Sabtu, 19 November 2016

Pasukan Pengawal Kapolri

✈ Naked Bike Naked Bike [Ery]

Mungkin sering Anda melihat ketika sedang berada di jalan protokol Ibukota ada serangkaian iring-iringan pejabat tinggi yang dikawal motor gede (moge) digaris depan dan belakang rangkaian ketika melintas. Lain halnya dengan patroli pasukan bermotor pengawal yang menyertai iring-iringan Kapolri (Kepala Kepolisian Republik Indonesia), motor yang mereka gunakan bukan moge, melainkan naked bike. Dengan begitu, akselerasi pasukan ini lebih terbuka dibandingkan menggunakan moge karena lebih ringkas namun tetap trengginas.

Menurut penuturan personel yang Angkasa jumpai dan tak ingin disebutkan namanya, kendaraan bermotor yang dimiliki pasukan ini seluruhnya berjumlah sepuluh unit yang terdri dari tiga merek kendaraan bermotor terkemuka di dunia, yakni Harley Davidson, Victory dan Triumph.

Untuk Triumph, model yang dimiliki pasukan ini adalah MY15 Speed Triple R ABS. Model ini tidak dijual di Indonesia, namun pada kelas yang sama (roadsters), hanya Triumph Street Triple yang terdapat di Indonesia.

Soal harga, dari laman resminya, naked bike yang lahir pada tahun 2015 ini dibandrol dengan harga 14.699 dolar Amerika Serikat atau sekitar 193.924.000 Rupiah.

 SPESIFIKASI : 

☠ Horse Power 121.1 hp @ 9190 rpm
☠ Torque 75.0 lb.-ft. @ 6780 rpm
☠ Top Speed 150 mph
☠ Fuel Mileage 37 mpg
☠; Wheelbase 56.7 in.
☠ Gearbox 6 Speed
☠ Oil Capacity 1.0US Gallon
☠ Frame Aluminium beam twin-spar
☠ Brembo 4-piston Monobloc radial calipers ☠ Switchable ABS
☠ LCD Multi-Functional Instrument
☠ Digital Speedometer

 Standar Pasukan Patroli Bermotor Pengawal Kapolri 
http://www.sigsauer.com/upFiles/catalog/product/SIG516-Patrol-large.jpgPejabat tinggi baik di institusi Kepolisian maupun Tentara Nasional Indonesia (TNI) memiliki kesibukan dan mobilitas yang tinggi. Dengan tingginya mobilitas mereka dalam menjalankan tugas negara yang diemban, para pejabat tinggi didampingi pasukan patroli bermotor pengawal yang siap sedia memastikan perjalanan yang mereka lalui dalam keadaan aman. Selain itu, pasukan patroli pengawal pun dilengkapi dengan persenjataan untuk mendukung tugasnya.

Dalam rangkaian iring-iringan Kapolri, terdapat dua motor yang mengawal pada garis depan dan belakang yang terdiri dari dua personel pada setiap motor. Pasukan yang mengawal diambil dari anggota Gegana Brigade Mobil (Brimob) Polri. Pasukan ini dilengkapi dengan senjataan laras panjang SiG Sauer 516 CQB yang dipegang oleh personel yang dibonceng. Dengan senjata tersebut, pasukan ini memiliki kompetensi untuk melakukan pertempuran jarak dekat bila memang terjadi gangguan dari kelompok bersenjata.

Sebelum menjadi pasukan pengamanan Kapolri, terlebih dahulu mereka menjalani pendidikan selama satu bulan di Sentul. Pasukan ini dibentuk untuk memiliki kemampuan mengendara taktis, menggunakan senjata sambil berkendara, evakuasi, pertempuran jarak dekat (Close Quarter Battle/CQB) dan sebagainya.

Author: Fery Setiawan

  Angkasa  

Nigeria Siap Borong Pesawat N-219

✈ Karya Anak Bangsa N-219, Pesawat di Kawasan Perintis Karya Anak Bangsa (PT DI)

Indonesia saat ini menjadi negara yang memiliki perkembangan industri dirgantara yang mulai diperhitungkan di dunia. Melalui PT Dirgantara Indonesia (Persero), berbagai produk yang diciptakannya mulai banyak digunakan negara lain.

Yang terbaru, PTDI tengah mengembangkan pesawat jenis turboprop (balik-baling) yang digunakan untuk penerbangan komersil jarak pendek. Pesawat ini dinamakan N-219. Saat‎ ini pesawat anyar itu sudah diperkenalkan keluar hanggar, namun beberapa komponennya masih dalam proses sertifikasi.

Direktur Utama PTDI Budi Santoso m‎engungkapkan meski belum melakukan terbang perdana, namun dari hasil pameran yang diselenggarakan, sudah banyak pihak yang menyatakan minatnya untuk membeli pesawat ini.

Tak tanggung-tanggung, negara asal benua Afrika, Nigeria juga menyatakan siap memborong pesawat tersebut jika nantinya telah diproduksi.

"Salah satunya (Nigeria), bahkan mereka menawarkan untuk assembly di sana, mereka siap beli 100 pesawat," kata Budi saat berbincang dengan Liputan6.com seperti ditulis, Sabtu (18/11/2016).

http://images.detik.com/customthumb/2015/12/10/157/cawat8.jpg?w=780&q=90Meski begitu, Budi mengaku belum bisa memutuskan pernyataan menggembirakan dari Nigeria tersebut. Saat ini PTDI tengah konsentrasi melakukan sertifikasi dan setelah itu akan dilakukan terbang perdana. "Kalau sudah terbang, nanti baru kita bicarakan lagi soal komitmen itu," tegas Budi.

Seperti dikatakan Budi sebelumnya, beberapa perusahaan asal Benua Afrika tersebut, banyak pesawat dengan tipe yang sama yang banyak digunakan di negaranya namun kini berusia uzur. Ini karena produsen pesawat tersebut sudah tidak memproduksinya lagi.

Untuk itu, mereka memburu N-219 ini karena pesawat jenis ini akan menjadi idola baru‎ di langit-langit Afrika nantinya. Komitmen ini diakui Budi menjadi semangat tersendiri bagi PT DI untuk segera merampungkan produksi N-219. "Jadi mereka melihat ini untuk masa depannya Afrika," tambah Budi.

‎Tak hanya perusahaan luar negeri, Budi mengaku juga telah disiapkan perjanjian jual beli dengan perusahaan dalam negeri. Perusahaan ini dikatakannya siap membeli 40-60 unit N219. Hanya saja Budi masih enggan menandatangani kontrak tersebut sebelum N-219 terbang perdana.

Tak mau menyebutkan nama perusahaan itu, Budi hanya menjelaskan jika ini memiliki bisnis di penerbangan perintis.

"Buat saya itu 40-60 unit itu produksinya sekitar 3-4 tahun. Kan sekarang 12 unit per tahun, nanti akan naik jadi 24 unit pesawat per tahun. Jadi ini yang kita kerjakan," papar dia. (Yas/Ndw)

  Liputan 6  

Pindad dan Theon Luncurkan Pindad Optronics Workshop

✈ Multi Purpose Night Vision Sight Pada pagelaran Indo Defence 2016, PT Pindad (Persero) dan perusahaan system optronic dari Yunani, Theon meluncurkan proyek kerjasama bersama yang diber nama PIndad Optronics Workshop. Menteri Pertahanan Yunani, Panos Kammenos menghadiri acara peluncuran ini dengan didampingi dengan Direktur Utama PT Pindad (Persero) Abraham Mose dan jajaran manajemen.

Ruang lingkup kerjasama Pindad dan Theon meliputi produksi bersama Teropong Bidik Senapan Malam (TBSM) di Pindad, pembangunan lini assembly dan penjualan bersama. MoU kerjasama telah ditandatangani sejak Februari 2015, saat ini pembangunan fasilitas dan lini produksi memasuki tahap akhir sehingga pada awal 2017 dapat memasuki proses produksi.

TBSM hasil kerjasama Pindad dan Theon ini akan diproduksi di Indonesia dengan memaksimalkan penggunaan material dari dalam negeri, didesain untuk memiliki resolusi tinggi, performa yang baik dan praktis penggunaannya. Teropong dibuat untuk memenuhi kebutuhan prajurit di lapangan dalam operasi militer di malam hari dan memenuhi Minimum Esential Force (MEF) TNI dengan potensi pasar meliputi Mabes TNI, TNI AD, Polri dan pasar Ekspor.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhVFo2QHpTlGyZGhDRkf9HQGRjAVYdYc8m3Kia4lpoa0E3QiObrYnp7MzAGARXq9AJ8TIpTcRJwtYOlDflbap35iZ1Y4OIrUcHlkJ4b8ayspN81jMd7d-IiCP5znWJayXLXOb4oIvrPF5A/s1600/NX-122C.jpg"Senapan kami sudah mendukung performa TNI sejak lama dan menjadi senjata organik yang dipakai para prajurit di lapangan. TBSM yang akan kami produksi bersama akan didesain khusus agar kompatibel dengan senjata yang diproduksi Pindad dan sudah dipergunakan di lapangan," tutur Direktur Utama Pindad, Abraham Mose.

Teropong tersebut nantinya dapat dipasang untuk berbagai senjata, terutama buatan Pindad yang telah tersebar di berbagai satuan seperti SS2 dan kompatibel dengan Trijicon. Tipe teropong yang akan dibuat meliputi Damon, Erebus, Mini Weapon Sight serta jenis night vision lainnya sesuai kebutuhan.

Instrumen Optik dalam TBSM dibuat dengan teknologi tinggi yang memungkinkan pemakainya melihat dalam keadaan gelap pada kondisi malam hari, di dalam hutan dan medan dengan kondisi cahaya yang minim.

Kerjasama yang dirintis Pindad dengan salah satu pemimpin pasar global memiliki harapan bahwa proses alih teknologi yang dilakukan akan berjalan secara lebih maksimal dan akan berujung pada penguasaan teknologi perusahaan akan meningkat. (Anggia)

  Pindad  

Legenda Batalion Infanteri Mekanis

✈ Ada hikmah lain di balik pensiunnya Agus Yudhoyono. Pemberitaan seputar Agus turut mengangkat nama batalion infanteri mekanis, satuan tempur relatif baru di tanah air. Kenali lebih lanjut bersama Aris Santoso. Saat Mayor Inf. Agus Harimurti Yudhoyono (kini sudah berstatus purnawirawan) memutuskan mengundurkan diri dari dinas TNI pada akhir September lalu, sehubungan niatnya untuk maju sebagai Cagub (calon gubernur) DKI Jakarta Raya, publik merasa terkejut.

Bagaimana tidak, Agus dikenal sebagai perwira muda yang cemerlang, dengan masa depan menjanjikan. Latar belakang keluarganya juga mendukung, ayah dan kakeknya adalah jenderal yang sangat terkenal. Sepertinya bukan hanya TNI yang merasa kehilangan salah seorang kader terbaiknya, namun publik juga menyayangkan pilihan Agus untuk pensiun dini.

Pilihan Agus untuk pensiun dini adalah proses politik yang masih terus bergulir. Kita masih harus menunggu bagaimana performa Agus di "palagan” yang baru. Namun ada hikmah lain di balik pensiunnya Agus, bahwa pemberitaan seputar Agus turut mengangkat nama batalion infanteri mekanis (yonif mekanis), model satuan tempur yang relatif baru di tanah air. Mengingat posisi terakhir Agus sebelum mengundurkan diri, adalah Komandan Batalion Infanteri Mekanis 203/Arya Kamuning yang berkedudukan di Tangerang.

 Para Raiders dan Yonif Mekanis 

Perjalanan karier Agus juga unik, yang seolah merefleksian perjalanan satuan infanteri lintas udara di tanah air. Pasca perang kemerdekaan, TNI (d/h ABRI) mulai membentuk satuan infanteri berkemampuan khusus, dengan kualifikasi teknis dan persenjataan yang lebih mumpuni, di atas rata-rata satuan infanteri reguler.

Mulai dasawarsa 1950-an, mulai dibentuk satuan-satuan yang di kemudian hari menjadi legendaris, bahkan hingga hari ini. Satuan dimaksud antara lain, Kopassus (April 1952), Yonif 401/Banteng Raiders (Mei 1952), Yonif Linud 328/Kujang II, Yonif Linud 330/Kujang I, dan seterusnya.

Bila satuan dengan kualifikasi khusus tersebut, sudah teruji dalam berbagai medan tugas, hingga layak memperoleh sebutan sebagai satuan legendaris. Sedang yonif mekanis, sebagai model satuan relatif baru, masih dalam tahapan menuju legendaris. Saya kira ditunjuknya Agus sebagai Komandan Yonif Mekanis 203 (Agustus 2015), merupakan bagian dari skenario pimpinan TNI AD, agar satuan Yonif Mekanis dimaksud cepat menemukan bentuknya. Mengingat Agus sebelumnya lama bertugas di satuan yang juga legendaris, yaitu Batalion Linud 305/Tengkorak Kostrad (Karawang), dan sempat menjabat sebentar sebagai Wakil Komandan Yonif Mekanis 201/Jaya Yudha.

Sekedar tambahan informasi, seluruh satuan berkualifikasi linud (lintas udara), kini sebutannya diganti menjadi batalion para raiders. Seperti Yonif Linud 305 misalnya, kini menjadi Yonif Para Raiders 305/Tengkorak. Memang perkembangannya demikian cepat, bisa jadi publik belum sempat update informasinya, termasuk soal keberadaan yonif mekanis. Sebagaimana disebut sekilas di atas, bila tidak ada berita soal Mayor Agus, bisa jadi publik juga belum paham soal keberadaan yonif mekanis.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj1Wowh1VOveJkPqVzoQjQYBf-xXUi1Sjlb7aRexLnG5d87M2hCP8yMjIWAMxYLDsbZzMZt-ZlugNHslaBt6fbS45z8wGKD98nJjFnzSQnq16PQ3CRrHQRyT0JHdWnZC9vCyXwXJCUNSc1a/s1600/1442852644352+Yonif+Mekanis+201+Jaya+Yudha..jpgKalau sedikit kita runut ke belakang, segala perubahan menyangkut konsep satuan, khususnya satuan tempur, tidak lepas dari peran pimpinan yang sedang menjabat. Soal pembentukan yonif mekanis misalnya, itu adalah program saat KSAD dipegang oleh Jenderal George Toisutta.

Setiap KSAD selalu membuat terobosan, selain untuk kemajuan institusi, juga agar namanya (sebisa mungkin) selalu dikenang. Seperti Ryamizard misalnya, yang sudah identik dengan pembentukan satuan raiders pada tiap kodam, karena hal ini adalah program unggulan saat Ryamizard menjadi KSAD (2002-2005). Termasuk dalam hal perubahan sebutan untuk satuan berkualifikasi lintas udara (linud), menjadi para raiders. Selain sebutan yang berganti, juga ada peningkatan status kualifikasinya.

Dalam sebuah wawancara dengan majalah militer Angkasa (edisi April 2007), Jenderal (Purn) Luhut B. Panjaitan (kini Menko. Maritim) dalam kapasitasnya sebagai sesepuh korps infanteri, menjelaskan, pembentukan yonif mekanis masih dalam tahapan persiapan, karena TNI AD (saat itu) masih fokus pada pengembangan light infantry. Light infantry dimaksud Luhut adalah satuan infanteri ringan sebagaimana kita kenal selama ini, dengan persenjataan utama adalah senapan serbu, dan pergerakan pasukannya masih dengan cara berjalan kaki. Sementara dalam yonif mekanis, pergerakan pasukan sudah menggunakan ranpur (kendaraan tempur), agar lebih cepat mencapai sasaran.

Pada pertengahan 2007 itu pula, muncul rintisan pembentukan yonif mekanis, ketika TNI sedang bersiap ke Libanon dalam misi perdamaian di bawah payung PBB (Kontingen Garuda). Saat itu instruktur dari Pusdikkav (Pusat Pendidikan Kavaleri) memberi pelatihan mengendarai ranpur pada sejumlah personel dari korps infanteri. Ranpur yang disiapkan umumnya masuk kategori kendaraan angkut personel atau biasa dikenal sebagai APC (armoured personnel carier), seperti VAB Renault (produksi Perancis) atau BTR 40 (Rusia), yang memang sesuai dengan kebutuhan pasukan infanteri.

Membantu misi perdamaian PBB di LibanonMembantu misi perdamaian PBB di Libanon

 Menanti Palagan 

Rupanya prosesnya berlangsung demikian cepat, sekitar tiga tahun kemudian. Pada Februari 2010 KSAD (saat itu) Jenderal George Toisutta sudah meresmikan berdirinya Yonif Mekanis 201/Jaya Yudha (markas Gandaria, Jakarta Timur) sebagai yonif mekanis pertama di Tanah Air. Yonif Mekanis 201 selanjutnya diperkuat dengan panser angkut personel Anoa, produksi Pindad.

Kini seluruh yonif (konvensional) di Kodam Jaya, telah ditingkatkan statusnya menjadi yonif mekanis, yaitu Yonif Mekanis 202/Taji Malela (Bekasi) dan Yonif Mekanis 203/Arya Kamuning (Tangerang). Satuan yang disebut terakhir inilah, yang sebelumnya dipimpin Mayor Inf. Purn. Agus Harimurti Yudhoyono.

Karena proses yang terlalu cepat, kalau tidak boleh disebut terburu-buru, maka dalam praktik di lapangan acapkali terjadi tumpang tindih atau irisan dalam penggunaan ranpur, antara yonif mekanis dan yonkav (reguler). Sekadar ilustrasi, dalam operasi pengamanan aksi massa 4 November (411) di Jakarta baru-baru ini misalnya, Yonif Mekanis 203 menurunkan panser Anoa, sementara Yonkav 7/Panser Khusus Kodam Jaya menurunkan panser VAB.

Dua panser tersebut sebenarnya masuk kategori yang sama, yaitu jenis angkut personel (APC). Sebenarnya Yonkav 7 memiliki ranpur jenis lain, yaitu panser V-150 (Perancis), yang bisa jadi faktor pembeda dengan ranpur organik yonif mekanis. Mengingat V-150 memiliki meriam (canon), sementara ranpur yonif mekanis umumnya hanya dilengkapi senjata mesin berat, sebagai cara mempertahankan diri, saat mendorong pasukan (infanteri reguler) ke titik sasaran. Ini merupakan salah satu fenomena, bagaimana yonif mekanis di Tanah Air sedang mencari bentuk, sehingga terkesan masih ambigu dalam penggunaan ranpur.

http://icdn.antaranews.com/new/2014/10/ori/20141017431.jpgTerlihat pula dalam pengalaman berikut, bagaimana ranpur yonif mekanis terkadang bisa lebih canggih dari ranpur organik yonkav reguler, yang jauh lebih lama berdiri. Sebagaimana terjadi pada Yonif Mekanis 413/Bremoro (Solo), yang sudah mengoperasikan ranpur Marder (produksi Jerman), jenis ranpur yang menggunakan roda rantai (tracked infantry vehicles).

Masih di sekitaran Jawa Tengah, Yonif Mekanis 411 (Salatiga) dan Yonif Mekanis 412 (Purworejo) segera memperoleh sekian unit M113 (produksi AS). Marder dan M113, dalam khazanah ranpur biasa disebut sebagai IFV (infantry fighting vehicle), jadi sedikit berbeda dengan APC. Ini memang terkesan ironi, mengingat ada sebagian yonkav yang masih mengoperasikan tank ringan AMX 13 (Perancis), yang sudah tergolong tua, kemudian panser Saladin dan Saracen, produksi Inggris tahun 1950-an.

Sebagaimana disebut sekilas di atas, apabila satuan infanteri regular seperti Yonif 400/Raiders (dahulu Yonif 401/Banteng Raiders) atau Yonif Para Raiders 328/Kujang II, sudah sampai tingkatan legendaris, maka satuan yonif mekanis sedang berproses atau mencari jalan menuju legenda. Menilik pengalaman satuan tempur pada umumnya, butuh waktu relatif lama untuk menjadi satuan legendaris.

Terkait yonif mekanis, setidaknya karena dua hal. Pertama, palagan untuk yonif mekanis lebih terbatas dibanding infanteri. Yonif mekanis lebih sebagai antisipasi masalah di kawasan urban (perkotaan), sementara bagi yonif reguler bisa diterjunkan di medan apapun. Kedua, ranpur yonif mekanis (khususnya panser Anoa), belum pernah teruji dalam medan tempur yang sesungguhnya (battle proven).

 Perang Kota dan Alokasi Anggaran 
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhbL_BjZdbjYpOcl25_CYTbey39JXLLe93ZrivybMlld793UThcPdiXNWuYQAY9V5A5YfDwfawQ-KO1lYxCXzMNwGsUK4tU4nlkLFbp9jUkoV31HGRr0vA5CEKVft4oj1wpgEkb1akn_rn8/s1600/pindad02pr1v4t33r.jpgPercepatan pembentukan yonif mekanis di Tanah Air boleh disebut pengalaman menarik. Proyek bisa berjalan mulus, karena ada titik temu antara pengembangan konsep perang kota (urban warfare) dan alokasi anggaran. Konsep perang kota sudah dikenal TNI AD sejak tahun 1980-an, salah satunya diwujudkan dengan pembentukan Detasemen 81 Kopassus (kini Satgultor 81), sebagai respons adanya ancaman di ruang urban, seperti pembajakan pesawat atau gedung bertingkat. Dalam konteks perang kota inilah kemudian muncul dua konsep turunan, sebagai panduan dalam operasi riil di lapangan, yakni MOUT (military operations on urban terrain) dan PJD (pertempuran jarak dekat, close quarters battle).

Mengacu pada praktik di negara Barat (khususnya AS, Jerman dan Australia), pembentukan yonif mekanis merupakan kelanjutan atau bagian dari konsep MOUT/PJD. Yonif mekanis dibentuk untuk memenuhi prinsip kecepatan dalam menuju titik sasaran, prinsip yang tidak bisa ditawar dalam operasi perkotaan.

Sementara pada waktu hampir bersamaan, pemerintah (baca Kemenhan) berkomitmen memperkuat produk dalam negeri dalam pengadaan alutsista (alat utama sistem persenjataan), sehingga Pindad memproduksi panser Anoa dalam skala besar. Dengan kebijakan seperti ini, artinya alokasi anggaran untuk pembentukan yonif mekanis memang sudah tersedia. Pada gilirannya alokasi anggaran harus diserap, itu sebabnya pembentukan yonif mekanis terkesan cepat. Sampai-sampai publik tidak mengetahui detail keberadaan yonif mekanis, padahal ada dana rakyat yang dipakai untuk membiayai operasional yonif mekanis, khususnya dalam pengadaan ranpur.

Penulis: Aris Santoso Penulis: Aris Santoso (ap/rzn)

Sejak lama dikenal sebagai pengamat militer, khususnya TNI AD. Kini bekerja sebagai staf administrasi pada lembaga HAM (KontraS). Tulisan ini adalah pendapat pribadi.


*Setiap tulisan yang dimuat dalam #DWNesia menjadi tanggung jawab penulis.

  DW  

[Foto] Garuda di Belantara Konfik Dunia

✈ Serba-serbi kontingen Garuda di Luar negeri

UN Friedenstruppen im Libanon

Terimakasih Pada Dunia. Kontingen Garuda awalnya adalah sebuah tanda terimakasih Soekarno terhadap dunia internasional yang telah mendukung kemerdekaan Indonesia. Sejak pertamakali bertugas tahun 1957 untuk menjaga perbatasan Mesir, TNI hingga kini telah bertugas di setidaknya 70 misi perdamaian PBB.
UN Friedenstruppen im Libanon

11 Kontingen di Libanon. Salah satu operasi terbesar TNI di luar negeri adalah mengawal perdamaian di Libanon pasca serangan Israel tahun 2006 silam (UNIFIL). Untuk misi pelik tersebut TNI menurunkan hingga 11 kontingen yang menggabungkan kekuatan udara, laut dan darat.
UN Friedenstruppen im Libanon

Srikandi TNI. Untuk misi di Libanon TNI tidak segan membawa prajurit perempuan. Tampak dalam gambar adalah Sri Sulistyowati yang ditugaskan sebagai perawat di klinik milik UNIFIL di kota Taibe. Seluruhnya TNI menugaskan 13 perempuan untuk mengawal masa damai di Libanon.
UN Friedenstruppen Schiff vor der libanesischen Küste

Taring Laut. Pasukan Garuda yang paling spektakuler adalah kontingen 28H. Dalam misi tersebut TNI AL mengirimkan 107 prajurit beserta kapal fregat jenis terbaru milik TNI, KRI Bung Tomo-357, untuk mengawasi perairan Libanon.
UN Friedenstruppen im Libanon

Pasukan Lintas Negara. Sebelum mengirimkan KRI Bung Tomo, TNI juga pernah menempatkan kapal korvet kelas Sigma buatan Belanda, KRI Sultan Iskandar Muda, di Libanon. Di sana TNI bergabung bersama angkatan laut negara lain dari Jerman, Brazil dan Turki untuk mencegah penyelundupan senjata oleh kelompok Hizbullah di Libanon Selatan.
UN Friedenstruppen im Libanon

Keberatan Israel. Israel sempat mengutarakan keberatan ketika PBB berniat menunjuk Indonesia sebagai komandan baru angkatan laut UNIFIL buat menggantikan Italia. Pemerintah negeri Yahudi itu berdalih, sikap Indoensia yang menolak mengakui kedaulatan Israel bisa mempersulit kerjasama antara pasukan kedua negara di lapangan.
UN Friedenstruppen im Sudan

Damai di Tanah Darah. Misi besar lain TNI adalah mengawal damai di kawasan Sudan yang remuk dilanda perang, Darfur (UNAMID). Hingga setengah juta orang kehilangan nyawa dalam perang antara pemerintah dan pasukan pemberontak. Militer Sudan berulangkali melanggar resolusi PBB dengan melancarkan serangan udara yang kebanyakan menewaskan warga sipil.
UN Friedenstruppen im Sudan

Pasukan Spesial. Di Sudan TNI/Polri bertugas mengawal bantuan kemanusiaan dan melindungi warga sipil dari pertempuran. Awal 2015 silam Indonesia mengirimkan sekitar 800 pasukan yang dilengkapi dengan 24 Panser ANOA, 30 truk angkut dan 34 kendaraan ringan. Kontingen tersebut terhitung spesial karena dididik khusus untuk mengemban misi damai di Darfur.
UN Friedenstruppen im Sudan

Bahaya Maut Mengintai. Prajurit TNI dan anggota Polri tidak cuma ditugaskan mengawal pengiriman bantuan kemanusiaan, tetapi juga ikut turun ke lapangan untuk membangun fasilitas kesehatan dan pendidikan. Bertugas di Darfur bukan tanpa bahaya. Sejak pertama kali diterjunkan, sudah sebanyak 192 prajurit UNAMID yang tewas saat bertugas.
UN Friedenstruppen im Sudan

Kenyang Menjaga Damai. Kontingen Garuda termasuk yang paling rajin ditugaskan dalam misi damai PBB. Selain Darfur, TNI pernah mengirimkan kontingen besar ke Mesir, Kongo dan Kamboja. Secara keseluruhan hampir 30.000 prajurit TNI pernah terlibat dalam misi menjaga perdamaian di seluruh dunia. [Penulis: rzn/ap dari berbagai sumber]
  DW  

[Foto] Konsep Tank Boat X18

☠ Produk Bersama PT Pindad, Lundin dan CMI Beberapa hari lalu beredar foto ilustrasi Tank Boat X18 produk bersama PT Lundin, PT Pindad dan CMI Belgia.

Kapal patroli yang dipersenjatai dengan meriam kaliber 105 mm rancangan CMI Belgia ini, bisa digunakan sebagai wahana bantuan tempur amfibi pendaratan pasukan bersenjata lengkap di pantai.

Tank Boat X18 didesain untuk 4 kru dan dapat menampung sekitar 20 pasukan tempur. Dengan desain Catamaran yang berlunas ganda, kapal dapat dengan mudah mendekati bibir pantai di perairan dangkal ataupun di sungai.

 Foto diposkan di defence.pk dari situs tank boat : 

8

9
10

  Garuda Militer  

Panglima TNI Akui Pulau Natuna Sedang Terancam

Manuver MBT leopard 2RI di Natuna [Lembaga Keris]

Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo menyatakan sinyal konflik berkepanjangan antar-negara di kawasan Laut Tiongkok Selatan (LTS) belum juga mereda. Jenderal Gatot mengakui konflik tersebut mengancam keutuhan dan kedaulatan Republik Indonesia. Dia menjelaskan ancaman yang paling tampak yakni, rentan lepasnya Pulau Natuna dari NKRI.

Hal tersebut disebabkan karena angkatan bersenjata Tiongkok berencana kembali membangun pulau buatan dekat dengan wilayah Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE) Indonesia.

Jika pulau itu ada dan Tiongkok menuntut negara lain mengakui itu adalah pulaunya, maka wilayah laut mereka akan sampai ke Natuna,” ujar Jenderal Gatot Nurmantyo saat memberikan kuliah umum di hadapan ratusan mahasiswa Universitas Indonesia (UI) Depok, Jawa Barat (16/11/2015).

Panglima TNI menjelaskan Tiongkok sebelumnya juga telah membangun bangunan permanen di Scarborough Shoal, yakni pulau karang yang berdekatan dengan wilayah Filipina, serta pembangunan infrastruktur di Fiery Cross Reef di Kepulauan Spratly. “Tiongkok juga telah menyatakan kedaulatan yang tidak terbantahkan atas pulau-pulau di LTS dan perairan yang berdekatan,” tegasnya.

Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo memberikan kuliah umum di hadapan ratusan mahasiswa Universitas Indonesia (UI) Depok, (16/11/2016).

Ancaman tersebut bukan lagi teori. Ancaman itu sudah ada. Seperti misalnya ditemukannya sejumlah kapal ikan asal Tiongkok yang dikawal oleh kapal penjaga pantai Tiongkok di perairan ZEE Indonesia dekat Pulau Natuna.

Seperti kapal ikan Gui Bei Yu 27088 yang ditangkap perairan Natuna pada Mei lalu. “Jangan khawatirkan kapal ikannya saja, tapi coba perhatikan kapal pengawalnya. Dengan adanya kapal pengawal, berarti Tiongkok telah mengklaim perairan itu sebagai wilayahnya,” ungkapnya.

Selain itu, adanya klaim Tiongkok terhadap sebagian wilayahnya di negara Asia Tenggara berdasarkan sejarah masa lalunya, juga ikut menjadi kerisauan tersendiri bagi Indonesia dan negara-negara lain seperti Vietnam dan Myanmar.

Tiongkok bisa saja mengirim satu juta warganya untuk mengklaim tanah di Vietnam karena Tiongkok dulu punya wilayah di sana,” ujarnya.

Jenderal Gatot Nurmantyo menambahkan ancaman tersebut tidak hanya diantisipasi dengan cara-cara militer, namun juga dengan mengajak masyarakat untuk menumbuhkan kembali semangat persatuan.

  JPNN  

Pesawat Tempur T 50 Golden Eagle Mendarat Perdana di Syamsudin Noor

Ilustrasi T50i Golden Eagle TNI AU [TNI AU]

Suara gemuruh begitu nyaring terdengar di langit Banjarbaru, warga pun geger di kawasan Bandara Syamsudin Noor. Banyak diantaranya yang memotret aksi manuver tiga pesawat tempur yang mendarat sempurna di Landasan Bandara Syamsudin Noor, Jumat (18/11/2016).

Tiga pesawat tempur menari di angkasa. Beberapa menit terbang berputar-putar dan bermanuver, pesawat itu kemudian landing di Bandara Syamsudin Noor.

"Ya, ini pesawat tempur T-50 Golden Eagle buatan Korea Selatan," ucap Danlanud Syamsudin Noor Letkol Pnb Bambang Sadewo.

Pesawat tempur TNI AU tipe Golden Eagle T-50 adalah pesawat tempur yang dikembangkan oleh Korea Aerospace Industries (KAI) dan Lockheed Martin.

Ini adalah pesawat tempur pertama buatan Korea Selatan yang bisa mencapai kecepatan supersonic. Memiliki panjang 13 meter dengan lebar mencapai 9,45 meter dengan kecepatan maksimum mencapai 1.600 KM per jam.

"Pesawat temput ini baru saja operasi pengamanan perbatasan dengan alur laut kepulauan Indonesia (pam Alki). Ya, patroli di perbatasan, pesawat mampir di Bandara Syamsudin Noor untuk isi bahan bakar, selain transit juga agar kedirgantaraan dikenal," ucap Danlanud.

Terpisah, salahsatu pilot dalam hal ini Komandan Skuadron Udara 15 Letkol Pnb Budi Susilo mengatakan memang benar sempat terbang rendah dengan ketinggian 200 meter saja di Langit Banjarbaru.

"Dan ini perdana mendarat di Bandara Syamsudin Noor," katanya. (Banjarmasin Post/Nia Kurniawan)

  Tribunnews  

[World] Nations Unite Against Abu Sayyaf Group

Philippine Army captures 'last stronghold' of Abu Sayyaf terrorists [CNN] ★

I
ndonesia, Malaysia and the Philippines have agreed to initiate joint army training to advance efforts to secure the Sulu Sea from rampant piracy.

Indonesian Defense Minister Ryamizard Ryacudu explained that each of the countries would first begin its own army personnel training in January 2017 before conducting the joint training later in the year.

The military training will take place in Indonesia’s Tarakan in North Kalimantan, Malaysia’s Tawao Island and the Philippines’ Bongao Island.

Ryamizard said Army soldiers set to participate in the joint military training would form a special force tasked with facing the notorious Abu Sayyaf militant group that masterminded a series of recent kidnappings in Sulu waters, located in the southwestern Philippines.

It’s part of a concrete action we, ASEAN countries, are taking to secure the region,” he said in Jakarta on Thursday.

Ryamizard said the training locations would later become posts for a joint taskforce assigned to help secure Sulu waters.

The need for joint army training was discussed during a meeting between Ryamizard and his Malaysian and Philippines counterparts, Datuk Seri Hishammuddin Hussein and Delfin Lorenzana, held on the sidelines of the ASEAN Defense Ministers’ Meeting (ADMM) retreat earlier this week in Laos.

Both Malaysia and the Philippines welcomed the initiative, which will add to a joint sea patrol in Sulu waters that the three countries previously agreed upon. (hwa)

  The Jakarta Post  

[World] Government Should Ask Singapore And Indonesia for Help

RSS Resolution 210 Singapore Navy [Defence.pk]

New Zealand First congratulates the government for accepting the assistance of overseas militaries, but is puzzled why Singapore and Indonesia haven’t been asked given landing ships of those two navies are in New Zealand right now.

If the intention is to get people out of Kaikoura and to get heavy earthmoving equipment in, along with food and water, then landing ships are purpose designed,” says Ron Mark, New Zealand First Defence Spokesperson and Deputy Leader.

These vessels can generate fresh water, have kitchens capable of preparing bulk meals and offer medical facilities too. They are floating sea bases and could support and accommodate emergency workers too.

Singapore’s RSS Resolution and Indonesia’s KRI Banda Aech are here now for the Navy’s 75th and could have easily sailed with HMNZS Canterbury.

115550_33968_KRI_Banda_Aceh___Kolinlamil.jpgKRI Banda Aceh 593 Indonesia Navy [Defence.pk]

RSS Resolution usually embarks two helicopters whereas our NH90’s are still not cleared to land on a ship at sea. The Singaporeans, in concert with the United States Navy, would have supplied four naval helicopters.”

“Additionally, Resolution has an internal floodable well dock, which means she can operate her landing craft in rough water. Our HMNZS Canterbury is a converted ferry so doesn’t feature this and is limited to deploying her landing craft in calm seas.”

“As each landing craft can carry 50 tonnes, about the weight of a Fonterra tanker, it means a lot of food, water and equipment could be landed. This gear is needed for the rebuild phase to help repair Kaikoura’s links from the inside out.


“We just want to know why these vessels, purpose built for humanitarian and disaster relief, are in Auckland when the need is in Kaikoura,” Mr Mark said.

  Scoop