesawat tempur yang setara dengan F-15E itu.

Pekan lalu, Menteri Pertahanan Iran, Jenderal Hossein Dehghan mengatakan, Teheran berniat untuk membeli sejumlah pesawat tempur buatan Rusia. Namun, Deghan tidak mengungkapkan kapan hal itu dilakukan. Ia hanya mengatakan Iran akan terlibat dalam memproduksi pesawat tempur.

AS sendiri juga telah mengungkapkan keprihatinannya dengan pengiriman sistem rudal S-300, sistem pertahanan udara canggih buatan Rusia ke Iran. Kesepakatan ini sempat dibekukan sebelum akhirnya di cabut oleh Presiden Vladimir Putin pada April lalu. Namun, berbeda dengan jet tempur, S-300 bersifat defensif dan tidak tercakup dalam larangan PBB. (ian)

  sindonews  

[Dunia] Boeing lays out regional opportunities

Boeing Defense, Space & Security is bullish about prospects for military rotorcraft sales in the Asia-Pacific region, with Indonesia emerging as a potential buyer for the CH-47 Chinook. Apache

Boeing officials met with representatives from Indonesia on 16 February, and Shephard understands Jakarta has asked the US for a letter of offer. However, the exact number and requirements are not yet delineated.

Boeing will continue producing Chinooks until at least the mid-2020s.

Referring to the suitability of Boeing’s military portfolio to Asia-Pacific, Jeff Kohler, vice president global sales, told media ahead of the show, ‘We see a very viable market for us here going forward.

Other potential sales are ‘a few more’ Ospreys for the Japan Ground Self-Defence Force (JGSDF), in addition to the 17 it already wants, according to Kohler. A foreign military sale (FMS) was notified to the US Congress last May.

Japan is buying a configuration similar to the MV-22B of the US Marine Corps, although they will have a different radio fit. The US Osprey fleet has now surpassed 300,000 flight hours.

Realistically, however, the Osprey’s price tag is an obstacle for most nations in the region, with Kohler admitting this made it a ‘longer trek’. The US Navy’s selection of the Osprey for its carrier onboard delivery (COD) system could open the door to more applications.

Indeed, Rick Lemaster, director of international sales and marketing for vertical lift, mentioned three main areas being pursued for Osprey sales. One is nations operating aircraft carriers who might need a COD.

Another is buyers of the Lockheed Martin F-35 fighter, since the Osprey can internally carry an F-135 engine module. The third potential market is countries with significant land masses or large numbers of islands where rapid mobility may be required.

Without naming countries, Kohler said a couple of Asia-Pacific countries had expressed interest in the AH-6i platform.

Figuratively speaking, South Korea is ‘flying the wings off’ its Boeing 737 airborne early warning and control (AEW&C) aircraft through intensive use, and Kohler said the country could opt for two more examples.

India may invest in further P-8I maritime patrol aircraft too, while the first AH-64E Apaches are on schedule for delivery to India in 2019.

Bell Helicopter and BAE Systems Australia signed an agreement on 16 February to sustain the AH-1Z Viper attack helicopter, in preparation for a possible replacement of the Australian Army’s Airbus Helicopters Tiger.

However, Lemaster said Boeing is not currently offering its Apache to the Australian Army and is waiting for release of the Defence White Paper

  shephardmedia  

Indonesia Halts Klewang-class Stealth Attack Craft Programme

Indonesia has indefinitely suspended a stealth trimaran programme known as the Klewang class.Klewang Class [Padang Ekspres]

Halt may signal a shift in acquisition priorities for the new navy chief who assumed command in December 2014.

The Indonesian Navy (Tentara Nasional Indonesia - Angkatan Laut, or TNI-AL) has suspended the 63m stealth fast attack craft programme known as the Klewang class and will not be making further acquisitions beyond the single vessel that is currently under construction.

Vice-president and head of Saab Indonesia, Peter Carlqvist, told IHS Jane's at the 2016 Singapore Airshow that the company's weapons and systems will now also not be fitted onboard the vessel that is under construction at Indonesian shipbuilder PT Lundin's premises in Banyuwangi, East Java.

Saab previously said the Klewang-class vessels would be equipped with the company's suite of combat systems including a four-console 9LV Mk 4 combat management system, a Sea Giraffe 1X surveillance radar, the SME-150 radar electronic support measures (ESM) and the CEROS 200 fire-control director. The vessel was also to have been armed with a BAE Systems Bofors 40mm Mk 4 gun concealed in a stealthy cupola and four Saab RBS 15 Mk 3 anti-ship missiles.

"Saab will continue to promote the trimaran concept with our combat systems with other customers and we remain open to producing the platform with other shipbuilders in other countries", said Carlqvist who added that the concept has received strong indications of interest in other parts of the world. "We have even been called in by the United States' Littoral Operations Center [an institute of the United States Naval Postgraduate School] and they have shown strong interest in this trimaran concept so we remain optimistic", he said.
 

  IHS Janes  

Drone Amfibi Bull-Ray

✈ Diproduksi secara lisensi oleh PT Bhinneka Dwi Persada✈ Drone Bullray akan diproduksi secara lisensi oleh PT Bhinneka Dwi Persada

Dari gelaran Singapore Air Show 2016 terselip sosok drone berbentuk unik dan cantik. Drone tricopter tak berawak (Unmanned Aerial System-UAS) tersebut ternyata produksi Rapid Composites, perusahaan rekayasa dan manufaktur.

Drone yang diberi nama Bull-Ray ini berkemampuan amfibi, anti air dan portabel, dengan kemampuan Vertical Take off dan Landing (VTOL). Di klaim sebagai drone yang multifungsi, simpel dan tahan banting, pihak Rapid menyatakan BullRay sangat cocok untuk digunakan pihak militer, penegak hukum maupun masyarakat sipil.

Tim insinyur dan desainer dari Rapid Composites menciptakan VTOL UAS untuk mengisi kekosongan potensi pasar yang selama ini belum digarap. Tim melihat potensi untuk mengembangkan kategori baru pesawat otonom yang bandel, tahan segala cuaca dan tidak memerlukan proteksi berlebihan saat dikirimkan ke daerah tugasnya.

Beberapa fitur yang dimiliki Bull-Ray (Unmanned Aerial System-UAS) :

✈ Mampu beroperasi amfibi (takeoff dan mendarat di air)
✈ Desain tahan air dan mampu terbang di segala cuaca
Portable dan mudah diangkut (bisa disandang di bahu)
✈ Mampu membawa beban hingga 7 kg
✈ Hanya 15 detik, UAS siap diterbangkan
✈ Kemampuan terbang 30 sampai 45 menit
✈ 3 Integrated Rifle-Style Picatinny Rails
✈ Lebih ringan dan simpel daripada UAV VTOL lainnya
Frame terbuat dari bahan canggih Quantum Advanced Quasi-Isotropic Composite
✈ Berbobot ringan 4.4 kg
✈ Sistem persenjataan ringan terintegrasi
✈ Sistem sensor Multi-Spektral
✈ Dilengkapi sirip kecil dan lapisan anti tenggelam

Dengan segala kelebihannya, drone Bull-Ray lebih cocok digunakan pasukan Angkatan Laut atau Marinir, karena drone dapat diterbangkan dan didaratkan didaerah berawa-rawa atau pesisir.

  Jakarta Greater  

[Dunia] Altay

♞ Kebanggaan Sang AtaturkTak terasa, sudah lebih dari delapan dasawarsa berdirinya Republik Turki setelah kehancuran Kesultanan Turki Ottoman. Mustafa Kemal Pasha, Sang Ataturk (Bapak Bangsa Turki) memperkenalkan ideologi reformis-nasionalisnya yang amat terkenal.

Salah satu pernyataan kemerdekaan Mustafa Kemal Pasha diartikannya sebagai “Kemerdekaan penuh yang kami maksudkan, adalah kemerdekaan penuh atas nasib ekonomi, keuangan, hukum, militer, budaya, dan kebebasan dalam segala bidang. Penindasan atas salah satu dari hal ini sama artinya menindas kemerdekaan dari seluruh bangsa dan Negara (Turki).” Dan apabila Mustafa Kemal Pasha diijinkan untuk melihat kembali bangsa dan Negara yang amat dicintainya dari alam sana, Beliau akan sangat-sangat bangga. Di tengah kawasan regional yang terus bergejolak, Turki di bawah kepemimpinan PM Recep Tayyip Erdogan berhasil menumbuhkan kekuatan dalam segala bidang yang divisikan oleh Mustafa Kemal. Lebih dari itu, Turki berhasil memainkan peranannya sebagai aktor geopolitik paling berpengaruh di antara Eropa dan Asia, menyeimbangkan permainan politik Negara-negara Arab dan Israel.

Dalam pembangunan kekuatan militernya, Turki menjadi satu dari sedikit Negara di luar AS, Rusia, dan Eropa Barat yang mampu mengembangkan beragam produk militer untuk memenuhi kebutuhannya dan bahkan menjualnya secara komersial sebagai sumber pendapatan Negara. Bermain cantik, Turki mampu membangun industri militernya dengan beragam ToT (Transfer of Technology) yang di negeri ini saja masih sebatas jargon undang-undang belaka. Satu proyek prestisius yang terus melaju kencang adalah perancangan dan pembuatan TNMBT (Turkish National Main Battle Tank) yang diberi kode Altay. Pembuatan MBT bagi banyak industri militer dianggap sebagai pemuncak pencapaian industri militer bidang darat, kini sudah di depan mata Turki dan kekuatan industri militernya. Bukan hal yang mudah, karena untuk menghasilkan monster lapis baja tersebut, dibutuhkan ratusan komponen yang tidak bisa diproduksi secara mandiri hanya oleh satu perusahaan saja.

Pencapaian Turki juga tak dibuat dalam semalam. Beragam kontraktor dan pabrikan Turki seperti Aselsan belajar dari nol, dengan dibantu oleh banyak Negara. Turki juga belajar perlahan, dimulai dengan proyek modernisasi MBT seperti Leopard 1T yang dibeli sebanyak 397 unit dari Jerman, dan dimodernisasi mulai tahun 2006-2009. 274 M60T juga dibangun ulang oleh Aselsan dengan asistensi dari IMI (Israeli Military Industries) yang mengacu pada proyek modernisasi serupa di Israel dengan kode Magach series. Turki mempelajari ilmu sistem rotasi kubah berbasis elektrik dan applique armor langsung dari Israel. Terakhir, Leopard 2 yang dibeli Turkish Land Forces (TLF) / AD Turki juga disentuh dengan proyek modernisasi berkode Leopard 2NG. Tak tanggung-tanggung, Aselsan bahkan berani menanamkan sistem kendali penembakan buatannya sendiri yang diberi nama NGFCS (Next Generation Fire Control System) berkode Volkan (Vulcan). Spekulasi di kalangan pengamat mengatakan bahwa Volkan memiliki akar pada FCS Knight yang dibuat Israel dan ditanamkan pada Magach 7 yang dibeli Turki dari Israel. Untuk versi TNMBT, Aselsan membenamkan varian Volkan-III yang lebih maju dibandingkan dengan varian yang ada pada Leopard 2A4NG. NGFCS ini menarik perhatian dari berbagai negara, dimana Finlandia bahkan mempertimbangkannya sebagai salah satu kandidat utama dalam tender modernisasi tank Leopard Finlandia, walaupun akhirnya harus kalah.

Pengalaman ini akhirnya mendorong TLF untuk mensponsori program pengembangan TNMBT pada 2008. Proyek pengembangannya sendiri dibagi kedalam 3 fase, dimana Fase I terdiri dari desain, pengembangan, produksi, dan prekualifikasi purwarupa TNMBT. Fase II terdiri dari desain konseptual, dan Fase III terdiri dari pengembangan lanjutan purwarupa, kualifikasi, dan induksi didalam TLF. Fase I, yang direncanakan akan mencakup periode selama 78 bulan, dimenangkan oleh firma Otokar. Otokar kemudian menggandeng sejumlah kontraktor terkenal dalam dunia pertahanan. Aselsan digandeng untuk menyediakan NGFCS Volkan, lalu ada MKE untuk pembuatan meriam 120mm L55 yang dibuat secara mandiri. Roketsan mengembangkan sistem perlindungan modular yang melapisi seluruh tubuh baja dari TNMBT. Untuk dapur pacu dan transmisi, dipercayakan pada MTU/ Renk yang mengembangkan mesin baru Euro Powerpack berdaya 1.500hp. Mesin ini akan menjadi basis pengembangan dari mesin nasional Turki yang mulai diinisiasikan pada akhir tahun 2010. Terakhir ada Rotem dari Korea Selatan yang menjadi penasihat proyek, yang membagi pengalaman mereka saat membangun MBT XK1/2 yang merupakan MBT Korea Selatan berbasis M1 Abrams. Harus diakui, bentuk dari TNMBT memang sedikit banyak mirip dengan MBT K2 Black Panther milik Korea Selatan.

Beserta pembangunan purwarupa tersebut, secara paralel dibangun sejumlah laboratorium canggih. Otokar membangun satu ruangan khusus untuk menguji keamanan komponen elektronik didalam TNMBT dari gangguan gelombang elektromagnetik (EMP). Pusat riset balistik didirikan di Serefilkochisar untukmenguji komposisi lapisan pelindung modular yang menyelubungi TNMBT, dengan memanfaatkan pengalaman Aselsan membangun Leopard 2NG dengan lapisan komposit AMAP (Advanced Modular Armor Protection) dari IBD Deisenroth Jerman. Kontraktor utama pembuat lapisan balistik dari TNMBT adalah Roketsan dengan bantuan dari Nurol Technologies. Untuk memastikan baja yang digunakan memiliki tingkat kekerasan yang diperlukan, satu pabrik pemanasan baja dibangun di fasilitas Kinkkale milik Mechanical & Chemical Industry Corporation. Sementara untuk menyiapkan awak TNMBT di masa depan, Aselsan dan Otokar membangun simulator canggih dengan enam sumbu.

Hanya dalam waktu empat tahun, Otokar sudah memamerkan purwarupa pertama di pabriknya di Sakarya dalam upacara megah yang dihadiri oleh PM Recep Tayyip Erdogan. Purwarupa pertama yang berwujud MTR (Mobility Test Rig) ditujukan untuk memeriksa integrasi modul dan sistem serta konsep keseluruhan. Purwarupa kedua yang dibangun akan berperan sebagai FTR (Firing Test Rig) yang menguji subsistem persenjataan, mulai dari sensor, modul sistem kendali penembakan, dan seluruh senjata dari kanon sampai senapan mesin koaksial yang terpasang di TNMBT. Hasil data dari MTR dan FTR akan diintegrasikan kedalam penyempurnaan untuk dua purwarupa berikutnya, yang diikuti dengan produksi masal apabila semuanya berjalan sesuai rencana. Purwarupa MTR menjalani pengujian di berbagai medan dan iklim, termasuk iklim dingin seperti di Sarikamis, dengan menempuh jarak total 3.000km. Semua modul diuji, mulai dari mesin, suspensi, kemampuan akselerasi, stabilisasi, dan pengemudian di medan off-road, semuanya dibuktikan.

 TNMBT

Berkaca dari purwarupa MTR yang sudah diwujudkan, kelihatan bahwa TNMBT yang kemudian diberi nama Altay untuk menghormati Jenderal Fahrettin Altay (1880-1974) sudah mengaplikasikan sistem modern dalam desainnya. Berkaca dari triumvirat kemampuan MBT, Altay kelihatan mengajukan mobilitas dan daya gebuk, baru kemudian proteksi. Untuk material hull dan kubah, bahan pembuatannya menggunakan material baja yang dibuat dengan sistem welding/ pengelasan modern. Proteksinya sendiri ditingkatkan dengan penggunaan lapisan komposit modern untuk dapat mengimbangi hantaman proyektil KE (Kinetic Energy) dan CE (Chemical Energy) modern. Ini kelihatan dari bagian glacis yang diperkuat oleh material komposit sehingga memiliki garis desain yang tegas bahkan tegak nyaris lurus. Perkiraan ketebalannya setara dengan baja setebal 300mm. Jika pembahasan dari majalah internal perusahaan Roketsan dapat dijadikan acuan, maka minimal terdapat tiga lapisan armour utama, dengan ruang diantara lapisan tersebut untuk mengurangi dampak hantaman. Bagian kubahnya pun serupa, pada bagian depan kubah kentara penggunaan lapisan komposit dengan ruang kosong antara lapisan pelindung luar dengan kubah, untuk meminimalisasi hantaman munisi CE seperti HEAT (High Explosive Anti Tank), yang dibentuk menajam pada bagian depan. Sementara pada bagian sisi kubah dibuat nyaris tegak lurus. Terlihat adanya tonjolan-tonjolan di sisi kiri-kanan hull dan kubah, menandakan Altay siap dipasangi dengan lapisan ERA (Explosive Reactive Armor) Nantinya, Altay akan dilengkapi dengan sistem proteksi aktif berkode AKKOR yang mampu menangkal hantaman ATGM atau roket antitank sebelum menyentuh kulit Altay.

Untuk segi layout, Altay menggunakan desain konvensional: pengemudi didepan, fighting compartment, dan kemudian mesin di bagian paling belakang. Pengemudi duduk di tengah depan, tepat dibawah gun mantlet. Akses keluar masuk kedalam hull diperoleh melalui pintu palka yang terbuka dengan bergeser ke kanan, dan pengemudi duduk di kursi yang dapat disetel ketinggiannya. Pengemudi TNMBT Altay dimudahkan saat mengemudi berkat keberadaan TDVS (Tank Driver Vision System), yang berwujud kamera di depan dan belakang tank dengan kemampuan termal. Mengemudi dalam badai atau gelap pekat bukan suatu masalah besar bagi pengemudi Altay.

Karena program mesin nasional belum siap memberikan hasil yang diinginkan, purwarupa pertama Altay menggunakan mesin V-12 MTU MT883 Ka 501 common rail diesel yang berbentuk kompak namun mampu menyemburkan daya 1.500hp pada 2.700rpm. Mesin ini dijinakkan oleh sistem transmisi otomatis Renk HSWL 295TM. Ada lima gigi maju dan tiga gigi mundur, memberikan pilihan kecepatan yang sangat fleksibel untuk berbagai situasi untuk pengemudi. Altay sendiri menggunakan tujuh roadwheel yang terhubung dengan suspensi hybrid antara torsion bar dan hydropneumatic system. Suspensi hidropneumatik yang terpasang di barisan depan bisa diatur ketinggiannya, sehingga tank bisa ‘tiarap’ untuk mengurangi siluetnya untuk menjebak lawan.

Sistem kubah Altay menganut layout konvesional dengan tiga kru: komandan, penembak, dan pengisi peluru. Seperti tank modern lainnya, amunisi disimpan di turret bustle di belakang kubah, yang aksesnya dilengkapi dengan firewall sehingga aman bagi pengisi. Kalaupun turret bustle tertembak, masih ada blowout panel (pelat dengan bahan peledak) di sisi atas yang otomatis terlontar apabila ada ledakan di dalam tempat penyimpanan amunisi. Untuk urusan kanon, meriam tanpa ulir (Smoothbore) calibre L55 buatan MKE dipercayakan nangkring di kubah Altay. Untuk menghasilkan kanon yang tepat, MKE sampai harus menciptakan tiga jenis purwarupa. Metode produksi yang dipergunakan mampu memaksimalkan pembuangan panas sehingga memperpanjang umur laras dan mengurangi warping (perubahan dimensi). Larasnya sendiri dipasangi thermal sleeve untuk mengurangi penciri panas (heat signature), plus bore evacuator untuk mencegah asap penembakan kembali ke kompartemen tempur. Untuk mengukur simpangan pada kelurusan laras, terpasang sensor muzzle reference system di atas mulut laras.
 

  ARC  

Two members of armed group in Aceh surrender

Two members of an armed criminal group in Aceh province gave themselves up to the police after remaining on the wanted list for several years.

"They surrendered of their own will. They felt they had better surrender rather than have the police continuously on their heels," Chief of the Aceh Provincial Police, Inspector General M Husein Hamidi, said here on Friday.

The two members of the armed criminal group were identified as Raja Rimba and Samsul alias Taun.

They surrendered before the East Aceh district police on Tuesday (February 16) and handed over an AK56 rifle with magazines and 10 bullets and an FN gun with 37 bullets and a uniform.

"The criminal offense they ever committed was the abduction of a foreigner working for an oil mining company in East Aceh some time ago. They released the victim a few days after abducting him," he said.

The members of the armed criminal group claimed that they were not former combatants, and had rather formed an armed group for making money, he said.

The police are still studying whether the Raja Rimba armed group was linked to the Din Minimi armed group whose members surrendered to the head of the State Intelligence Board (BIN) some time ago.(*)

  ★ Antara  

Jumat, 19 Februari 2016

Hand Over of C-130H A-1334 Hercules to TNI AU

C-130H Hercules A-1334 taxies under a water arch after being handed over from the Royal Australia Air Force to Tentara Nasional Indonesia-Angkatan Udara at a ceremony at RAAF Base Richmond. (RAAF)

C-130H Hercules A-1334 transport aircraft sold to the Indonesian Air Force (TNI-AU) has completed maintenance and modification work at RAAF Base Richmond.

RAAF Base Richmond Senior Australian Defence Force Officer Air Commodore Richard Lennon, CSC presented Commanding Officer 31st Squadron TNI-AU Lieutenant Colonel Wisoko 'Wish' Aribowo with the keys to C-130H Hercules A-1334 during a handover ceremony on 08 Feb 2016.

The RAAF retired the last of its 12 C-130Hs in November 2012, and offered four of these aircraft for transfer to the TNI-AU. Another five C-130Hs, along with simulator and spare parts, are being sold to the TNI-AU at a discounted rate. These C-130Hs will further enhance Indonesia’s capacity to respond to natural disasters and humanitarian crisis.

  ★ Aus DoD  

Indonesia Prepares for Second Shot at Philippine MPA Requirement

CN235-220 MPA (PTDI)

Indonesian state-owned aircraft manufacturer PT Dirgantara has confirmed that it will be submitting a bid for the Philippine Department of National Defense's (DND's) second attempt to procure two maritime patrol aircraft (MPA) platforms.

The DND previously tried to acquire two MPAs for the Philippine Air Force (PAF) under a PHP5.97 billion (USD125 million) programme known as the Long-Range Patrol Aircraft (LRPA) acquisition project in 2014. However, the bidding process ended towards the middle of the year after contenders failed to meet technical and documentary requirements stipulated by the Philippine government.

Offering its CN235-220 MPA, PT Dirgantara was one of eight companies that submitted a bid in 2014.

  ★ IHS Janes  

Kongsberg Maritime completes delivery of bridge simulators to Indonesian Navy

A view of Kongsberg's simulator for the Indonesian Navy. [courtesy of Kongsberg Maritime AS]

Kongsberg Maritime has delivered and installed a suite of new bridge simulators for Indonesia's Ministry of Transportation.

The Ministry's Maritime Training Centre will use the new simulators to assess the Indonesian seafarer's operational readiness to be deployed for local and international operations.

The new simulators will support the Ministry of Transportation in reducing the time taken and the tools required to assess Indonesian seafarers.

Kongsberg had won the contract to supply its K-Sim Polaris simulator to the Indonesian Navy by means of a competitive tender.

Under the contract, Kongsberg has supplied 1 x DNV GL A compliant full mission bridge simulator with 240° Field of View and ten x part task simulators.

The simulator will feature 26 bridges and eight instructor stations integrated into the same unit and will be equipped with set of real instruments for merchant marine and navy application.

The contract consists of a five-year long term simulator support programme (LTSSP) which allows Kongsberg's new generation bridge simulator technology platform K-Sim Navigation to be migrated to higher platform.

Additionally, the company will develop new simulator models and exercise areas as part of its delivery.

Kongsberg Maritime area sales manager Asraf Ibrahim said: "The contract reflects the growing importance of having a realistic simulated vessel navigation and communications environment to support the quality of assessment.

"Ultimately, our simulators can reduce operational costs for the training and assessment organisation, and the shipowners, while improving maritime safety and efficiency by supporting seafarers to work with more knowledge and proficiency."

In July 2014, Kongsberg Maritime had been contracted by UiT, The Arctic University of Norway, to deliver significant upgrades and extensions to the bridge simulators of its existing ship.

  ★ ship technology  

Saab to provide weapon, battle system for Indonesia's 'tank boat'

The Indonesian government has ordered a prototype of the X18 fire support vessel. Vessel will be used to evaluate platform's suitability ahead of a proper acquisition programme A model of the X18 fire support vessel on display at IndoDefence 2014. [IHS/Ridzwan Rahmat]

Swedish defence company Saab will be providing a remote-controlled weapon system and a battle management system for a prototype of the X18 fire support vessel (FSV) being acquired by the Indonesian Ministry of Defence, the company told IHS Jane's on 18 February at the Singapore Airshow 2016.

The X18 FSV, more commonly referred to as the 'tank boat', is an 18 m platform concept that has been developed by Indonesian shipbuilder PT Lundin. A model of the platform was unveiled at the IndoDefence 2014 exhibition in Jakarta.

"The prototype will be collaboration among Indonesian defence industries and some foreign suppliers", said Peter Carlqvist, Saab's vice-president and head of the company's Indonesia office. "Saab will be supplying the Trackfire remote weapon station and a variant of our company's battle system", he said, adding that the product will be similar to the company's 9LV combat management system.

The platform has an overall beam of 6.1 m, a draught of 0.9 m and a top speed of 30 kt. With a fuel capacity of 6,000 litres, the X18 has a standard range of 350 n miles at 25 kt and 900 n miles at 9 kt. The FSV's primary weapon will be a Cockerill 105 mm high-pressure gun provided by Belgian company CMI Defence.

Although a contract for the prototype has not been formalised, the Ministry of Defence has given approval for the vessel's construction to commence. "We should expect a formal contract very soon", said Carlqvist who added that the completed prototype is scheduled to be tested in about 24 months' time.

  ★ IHS Janes  

Rusia dan Indonesia Akan Membangun Galangan Kapal di Indonesia

Dengan investasi bersama sebesar $ 300 juta sputniknews

Rusia United Shipbuilding Corporation (USC) sedang mengadakan pembicaraan dengan perusahaan Indonesia lebih membangun galangan kapal di Indonesia, Menteri Rusia Perindustrian dan Perdagangan Denis Manturov mengatakan Jumat.

"Saya berpikir bahwa semuanya akan tergantung pertama pada potensi dan infrastruktur pemanfaatan mitra kami di Indonesia yang telah memiliki galangan kapal di sini. Kami telah melakukan pekerjaan tersebut sejak akhir tahun lalu, dan menggambar pada premis bahwa modernisasi galangan kapal yang ada akan membutuhkan lebih sedikit investasi bersama, dan ini juga tergantung pada kapal dituntut oleh rekan-rekan kami di Indonesia," kata Manturov kepada wartawan saat melakukan kunjungan resmi ke Indonesia.

Dengan investasi kedua belah pihak 'sebesar sampai $ 300 juta, galangan kapal berpotensi dapat menghasilkan berbagai kapal, termasuk kapal tanker minyak dan operator gas, menteri mengatakan, menambahkan bahwa proyek akhir akan tergantung pada spesifikasi yang digariskan oleh pemerintah Indonesia. Ada kapasitas galangan kapal Indonesia juga akan diperhitungkan untuk menghindari kelebihan, menurut Manturov.

Sebelumnya pada hari Jumat, menteri menyatakan harapan untuk Rusia mempertahankan omset dengan Indonesia sekitar $ 2 miliar per tahun ini. Pada bulan April, Rusia mengusulkan melakukan saling perdagangan antara kedua negara dalam mata uang nasional. [sputniknews]

  ★ Garuda Militer  

[Dunia] Starstreak Air Defence System Diminati Negara ASEAN

Termasuk Forceshield integrated air defence system untuk Indonesia Starstreak Air Defence System Thailand

P
erusahaan Thales membuka peluang yang signifikan untuk memperluas penjualan alutsista sistem pertahanan udara dan radar pengawasan di pasar Asia Tenggara. Berbicara pada Airshow Singapura pada 17 Februari 2016, Direktur pengembangan bisnis untuk sistem senjata Thales, Mick Oliver mengatakan, perusahaannya sedang memperluas peluang di ASEAN dan sedang berdiskusi dengan pelanggan potensial.

Efek dari ketegangan teritorial yang meningkat, membuat Thales telah mengamankan sejumlah kontrak alutsista pertahanan udara di Asia Tenggara dalam beberapa tahun terakhir.

Ini termasuk pengadaan dari Malaysia dan Thailand untuk Starstreak high velocity missile air defence system dan akuisisi Indonesia untuk Forceshield integrated air defence system, yang terdiri dari sejumlah teknologi Thales termasuk Starstreak, the Controlmaster 200 radar and weapon co-ordination system, the Rapidranger mobile fire-control system, dan the Lightweight Multiple Launcher system.

Oliver mengatakan bahwa dalam mengejar penjualan, Thales tertarik melakukan kemitraan dengan industri lokal di Asia Tenggara melalui mana perusahaan akan mentransfer teknologi dan knowhow untuk memastikan dukungan lokal.

Pendekatan kami adalah melokalisasi-nya sebanyak mungkin,” katanya. “Kebijakan kami adalah untuk memasukkan kemitraan dengan perusahaan lokal yang dapat memberikan pelatihan jangka panjang dan dukungan untuk peralatan kami sehingga pelanggan tidak kembali ke Eropa untuk perbaikan dan dukungan lainnya, dan itu adalah bagaimana kita memberikan solusi di wilayah ini.

Selain mempromosikan alutsista sistem Starstreak dan Forceshield ke negara-negara di Asia Tenggara, Oliver mengatakan sistem radar sedang dipasarkan untuk pelanggan regional termasuk Thales Raytheon Systems (TRS) Ground Master 200 (GM 200) medium-range multi mission radar and the TRS GM 400 long-range surveillance radar. [Janes.com]

  Jakarta Greater