Sabtu, 12 November 2016

UAV IPCD M.A.L.E Dilirik TNI AU

Untuk Mengawasi PerbatasanUAV IPCD M.A.L.E [Remigius SH]

Dalam perhelatan salah satu pameran industri pertahanan strategis terbesar di dunia, Indo Defence 2016 Expo & Forum yang diselenggarakan pada 2 hingga 5 November 2016 di JIExpo, Kemayoran, Jakarta, sebanyak 844 perusahaan dari 28 negara sahabat menampilkan produk unggulan mereka.

Dalam kesempatan pagelaran Indo Defence 2016 itu, TNI Angkatan Udara (AU) tengah melirik sebuah UAV anyar yang dibuat PT IPCD (Indo Pacific Communication & Defence). Pesawat tanpa awak yang berbahan 100% karbon komposit itu bernama IPCD M.A.L.E (Medium Altitude Long Endurance). Penggunaan komposit pada desain struktur menjadikan UAV ini tidak mudah terdeteksi radar.

Kita kerja sama dengan Perancis, cuma ini versi yang man, sebenarnya yang kita pasarin itu versi drone (unman). Yang versi unman kita pasarin ke Angkatan Udara akhir tahun ini, untuk pengawasan perbatasan,” terang seorang narasumber dari IPCD usai dibukanya Indo Defence 2016 Wilkie Hilman kepada Angkasa.

Lanjut ia mengatakan, bahwa kerja sama dengan perusahaan asal Perancis ini sistemnya transfer teknologi, dan sudah dibuat di Indonesia kompositnya. “Kalau pemesanan lagi berjalan tapi saya belum bisa menyebutkan berapa yang akan dibeli oleh TNI AU, ini kebijakan perusahaan,” ungkapnya.

IPCD M.A.L.E memiliki kemampuan jelajah yang tinggi dan rasio tenaga yang maksimal. UAV ini dilengkapi dengan peralatan elektronik dan payload system generasi terbaru yang menjadikan perpaduan sempurna antara teknologi tinggi dengan efesiensi operasional. Untuk payload UAV ini mampu mengangkut bobot hingga 250 kilogram.

UAV ini dapat diaplikasikan untuk misi pengawasan zona udara dan lingkungan; pemantauan aktivitas maritim; pengawasan perbatasan, perkotaan dan lalulintas; serta dapat pula melaksanakan misi pasukan khusus. Sebagai opsional, UAV hasil kerja sama IPCD dengan perusahaan asal Perancis, LH Aviation ini mengeluarkan versi yang dapat dipiloti (man version) dengan kapasitas dua orang awak.

UAV ini sengaja dikonfigurasikan dengan sensor ISR (man version) dan dapat pula dikonfigurasikan sebagai pesawat serang ringan jika dibutuhkan. Untuk perakitan, IPCD M.A.L.E hanya membutuhkan waktu kurang dari satu jam untuk dirakit karena menerapkan sistem modular yang sederhana. Selain itu, UAV ini juga dapat dimobilisir melalui jalur darat, laut dan udara dengan menggunakan kontainer 20 feet yang dirancang khusus.

IPCD M.A.L.E memungkinkan untuk dioperasikan pada un-prepared runway hanya dengan tiga orang kru. Untuk take off, Wilkie mengatakan bahwa UAV ini mampu menanjak hanya dengan landasan sepanjang 750 meter. Sementara untuk landing, IPCD M.A.L.E mampu mendarati landasan hanya sepanjang 650 meter.

Author: Fery Setiawan
 

  Angkasa  

Latihan Bersama Angkatan Udara Indonesia-AS Ditutup

Cope West 2016Pesawat F/A-18D USMC dan pesawat F-16 TNI AU manuever di Manado [15wing.af.mi]

Latihan bersama Angkatan Udara Indonesia dan Amerika Serikat, dengan sandi Cope West, di Manado, Sulawesi Utara, ditutup.

Penutupan itu dilakukan Asisten Operasi Kasau Marsekal Muda TNI Barhim, dalam suatu upacara di Pangkalan TNI Angkatan Udara Sam Ratulangi (Lanudsri) Manado, Jumat (12/11).

"Latihan bersama Cope West dinyatakan ditutup," kata Bachim didampingi Mayor Jenderal Michael Compton dari Air National Guard Asistent to Compacaf.

Pada upacara penutupan tersebut Marsekal Muda TNI Barhim didampingi Mayor Jenderal Michael Compton melakukan pemeriksaan pasukan serta pelepasan tanda peserta kepada salah seorang anggota dari Indonesia dan Amerika Serikat.

Marsekal Muda TNI Bachim mengatakan latihan ini adalah untuk meningkatkan kemampuan dan profesionalisme para penerbang serta crew pendukung dalam mengembangkan praktik dan teori dalam operasi udara. "Hal terpenting latihan ini merupakan ajang yang baik guna mempererat persahabatan dan memperkuat hubungan kedua angkatan bersenjata," katanya.

Ia mengatakan sikap profesionalisme dan komitmen yang tinggi dari seluruh peserta latihan dalam tugas yang diberikan telah menghasilkan dampak yang sangat baik pada keamanan selama latihan tanpa adanya insiden.

Di samping itu suasana yang akrab selama latihan ini, menimbulkan interaksi dan keterlibatan yang baik antar seluruh peserta telah memberikan hasil positif bagi kedua belah pibak.

Hari ini telah menyelesaikan semua program latihan yang telah direncanakan bersama. "Saya ucapkan selamat kepada seluruh peserta latihan atas kerja kerasnya telah melaksanakan latihan ini dengan baik," katanya.

Pada latihan bersama yang berlangsung dari 1-11 Novembsr 2016, melibatkan antara lain enam pesawat jet tempur F-18 milik Korps Marinir AS dan enam pesawat jet tempur F-16 TNI AU. Hadir dalam penutupan itu Sekretaris Daerah Provinsi Sulut Edwin Silangen, serta pejabat TNI, Polri dan sipil di provinsi itu.
 

  Republika  

Lantamal VI Resmikan Team Eastern Fleet Quick Response (EFQR)

Komandan Lantamal (Danlantamal) VI Laksamana Pertama TNI Yusup meresmikan Team Eastern Fleet Quick Response (EFQR) dengan menggelar Upacara Militer bertempat di Dermaga Layang Mako Lantamal VI, Jum’at Siang (11/11/2016).

Upacara ini dihadiri oleh Wakil Komandan (Wadan) Lantamal VI Kolonel Marinir Rasman, M Tr (Han), Walikota Makassar Ir H Moh Ramdhan Pomanto, Kepala Kansar Makassar, Direktur PT Pelindo IV, Dirpolair Polda Sulsel, Para Asisten Danlantamal VI, Para Kadis dan Kasatker Lantamal VI serta para undangan unsur Maritim Lainnya.

Dalam Amanatnya, Danlantamal VI menyampaikan bahwa EFQR Lantamal VI merupakan salah satu bagian dari tugas Lantamal VI yang berada di bawah Komando dan kendali Koarmatim. Keberadaan EFQR Lantamal VI adalah untuk merspon dengan cepat informasi yang diterima dari masyarakat ataupun informasi intelijen mengenai kejadian – kejadian di laut yang dapat menggangu keamanan pengguna laut, khususnya yang melintas di wilayah kerja Lantamal VI.

Team EFQR ini diresmikan dengan tujuan agara unsur-unsur operasi Lantamal VI dapat hadir pada waktu dan posisi yang tepat dalam menindak kejahatan di laut guna mencegah pelanggaran hukum di laut seperti Perompakan, Illegal Fishing, Illegal Mining, Kecelakaan di laut, pencemaran laut. dan dalam melaksanakan tugasnya, selalu berkoordinasi dengan Angakatan Laut tetangga untuk menjaga stabilitas keamanan, sehingga diharapkan akan berdampak pada menurunnya tindak kejahatan di laut.” tegas Danlantamal VI.

Lebih lanjut, Danlantamal VI juga mengajak kepada semua pihak untuk bekerja sama, berkoordinasi secara sinergis dan saling membantu dalam rangka mewujudkan Eastern Fleet Quick Response Lantamal VI yang lebih baik dan dapat dibanggakan, guna mendukung tugas pokok Lantamal VI secara optimal.

Saya berharap dengan dibentuknya Team EFQR Lantamal VI, akan mampu menghadapi tantangan kedepan yang semakin kompleks dengan lebih professional dalam pelaksanaan penegakkan hukum di laut, guna menjaga stabilitas keamanan laut di wilayah kerja Lantamal VI khusunya perairan Makassar”, Kata Danlantamal VI mengakhiri Amanatnya. (iqbal)
 

  Liputan 8  

Program Pesawat KFX/IFX

Memasuki tahap desain awalIlustrasi KFX [google]

Korea Aerospace Industries (KAI) menyatakan program jet tempur generasi 4,5 KF-X memasuki tahap desain awal, setelah menyelesaikan pembangunan teknis (di mana konfigurasi dasar sudah ditetapkan), pada 28 Desember tahun lalu. Pemerintah Indonesia telah mengambil 20 persen saham dalam program pembangunan, dimana PT Dirgantara Indonesia memimpin partisipasi lokal yang disebut IF-X di Indonesia.

Pada tanggal 26 Mei tahun ini, South Korean Defense Acquisition Program Administration (DAPA), yang merupakan lembaga kontraktor utama, mengumumkan pemilihan General Electric sebagai pemenang lelang untuk memasok powerplant pesawat dalam bentuk dua mesin 98kN (22.000 lb) F414- GE-400.

Tahap desain awal akan berakhir pada kuartal kedua tahun 2018, yang mengarah ke penerbangan pertama. Diharapkan penerbangan pertama dapat dilaksanakan pada tahun 2021/2022. Pengiriman akan dimulai sekitar tahun 2025.

http://jakartagreater.com/wp-content/uploads/2015/02/image0014-e1424009653447.jpgModel Pesawat KFX/IFX

Korea Selatan telah menyatakan akan membeli lebih dari 100 pesawat KF-X, sedangkan Indonesia diperkirakan akan memperoleh lebih dari 50 pesawat. IF-X akan berbeda dalam beberapa hal dari KF-X, terutama dalam sistemnya. KAI sedang mengembangkan arsitektur avionik untuk pesawat Korea, sementara Infoglobal telah dipilih untuk memasok beberapa elemen untuk IF-X.

Kedua negara tertarik untuk memaksimalkan konten lokal, tetapi ada beberapa peluang pemasok luar negeri untuk berpartisipasi dalam program komponen dan sistem yang berada di luar kemampuan Korea/ Indonesia. Radar dan peperangan elektronik adalah dua bidang utama yang menarik proposal dari luar negeri.

Di Indo Defence 2016, Leonardo menampilkan model radar Raven ES-05 yang dikembangkan untuk Gripen NG Saab, lengkap dengan associated infrared search and track and IFF system dan menawarkannya sebagai contender untuk pesawat KF-X/ IF-X.

Saab meluncurkan radar tempur AESA baru di acara ADEX di Seoul Oktober lalu, dan juga pitching, dengan sistem EW, untuk program pesawat KF-X. Ini adalah radar tempur pertama di dunia dengan fitur teknologi semikonduktor galium nitrida. [IHS Janes]
 

  Garuda Militer  

Latma Pasukan Operasi Khusus TNI dan RTAF

KRIS-I 2016Asisten Operasi (Asops) Panglima TNI Mayjen TNI Agung Risdhianto, M.B.A., diwakili Wadanjen Kopassus Brigjen TNI Teguh Muji Angkasa selaku Komandan Latihan didampingi Director Of Special Operations Division Counter Terrorism Operations Center (CTOC) Colonel Voradorn Vorakitti Dechakorn, memimpin upacara pembukaan Latihan Bersama antara Pasukan Operasi Khusus TNI dengan Pasukan CTOC Royal Thai Armed Force (RTAF), dengan sandi KRIS-I 2016, bertempat di Lapangan Upacara Stand By Force, PMPP TNI, Sentul, Bogor, Jawa Barat, Jum’at (11/11/2016).

Asops Panglima TNI Mayjen TNI Agung Risdhianto, M.B.A dalam amanatnya yang dibacakan Wadanjen Kopassus Brigjen TNI Teguh Muji Angkasa mengatakan bahwa, masyarakat dunia sedang menghadapi permasalahan serius tentang keamanan terkait dengan aksi terorisme. “Aksi ini telah menimbulkan berbagai dampak yang merugikan bagi eksistensi sebuah Negara, dan upaya penyebaran ideologi mereka yang berorientasi kepada penanaman pengaruh terhadap para simpatisannya, perlu penanganan yang menyeluruh,” katanya.

Lebih lanjut Asops Panglima TNI menyampaikan bahwa, melalui latihan bersama antara TNI dengan RTAF, kedua Angkatan Bersenjata akan mewujudkan kebersamaan untuk dapat menciptakan ketrampilan pasukan khusus yang prima dan siap setiap saat. “Sinergitas antara TNI dan RTAF kali ini menandai adanya hubungan militer yang lebih baik antara kedua bangsa, dan interaksi yang terjalin antara prajurit kedua negara diharapkan dapat menciptakan semangat persaudaraan dan pertemanan yang sejati,” ujarnya.

Menurut Mayjen TNI Agung Risdhianto, sejarah persahabatan antara Indonesia dan Thailand telah terjalin sejak dahulu, Thailand adalah salah satu rekan terpenting bagi Indonesia di kawasan Asia Tenggara. “Latihan bersama ini merupakan sarana yang sangat baik dalam rangka meningkatkan hubungan kita, khususnya kerja sama militer bidang penanggulangan terorisme,” katanya.

Mengakhiri amanatnya, Asops Panglima TNI Mayjen TNI Agung Risdhianto, M.B.A., mengharapkan agar selama pelaksanaan latihan, kedua kesatuan khusus Indonesia dan Thailand dapat meningkatkan dan mengembangkan metode, strategi, teknik, taktik dan pendekatan dalam operasi penanggulangan terorisme.

Sasaran latihan tersebut adalah sarana untuk meningkatkan interoperabilitas kedua kesatuan khusus dalam menghadapi dan menumpas aksi terorisme bersama, serta hubungan persaudaraan kedua kesatuan khusus makin erat dan menjadi katalisator dalam mencapai tujuan latihan dengan sukses,” pungkasnya.

Dalam kesempatan yang sama, Komandan Kontingen Thailand Colonel Voradorn Vorakitti Dechakorn mengatakan antara lain bahwa, seiring dengan meningkatnya kualitas ancaman terorisme dewasa ini, maka satuan-satuan penanggulangan teror di seluruh dunia, khususnya Indonesia telah menjalin hubungan erat, dalam bentuk latihan yang direncanakan, disiapkan dan dilaksanakan secara detail dan berkelanjutan. “Apabila terjadi ancaman terorisme yang mengancam kedaulatan dan melibatkan kepentingan kedua belah pihak, maka satuan-satuan penanggulangan teror di kedua negara dapat dikerahkan dengan cepat dan bekerjasama dengan baik,” ujarnya.

Dengan terselenggaranya Latma KRIS-I 2016 ini, diharapkan menjadi momentum yang baik bagi kedua negara, untuk menyelenggarakan latihan bersama yang berkelanjutan pada tahun-tahun berikutnya,” kata Colonel Voradorn Vorakitti Dechakorn.

Latma KRIS-1 2016 dengan tema “Penanggulangan Terorisme” akan dilaksanakan mulai tanggal 11 sd 18 November 2016, dan merupakan kali pertama bagi Pasukan Khusus TNI dan RTAF, dengan melibatkan unsur Pasukan Operasi Khusus TNI meliputi Satuan-81 Korps Pasukan Khusus (Kopassus) TNI AD, Detasemen Jala Mangkara (Denjaka) TNI AL dan Satuan Bravo ’90 Korpaskhas TNI AU, serta CTOC Royal Thai Armed Force.

Adapun tujuan latihan adalah untuk meningkatkan kerja sama, interoperabilitas dan kesepahaman pasukan TNI dengan RTAF CTOC di dalam menanggulangi aksi terorisme yang melibatkan kedua Negara, dengan materi latihan meliputi Subject Matter Expert Exchange (SMEE) dan Table Top Exercise (TTX) serta Manuver Lapangan.

Materi latihan SMEE, diantaranya analisa skenario latihan termasuk analisa dan Standar Operating Procedure (SOP); pengembangan skenario dan analisa kekuatan kawan dalam pelaksanaan latihan. Sedangkan materi latihan TTX meliputi perumusan; penganalisaan dan olah yudha cara bertindak; pengambilan keputusan cara bertindak yang terbaik; merumuskan bersama konsep umum operasi; pengujian rencana penanggulangan teror gabungan melalui metoda TTX; dan pelaksanaan komando dan kendali taktis.

https://cdn.sindonews.net/photos/2013/09/14/3887/13046_highres.jpgIlustrasi latihan anti teror beberapa waktu yang lalu [sindo]

Sedangkan Manuver Lapangan meliputi Field Integration Training (FIT) dan Full Mission Profile (FMP). Materi Manuver Lapangan secara teknis diantaranya, mobilisasi udara; fast roping; rapelling; method of entry; penembak runduk dan explosive ordonance disposal (penjinak bahan peledak. Secara taktis diantaranya, pembebasan sandera di gedung; raid penghancuran; perebutan cepat; patrol pengintaian jarak jauh; penyekatan dan evakuasi sandera.

Materail yang digunakan dalam Latma KRIS-1 diantaranya Combat Shirt; Overall; Senjata MP-5, Shotgun, AX-338; Amunisi Bahan Peledak; Alat Optik; Alat Komunikasi berupa Handy Talkie dan Repeater; Alat Perlengkapan Fast Roping dan Rapelling; Peta (Ciawi 37/XVIII-A); GPS, Kompas dan Navigasi; serta alat perlengkapan perorangan lainnya.

Sementara, Alutsista yang dikerahkan meliputi 1 (satu) unit Helly Super Puma; Kendaraan Taktis diantaranya, 2 (dua) Bus Master; 3 (tiga) Kendaraan Hilux; 1 (satu) Kendaraan Tangga; 1 (satu) Kendaraan Penjinak Bahan Peledak; 3 (tiga) Unit Truk; 1 (satu) Unit Ambulance dan 3 (tiga) Unit Motor. Jumlah pelaku yang terlibat sebanyak 87 orang, terdiri dari 44 Pasukan Anti Teror TNI dan 43 Pasukan CTOC Royal Thai Armed Forces serta melibatkan 78 personel TNI sebagai pendukung.

Hadir pada upacara pembukaan Latma KRIS-I adalah Brigjen TNI Saptono Adji, Brigjen TNI Edison Simanjuntak, Paban VII/Latma Sops TNI Kolonel Inf Achmad Budi Handoyo dan para pejabat Mabes TNI, TNI AD, TNI AL dan TNI AU. (Am)
 

  Channel Indonesia  

KRI Banda Aceh Arungi Perairan Australia

Kartika Jaya Krida 2016KRI Banda Aceh 593 saat sandar di Pelabuhan Sydney Australia, Jumat (11/11). [Dispen Kolinlamil]

KRI Banda Aceh-593 yang telah mengangkat sauh, melaksanakan tugas pelayarannya ke Sydney, Australia. Pelayaran kali ini mengemban misi Operasi Kartika Jala Krida 2016 sebagai ajang latihan puncak taruna Akademi TNI AL.

Pada kesempatan tersebut, KRI Banda Aceh-593 menjadi kapal TNI AL peserta International Naval Review (INR) 2016 di Australia itu. Kapal perang dari kelas landing platform dock buatan Indonesia itu lepas tali tambat dari dermaga Markas Komando Pangkalan Utama TNI AL VII/Kupang, NTT, Senin pertengahan Oktober lalu.

Satuan tugas itu terdiri dari 103 kadet terdiri dari 92 kadet putra dan 11 kadet putri tingkat III Akademi TNI AL atau angkatan ke-63 akademi itu, 19 pengasuh AAL terdiri dari 14 perwira dan lima anggota, serta 123 ABK dan 19 pendukung.

Untuk pelayaran hingga ke Sydney, KRI Banda Aceh-593 menempuh waktu selama 13 hari 15 jam dengan menempuh 3.400 mil laut dengan kecepatan 14 knot perjam, dengan keberangkatan pada waktu 14.00 WIT dari Kupang, NTT.

Pelayaran ini melanjutkan lintas laut kapal rutin menuju Sydney, Australia, sebelum menuju Auckland, Selandia Baru untuk mengikuti latihan bersama Mahi Tangaroa di Auckland, Selandia Baru.

KRI Banda Aceh-593 mewakili TNI AL (Indonesia) dalam rangka menghadiri rangkaian perayaan Hari Ulang Tahun ke-75 Royal New Zealand Navy pada November 2016 yang akan diikuti 18 negara anggota ASEAN Defence Ministry Meeting (ADMM) Plus FTX On Maritime Security Mahi Tangaroa 2016.

Selepas upacara pemberangkatan dengan upacara kemiliteran yang melibatkan seluruh Satgas KJK dan INR 2016 di dermaga Markas Komando Pangkalan Utama TNI Al VII/Kupang, NTT, seluruh personel satuan tugas itu dilepas petinggi TNI AL setempat.

Secara terpisah, Komandan KRI Banda Aceh-593, Letnan Kolonel (P) Budi Santosa, menegaskan, personel Satpaska Armabar yang on board dikapalnya melakukan serangkaian latihan kemampuan pencarian, penyergapan dan pembebasan atau Visit Board Search and Seize (VBSS) kapal Jumat (11/11).

Menurutnya, peran utama akan dimainkan anggota Satuan Komando Pasukan Katak Komando Armada Indonesia Kawasan Barat TNI AL yang berperan sebagai awak KRI Banda Aceh-593 sebagai kapal perang bantu yang akan dilindungi dalam latihan Mahi Tangaroa.

"Kita nantinya akan bergabung dengan 15 kapal perang dari delapan negara pada bulan November mendatang yang tergabung dalam Latma Mahi Tangaroa yang sudah terkonfirmasi oleh Angkatan Laut Selandia Baru," katanya. (fri/jpnn)
 

  JPNN  

Kondisi Pangkalan Udara TNI AU Dumatubun Langgur memprihatinkan

Di Maluku Tenggara ✈ Ilustrasi N219  [PTDI]

Panglima Komando Operasi TNI AU II, Marsekal Muda TNI Umar Sugeng Haryono, menilai kondisi Pangkalan Udara TNI AU Dominicus Dumatubun, Langgur, Kabupaten Maluku Tenggara, sangat memprihatinkan.

"Sangat memprihatinkan sekali, tetapi masih bisa digunakan untuk kepentingan-kepentingan TNI AU," kata Haryono saat meninjau pangkalan udara itu, Rabu.

Walau memprihatinkan, namun keberadaan pangkalan udara TNI AU tipe D itu, penting untuk mendukung operasionalisasi Komando Operasi TNI AU.

Selain itu, dengan panjang landasan 1.300 meter dan lebar 30 meter, pangkalan udara TNI AU yang juga dioperasikan untuk kepentingan sipil juga dirasakan penting untuk menjaga potensi dirgantara di wilayah Maluku Tenggara, Kota Tual, Maluku Tenggara Barat, dan Kepulauan Aru.

Karena itu, dia telah memerintahkan Komandan Pangkalan Udara TNI AU Dumatubun, Letnan Kolonel Penerbang Hantarno Sasmoyo, menjaga aset yang dibangun Jepang sejak 1942 itu. Pangkalan udara itu pernah berperan penting saat operasi pembebasan Irian Barat pada 1961-1962, dan Haryono pernah bertugas di sana 15 tahun lalu.

Selain Pangkalan Udara TNI AU Dumatubun, dia juga meninjau Bandara Karel Sasuit Tubun, di Desa Ibra, Kecamatan Kei Kecil, Maluku Tenggara, yang merupakan bandara baru pengganti Bandara Dumatubun. Panjang landasan pacu Bandara Karel Sasuit Tubun itu 1.600 meter dan lebar 30 meter.

Haryono dan rombongan tiba di Pangkalan Udara TNI AU Dumatubun memakai Boeing B-737-300 dari Skuadron Udara 5 TNI AU yang sehari-hari berpangkalan di Pangkalan Udara Utama TNI AU Hasanuddin, Makassar.

Ini juga ujicoba pendaratan dengan pesawat berbadan lebar. Sebelum dia, uji coba memakai Boeing B-737-300 Surveillance TNI AU itu juga dilakukan di Bandara Karel Sasuit Tubun, dengan pilot-in-command Kolonel Penerbang Benny Arfan, yang juga menjabat kepala Dinas Operasi Pangkalan Udara Utama TNI AU Hasanuddin.

Arfan mengoperasikan pesawat terbang militer itu bersama Komandan Skuadron Udara 5, Letnan Kolonel Penerbang Akal Juang, pada 4 November 2016.

"Dengan uji coba pendaratan dua pesawat Boeing TNI AU ini, tentu akan menarik perhatian maskapai penerbangan untuk mengoperasikan pesawat berbadan lebar, termasuk untuk melakukan penerbangan langsung dari Maluku Tenggara menuju Makassar," katanya.

Menurutnya, kondisi bandara Ibra dengan berbagai fasilitas penerbangan lengkap sangat memungkinkan untuk melayani penerbangan langsung Langgur-Makassar, tanpa perlu melalui Kota Ambon sebagai ibu kota provinsi Maluku.

  antara  

Filipina Izinkan Malaysia dan Indonesia Kejar Penculik

https://cdn.tmpo.co/data/2016/09/18/id_540121/540121_620.jpgWarga Norwegia, Kjartan Sekkingstad (tengah) berdiri di samping pimpinan Front Pembebasan Nasional Moro (MNLF) Nur Misuari setelah dibebaskan dari kelompok militan Abu Sayyaf Islam al-Qaeda, di Jolo, Sulu di Filipina, 18 September 2016. Warga Norwegia Kjartan Sekkingstad dan tiga orang ABK Indonesia, diserahkan kepada utusan pemerintah Filipina di kota Indanan, Pulau Jojo. [REUTERS/Nickie Butlangan]

Filipina mengizinkan Angkatan Laut Malaysia dan Indonesia mengejar penculik dari kelompok Islam ke dalam perairannya. Hal itu disampaikan Perdana Menteri Najib Razak menyusul pertemuannya dengan Presiden Rodrigo Duterte di Putrajaya.

"Presiden Duterte juga bersepakat dengan Presiden Joko Widodo melakukan hal yang diperlukan untuk memburu para penculik," ucapnya sepeti ditulis Strait Times, Kamis, 10 November 2016.

Dalam acara jumpa pers di ibu kota pemerintahan Putrajaya, Najib menerangkan, "Izin pemburuan itu perkembangan baru. Sebelum dengan Malaysia, Duterte dan Joko Widodo telah menjalin kesepakatan mengenai pengejaran penculik di perairan Filipina."

Perairan di wilayah sebelah timur negara bagian Sabah, Malaysia, dan selatan Filipina berkali-kali menjadi area penculikan oleh kelompok bersenjata Abu Sayaf selama dua tahun terakhir ini.

"Kami ingin membasmi kaum penculik yang suka menuntut tebusan," kata Najib. "Kami juga harus mengejar dan menumpasnya."

Abu Sayyaf, sebuah kelompok militan yang memiliki basis pertahanan di pulau-pulau terpencil di selatan Filipina. Kelompok ini lebih dari satu dekade telah melancarkan serangan militer dan melakukan penculikan selanjutnya ditukar dengan uang tebusan.

Sejumlah laporan terakhir menyebutkan, sebagaimana dikatakan militer Filipina bahwa kelompok ini pada Senin, 7 November 2016, telah membunuh seorang perempuan Jerman dan menculik rekannya dari kapal pesiar yang berada di selatan perairan Filipina.

 ♖ Tempo  

Jumat, 11 November 2016

DCNS Tawarkan OPV 90 dan Gowind 2500

Untuk kebutuhan TNI ALhttp://www.janes.com/images/assets/436/65436/p1651693.jpgModel Gowind 2500 di Indo Defence 2016 [IHS Jane]

DCNS menawarkan dua desain kapal permukaan untuk memenuhi kebutuhan Indonesia. Proposal disertai dengan tawaran transfer teknologi dan pengetahuan teknis untuk industri lokal.

Desain OPV 90 dan Gowind 2500 ditawarkan sebagai kebutuhan TNI AL. Sebanyak dua unit kapal patroli lepas pantai (OPV) dan kemungkinan dua fregat tambahan untuk platform SIGMA 10514.

Berbicara kepada IHS Jane dalam pameran Indo Defence 2016 di Jakarta, pejabat DCNS menegaskan bahwa galangan kapal akan berpartisipasi dalam kompetisi ini. Tender formal untuk proyek besar ini diharapkan akan dikeluarkan pada tahun 2017.

Gowind corvette [DCNS]

Spesifikasi OPV yang ditawarkan mempunyai panjang 87 m, lebar 13,6m dan draft  3.2 m. Kapal dapat menampung sekitar 60 kru, termasuk pasukan khusus dan terdapat helicopter deck dengan kapasitas 10 tons tanpa hanggar.

Kecepatan OPV sekitar 21 kt dengan jarak jelajah 8.000 nm pada kecepatan 12 kt selama 21 hari. Menurut DCNS, OPV 90 didesain sebagai Gowind corvette telah digunakan AL Perancis, L'Adroit (P 275).

Sedangkan frigat Gowind 2500 memiliki panjang lebih dari 100 m, lebar 16 dan draft 5.4 m. Kapal dipersenjatai dengan 16 tabung vertical launch system (VLS), sonar dilambung, peluncur torpedo dan meriam utama kaliber 76 mm.

"Salah satu kredit dalam project ini, adalah kami memiliki rekamam jejak yang baik dengan partner industri lokal dalam pengiriman kapal," ungkap Fabrice Honore, direktur DCNS Indonesia. [IHS Jane]

 ♖ Garuda Militer  

Honeywell Cari Rekanan Lokal untuk "Upgrade" C-130 Hercules TNI AU

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEghhgLX65MOVsQ9bhfd4alyzxxByV5Dc2Qd2thTp3QrjHXPH7G7Wq7Oei43HglrcBI4FPZrQtw-g5nu6E7p4Epysz0JPtqWyHcWB0LCJBbuIhfBpSTGjSOswjI1MhyphenhyphenqSQ5pQGXnQ0vVA9Q/s400/1003122CSC-1978780x390.jpgC-130 Hercules TNI AU [Kompas]

Pabrikan penyedia solusi kedirgantaraan asal Amerika Serikat (AS), Honeywell Aerospace, sedang mencari rekanan pabrik di Indonesia. Kerja sama dengan pabrikan lokal itu dibutuhkan agar Honeywell bisa menawarkan solusi upgrade pesawat angkut C-130 Hercules kepada TNI AU.

Saat ini, menurut pihak Honeywell, mereka tengah berbicara dengan beberapa pabrikan lokal untuk menjajaki kerja sama ini. Honeywell juga mengaku sudah mengajukan penawaran upgrade C-130 Hercules kepada TNI AU.

Hal itu disampaikan oleh Derek Lockett, Director Sales Asia Pacific Honeywell Aerospace, saat dijumpai KompasTekno dalam ajang pameran persenjataan Indodefence 2016 di JI Expo Kemayoran, Jumat (4/11/2016) pekan lalu.

"Untuk program C-130, kami memiliki sejumlah solusi, seperti upgrade pesawat, avionik, sehingga membuatnya modern dan reliable. Kami butuh partner lokal untuk aktivitas integrasi, engineering, dan sebagainya," ujarnya.

"Pendekatan yang kami lakukan adalah kami ingin menggandeng industri lokal dan Honeywell bisa mendukungnya. PT DI hanya satu dari sekian banyak perusahaan yang ingin kami gandeng. Masih banyak lagi yang lainnya sedang dalam pembicaraan," kata Lockett.

"Semoga prosesnya berjalan lancar baik dari sisi tim yang kami siapkan, maupun juga peraturannya di Indonesia," imbuhnya.
Dari hidung hingga ke ekor
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhcfVvrnL206n9cygbv7TRo362q1JohrLO7OEOv5s6m1KIIHAehfNDGeA1j8dCOWlrx25OYxq5zVGVx5jogDw3II1vUZwRiE0TGcKi6Jbnw4KYPezapLAqrhy5a31hy8fkqB7FbNJserrQ/s400/aa8fd-c130_kaskus.jpgC-130 Hercules TNI AU [Kaskus Militer]

Honeywell sendiri menawarkan beragam solusi upgrade untuk C-130 Hercules. Solusi-solusi tersebut mencakup upgrade hardware dari hidung hingga ke ekor, seperti enhanced ground proximity warning system (EGPWS), radar cuaca, VXP HUMS untuk maintenance, air turbine starter, anti-ice valve, dan auxiliary power unit (APU).

Dari sekian banyak pilihan tersebut, Lockett menggarisbawahi beberapa solusi saat berbincang dengan KompasTekno, seperti solusi EGPWS, radar cuaca, dan HUMS.

EGPWS yang ditawarkan Honeywell menawarkan sistem yang compact dan mudah dibongkar pasang dengan biaya perawatan yang rendah.

Fungsinya adalah untuk meningkatkan kru pesawat akan kondisi sekitar pesawat saat mereka memiliki beban kerja tinggi atau jarak pandang yang pendek. EGPWS diharapkan bisa mengurangi risiko pesawat menabrak tebing atau gunung saat masih dalam kendali atau controlled flight into terrain (CFIT).

Untuk radar cuaca (weather radar), komponen ini menurut Honeywell telah diproduksi di pabrik Honeywell di Bintan. Radar cuaca yang dibuatnya memiliki daya jangkau lebih jauh sehingga bisa mendeteksi awan badai lebih dini, dan diklaim bisa mengurangi diversi jalur penerbangan hingga 25 persen sehingga bisa menghemat bahan bakar.

Sementara itu, health and usage monitoring systems (HUMS) adalah sensor yang dipasang di bagian-bagian mesin yang bergerak atau berotasi, seperti rotor, generator, dan bearing.

"Sensor HUMS dipakai untuk memonitor bagian di pesawat yang berotasi, saat (pesawat) kembali ke base, mekanik bisa mengunduh datanya dan mendeteksi lebih dini komponen mana yang aus dan harus diganti," terang Lockett.

Dengan mendeteksi keausan komponen lebih dini, diharapkan permasalahan di pesawat lebih dini ditangani juga sehingga permasalahannya tidak merembet ke komponen lain yang ujungnya membuat bengkak biaya perawatan.

Solusi ini bisa digabungkan dengan layanan satelit Honeywell sehingga mekanik di darat bisa memantau kondisi pesawat di udara secara real time. Dengan deteksi kerusakan lebih dini, mekanik bisa menyiapkan komponen pengganti secepat mungkin.

Dengan demikian, pesawat segera bisa diperbaiki begitu mendarat, dan bisa terbang kembali dalam waktu yang lebih singkat.

Untuk mengetahui lebih lanjut tentang solusi-solusi Honeywell untuk C-130 Hercules, kunjungi tautan berikut ini.
Masih dalam tahap pembicaraan
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhtX4FxUEGksU2gRL2UON0pEQo0l4A8O5OcLkypT3DJ0NkR8QLxHX1nVlFHYENFh1mmGm-E8xxJg9VwcWqAanOUUpbhwO_FI_WrrkyXjkvfQtracR9zK0yuKBuG1jDvKaw2Okw05qkH5DE/s400/Photo_20031211_61934.jpgC-130 Hercules TNI AU [TNI AU]

Lockett juga mengaku sudah bertemu dengan pihak TNI AU membicarakan tawaran upgrade C-130 Hercules ini, dan mengatakan, mereka sangat tertarik dengan apa yang Honeywell tawarkan.

"Namun, kembali lagi ke persoalan berapa bujet yang TNI AU punya," imbuhnya.

TNI AU sendiri saat ini memiliki beragam varian C-130 Hercules yang dioperasikan, seperti C-130B, C-130H, C-130H-30, KC-130B (varian tanker), dan L-100-30 (varian penumpang). Tidak semuanya akan di-upgrade. Kemungkinan, hal tersebut hanya dilakukan untuk varian H, termasuk unit hibah yang didapat dari Australia.

 ♖ Kompas  

[Ancab 2016] TNI AD Latihan Perang

Teluk Buton Ditutuphttps://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhD4L_-Gvc1jvAv-4lIIjQPH1uowzEONHpCkTHKwivTb_DJZQGDYG2nFTsiKAFD2ABSM9MIc4JGdh6XwhmgZ3Io_a06osHJeHy6iGnF2BQoXw9wMee8YLI-Rzu2Rkhh1WXp_nw69BuaF72V/s1600/Suasana+latihan+perang+di+Teluk+Buton%252C+Natuna%252C++aulia+rahman-batampos.gifSuasana latihan perang di Teluk Buton, Natuna, sejak Selasa (8/11/2016) lalu. [aulia rahman/batampos]

TNI Angkatan Darat menggelar latihan perang sejak Selasa (7/11/2016) kemarin di Teluk Buton, Natuna. Meriam dengan daya ledak besar dan kecil digunakan. Bahkan kendaraan tempur di darat, laut, dan berbagai jenis heli dikerahkan.

Dentuman meriam dan tank terdengar keras. Pulau pendek di depan pantai Teluk Buton menjadi sasaran dalam latihan tersebut. Sementara warga di Desa Teluk Buton diungsikan di Desa Pengadah.

Pantauan Batam Pos, puluhan tank dan atileri meriam berjejer di bukit Tanjung Datuk. Sasaran Teluk ada di darat dan di laut, tepatnya di Pulau Pendek.

Dandim 0318 Natuna Letkol Inf Ucu Yustiana mengatakan, setiap pagi warga Desa Teluk Buton dijemput untuk dievakuasi ketempat aman di Desa Pengadah. Namun malamnya warga tetap beristirahat di rumah masing masing.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjQylFQD0vFPzgDeeSRGZ1hpSM0O5Iko6HuzShsBO5SBeu3wE4P9OrwYwbAFMw7wJY77qVHe7o9LMtNKnK7vd5ukX77GGmeeBFmqJXQADo9ZSJrf_KBiTaN3QesKPtf7WS1CQUKUyOiBqUO/s1600/Indonesian+Army+Leopard+2RI+MBTs+in+Natuna.+Credit+to+hobbymiliter..jpgMBT Leopard 2RI [hobby militer]

Waktu-waktu tertentu selama digelar latihan perang, Teluk Buton ditutup untuk umum. Warga setempat juga dievakuasi,” ujar Dandim.

Sementara Wakil Bupati Natuna Ngesti Yuni Suprapti terus melakukan peninjauan warga Teluk Buton yang dievakuasi selama latihan perang.

Tadi sudah pagi pagi kita pantau warga yang dijemput dari rumah. Memastikan warga dievakuasi semua,” ujar Ngesti.

Ngesti mengaku, warga yang dievakuasi di kantor Desa Pengadah akan diberikan hiburan agar tidak jenuh selama ditenda pengungsian. Karena Evakuasi akan terus dilaksanakan hingga latihan perang berakhir.

Anak anak juga harus dipantau, tetap belajar seperti biasa,” kata Ngesti.

Ngesti juga meninjau pembangunan radar di Tanjung Datuk. Dikatakannya, khusus pembangunan radar tersebut, pemerintah daerah membantu membebaskan lahan.

 ♖ Batampos