Sabtu, 15 April 2017

Will HMS Ocean Find a Buyer in Asia?

Price around $ 75 million https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgH0LLwX4kl1zhszkoEHwpsxR7_WZ3cPdJVIvtRnT7b8wnWSnlXxYo_BY5zZ2kGHrfsdtHhBVBgpWJ9vLYIx55XX_Tvo2doowIsakdCFCu8MWt05e3QamRUvDPwaQQ-zQHt_4Llh_LDNdk/s1600/HMS+Ocean_Apache2.jpgHMS Ocean [google] ☆

Constructed between 1993 and 1998, HMS Ocean has served as the Royal Navy’s primary amphibious assault ship since commissioning. She displaces 21,000 tons, makes 18 knots, and can carry up to 18 helicopters. She also has facilities for carrying and deploying boats, marines, and ground vehicles. In short, HMS Ocean is a fairly standard big, flat-decked amphibious warship, with a decent amount of wear and tear but also with some years left in her service window. The Royal Navy expects to need her less in anticipation of the completion of its two new large carriers, HMS Queen Elizabeth and HMS Prince of Wales.

The asking price for HMS Ocean appears quite low; reportedly around $ 75 million, payable in installments. Of course, costs associated with maintenance and the acquisition of helicopters would be more significant, but should be manageable for any navy that already has some experience with maritime helicopters.

The Indonesian Navy faces strategic and operational problems similar to those of Malaysia, only more so; it needs to patrol a huge maritime space while also maintaining HA/DR capabilities. A big amphib is perfect for these kinds of responsibilities, and HMS Ocean could help Indonesia develop the expertise necessary to operating a next generation warship.

  The diplomat  

TNI AU Siapkan Tol Udara

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjGkSlNSRUaQ2z3z0Z6Y3MMD8eeTrjznhwcRB_i6Qtb1KnPDvhPcWHB85WEXr1r8vh3WbYiE2rtogo8M5ihJrGbCbIMcsPnzHySnRJGPgXY3nh34x_P2pnkwmbZuuXocOhNpfisgtL93zA/s1600/15032854_360050544343996_6038514793013747297_n.jpgIlustrasi A400

Pemerintah kini mengusung program tol udara. Bedanya dengan tol laut yang mengoperasikan kapal-kapal angkut ke wilayah terpencil, program itu disiapkan oleh TNI Angkatan Udara (AU).

Kepala Dinas Penerangan TNI-AU (Kadispenau) Marsekal Pertama TNI Jemi Trisonjaya mengatakan, pembangunan tol udara merupakan salah satu program prioritas TNI-AU dalam rencana strategis. ”Kami fokus di wilayah perbatasan,” ujarnya kemarin (14/4).

Menurut Jemi, TNI-AU sedang mengupayakan pengadaan infrastruktur angkutan untuk melayani tol udara.

Di antaranya, lima helikopter dan empat pesawat angkut berat.

Agar beroperasi, tentu dibutuhkan juga landasan untuk helikopter dan pesawat tersebut,” katanya.

Langkah itu perlu dilakukan lantaran belum semua daerah perbatasan memiliki landasan udara.

Jemi menyebutkan, tekad pemerintah untuk mewujudkan bahan bakar minyak (BBM) satu harga di seluruh Indonesia menjadi salah satu pendorong dikebutnya tol udara.

Sebab, di beberapa wilayah Papua, harga BBM bisa Rp 50 ribu hingga Rp 100 ribu per liter karena mahalnya biaya angkut. ”Tol udara bisa menjadi solusi,” katanya.

Bukan hanya harga BBM, alumnus Akademi Angkatan Udara (AAU) 1989 itu menyebutkan, disparitas harga bahan pangan dan bahan bangunan di Papua juga masih sangat tinggi jika dibandingkan dengan Jawa.

Jika hal itu tidak diatasi, upaya pembangunan di Papua akan terus terhambat.

Harapannya, disparitas itu bisa ditekan dan harga di Papua lebih terjangkau,” tutur dia.

Sebelumnya, Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal TNI Hadi Tjahjanto mengatakan, tol udara memang menjadi salah satu prioritas.

Pendanaan untuk tol udara nanti masuk anggaran Kementerian Pertahanan.

Ini penting agar tekad satu harga di wilayah Indonesia bisa tercapai,” tegas dia.

  JPNN  

Jumat, 14 April 2017

[Dunia] AS Jatuhkan Bom GBU-43

Di Afganistan http://www.janes.com/images/assets/586/69586/p0547210.jpgBom GBU-43 [janes] ☆

Amerika Serikat menjatuhkan bom yang juga diketahui sebagai 'bom dari semua ibu' di wilayah timur Afganistan. Militer AS mengatakan, bom itu dijatuhkan ke serangkaian gua yang digunakan oleh militan ISIS.

Dilansir Reuters, Jumat (14/4/2017), bom itu dijatuhkan pada Kamis (13/4) waktu setempat. Juru bicara Pentagon, Adam Stump menuturkan, ini merupakan kali pertama bom jenis tersebut dijatuhkan dalam pertempuran dari pesawat MC-130.

Seperti diketahui, 'ibu dari semua bom' GBU-43 ini adalah bom dengan 21,600 pound (9.797 kg) mesiu yang menggunakan sistem GPS. Bom ini pertama kali diuji-coba pada Maret 2003 silam, hanya beberapa sebelum dimulainya perang Irak.

Kepala pasukan internasional dan AS di Afghanistan, Jenderal John Nicholson, mengatakan bom itu digunakan menyerang gua dan bunker pejuang perumahan Negara Islam di Afghanistan yang dikenal sebagai ISIS-K.

"Ini adalah mesiu yang tepat untuk mengurangi hambatan tersebut dan menjaga momentum ofensif melawan ISIS-K," kata Nicholson dalam pernyataannya.

Belum diketahui berapa banyak kerusakan akibat bom tersebut. (idh/idh)

 GBU-43 'Induk Segala Bom' 
Mengenal GBU-43 'Induk Segala Bom' yang Dijatuhkan AS di AfghanistanGBU-43 saat diuji coba pada 2003. [Dok. BBC]

Amerika Serikat menjatuhkan bom GBU-43 di wilayah timur Afganistan pada Kamis (13/4/2017) malam waktu setempat. Bom tersebut disebut sebagai induk dari segala bom atau mother of all bomb (MOAB).

Dikutip dari BBC, Jumat (14/4), ini merupakan bom non-nuklir terbesar yang pernah digunakan Amerika Serikat dalam perang. Pentagon menyebut bom itu dijatuhkan oleh pesawat tempur AS di Provinsi Nangarhar, Afganistan, dari ketinggian lebih dari 30 ribu kaki.

Wilayah tersebut merupakan area pegunungan di mana tak banyak warga tinggal di sana. Sumber-sumber lokal mengatakan ledakan itu begitu kuat hingga terdengar di dua kabupaten tetangga.

GBU-43 memiliki berat sekitar 9.800 kg dan dalam 'aksinya' menggunakan sistem GPS. GBU-43 pertama kali diuji coba pada Maret dan November 2003. Waktu tersebut menjelang perang Irak. Hanya, saat itu GBU-43 tak pernah digunakan.

Kepala pasukan internasional dan AS di Afganistan, Jenderal John Nicholson, mengatakan bom itu digunakan untuk menyerang gua dan bunker pejuang perumahan Negara Islam di Afganistan yang dikenal sebagai ISIS-K.

"Ini adalah mesiu yang tepat untuk mengurangi hambatan tersebut dan menjaga momentum ofensif melawan ISIS-K," kata Nicholson dalam pernyataannya, seperti dilansir Reuters, Jumat (14/4).

Berdasarkan informasi yang dihimpun, GBU-43 dikembangkan oleh Albert L Weimorts Jr untuk militer AS di Laboratorium Penelitian Angkatan Udara AS. Dalam perkembangannya, GBU-43 atau MOAB disebut-sebut sebagai senjata non-nuklir paling kuat yang pernah dibuat.

Bom ini didesain untuk dikirimkan dengan Hercules C-130, terutama jenis MC-130E Combat Talon I atau MC-130H Combat Talon II.

 Tewaskan 36 Simpatisan ISIS 
Induk Segala Bom AS Tewaskan 36 Simpatisan ISIS di AfghanistanDok. Elgin Air Force Base/Handout via REUTERS

Amerika Serikat menjatuhkan bom GBU-43 atau 'Induk dari Segala Bom' di Provinsi Nangarhar, Afghanistan, pada Kamis (13/4) malam waktu setempat. Sedikitnya 36 simpatisan ISIS tewas akibat serangan tersebut.

Data tersebut disampaikan Menteri Pertahanan Afghanistan, seperti dilansir dari BBC, Jumat (14/4/2017). Selain membunuh 36 simpatisan ISIS, disebutkan bom AS juga merusak markas ISIS di wilayah tersebut.

Wilayah tersebut merupakan area pegunungan di mana tak banyak warga tinggal di sana. Sumber-sumber lokal mengatakan ledakan itu begitu kuat hingga terdengar di dua kabupaten tetangga.

Menteri juga memastikan tak ada warga sipil yang menjadi korban serangan. Mantan Presiden Afghanistan Hamid Karzai mengutuk serangan AS sebagai serangan paling brutal di Afghanistan.

GBU-43 memiliki berat sekitar 9.800 kg dan dalam 'aksinya' menggunakan sistem GPS. Bom tersebut pertama kali diuji coba pada Maret dan November 2003 atau menjelang perang Irak. Hanya saja, saat itu GBU-43 tak pernah digunakan.

Pejabat Afghanistan lainnya menyebut serangan tersebut telah dikoordinasikan dengan pemerintah. Terutama agar tak ada korban yang jatuh dari kalangan warga sipil.

Kementerian pertahanan Afghanistan menuturkan, GBU-43 menghantam sebuah wilayah di lembah Momand di mana ISIS menggunakan sepanjang 300 meter gua di wilayah tersebut. Serangan juga diklaim menghancurkan tumpukan senjata ISIS. (rna/fjp)

  detik  

Senegal Minat Tambah 2 Unit CN235

Kerjasama RI Dengan Senegal Semakin Kuat https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhkmV7CmzZx4Kz6tWOOfFal2kVAz3ZN-4aC2sYH9uKbfvItlHUFyXc9Euy3ez_r0SJVX0CX2QEy4j-6y5I8_skzkQ3N6L7Dk_yXqrx-MqEiKMG8bTfShQ0vebx6RL-WZSqWNxPFFJvamHE/s400/cn-235-dakar.jpgPesawat CN-235 Angkatan Udara Senegal [PTDI] ☆

Penguatan itu khususnya antara DPR-RI dengan Parlemen Nasional Senegal. Dalam kunjungan tersebut, delegasi BKSAP DPR RI dipimpin oleh Rofi Munawar selaku Wakil Ketua BKSAP.

BKSAP melakukan pertemuan dengan beberapa pejabat penting Senegal, antara lain, Ketua Parlemen Senegal, Komisi Hubungan Luar Negeri Parlemen Senegal, dan Direktur Kabinet Kementerian Infrastruktur, Transportasi dan Pembukaan Lahan Senegal.

Informasi ini disampaikan Sekretaris Kedua Kepala Fungsi Penerangan, Sosial dan Budaya Kedutaan Besar Republik Indonesia di Dakar, Dimas Prihadi.

Dalam pertemuan dengan Ketua Parlemen Nasional Senegal, Moustapha Niasse, disepakati perlu MoU persahabatan antara Parlemen Nasional Senegal dengan BKSAP DPR RI. Disampaikan oleh Ketua Delegasi BKSAP bahwa antara Indonesia dan Senegal ada kesamaan yang dapat dijadikan sandaran untuk memperkuat hubungan persahabatan kedua negara.

Dua negara merupakan negara dengan mayoritas berpenduduk muslim moderat dan menjalankan demokrasi, memiliki banyak kesamaan sikap dan pandangan dalam menyikapi masalah domestik masing-masing, regional dan internasional terutama saling dukung atas keutuhan dan kedaulatan kedua negara. Dua negara juga secara aktif memperjuangkan kemerdekaan negara Palestina di fora internasional.

Untuk memperkuat hubungan antar parlemen, Moustapha Niasse mengatakan, akan merencanakan kunjungan ke Indonesia setelah pemilu legislatif Senegal bulan Juli 2017.

Sementara itu, Komisi Hubungan Luar Negeri Parlemen Nasional Senegal, Maitre Djibril War, mengakui bahwa Parlemen Senegal perlu banyak belajar dari pengalaman Parlemen Indonesia. Menilai keseriusan Indonesia dalam melakukan hubungan kerjasama dengan Senegal, Djibril War akan mengusulkan kepada Pemerintah Senegal untuk kembali membuka kantor perwakilan di Jakarta yang dulu pernah dibuka pada tahun 2013 namun ditutup 6 bulan kemudian karena alasan finansial.

Di samping itu, sebagai tindak lanjut pertemuan, Dubes RI di Dakar, Mansyur Pangeran, dengan Menteri Infrastruktur, Transportasi dan Pembukaan Lahan Senegal, Mansour Lamin Kane, dan delegasi BKSAP bertemu dengan Direktur Kabinet Kementerian Infrastruktur, Transportasi dan Pembukaan Lahan Senegal, Mouhamadou Diop, untuk menindaklanjuti rencana kerjasama pembangunan jalur kereta api dan jalan tol di Senegal.

Dalam kesempatan itu, Dubes Manyur Pangeran menyampaikan bahwa rencana kerjasama pembangunan perkeretaapian Senegal telah mendapat tanggapan positif dari PT. INKA yang akan berkunjung ke Dakar dalam waktu dekat ini. Disampaikan oleh Dubes Mansyur bahwa kemampuan PT. INKA di bidang perkeretaapian telah terbukti dengan penjualan ratusan gerbong kereta api ke Filipina, Bangladesh, Nepal, Sri Lanka, Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam dan Australia.

Rencana Pemerintah Senegal untuk membangun 450 km jalan tol dan jalur kereta api double track sepanjang 750 km merupakan proyek besar dan kesempatan bagi Perusahaan BUMN Indonesia seperti PT. WIKA dan PT. Waskita Karya untuk berinvestasi melalui mekanisme yang disepakati kedua pihak.

Fakta bahwa Pemerintah Senegal sudah membeli dua pesawat CN-235 dari PT. Dirgantara Indonesia (PT. DI) dan merencanakan akan membeli dua pesawat lagi, merupakan bukti bahwa Pemerintah Senegal memiliki kemampuan membeli produk industri strategis dari negara lain.

Kunjungan BKSAP ke Senegal merupakan yang kali pertama dilakukan. BKSAP telah secara aktif melakukan kerjasama parlemen dengan 54 negara. Kerjasama dengan Parlemen Senegal akan memperluas kerjasama BKSAP dengan mitra Parlemen di Afrika.

  RMOL  

[Teror] Pos TNI di Puncak Jaya Ditembaki

Dua Prajurit Terluka https://sgimage.detik.net.id/community/media/visual/2017/03/02/77e81539-3e7f-4088-80b0-7393c98cf4b3_169.jpg?w=780&q=90Ilustrasi [detik] ☆

Pos Tentara Nasional Indonesia di Puncak Jaya, Papua diserang kelompok bersenjata. Pos itu ditembaki hingga menyebabkan dua prajurit TNI terluka.

Juru Bicara Komando Daerah Militer (Kodam) XVII Cendrawasih, Kolonel Teguh Pudji Raharjo mengatakan, penyerangan terjadi di Pos TNI di wilayah Pintu Angin Mulia, Puncak Jaya. Penembakan terjadi kemarin, Kamis, 13 April 2017.

Kolonel Teguh menerangkan, dua prajurit TNI ditembaki kelompok bersenjata ketika sedang berjalan menuju bak mandi di belakang pos.

Saat itu, kedua prajurit sedang menuju belakang pos untuk mandi, tiba-tiba diberondong tembakan,” kata Kolonel Teguh, Jumat, 14 April 2017.

Dua prajurit TNI yang terluka masing-masing bernama Serda Matroji dan Prada Kamandanu. Kedua korban tertembak di bokong dan lutut kaki kanan.

Kolonel Teguh menuturkan, ketika serangan terjadi, prajurit TNI lainnya yang berada di dalam pos, berusaha melakukan serangan balik dan memburu pelaku. Tapi, pelaku sudah kabur ke arah Kampung Yambi.

Prajurit dibantu personel Kepolisian sempat mengejar pelaku yang diduga lebih dari tiga orang, tapi mereka langsung menghilang di perkampungan,” ujar Teguh.

Kedua prajurit TNI yang terluka sudah dibawa ke rumah sakit setempat. Hingga saat ini, TNI dan Kepolisian masih memburu pelaku.

  Viva  

[World] Poland Confirms Interest in Acquiring Two RAN Adelaide-class FFG-7 Frigates

Adelaide class FFG [RAN]

The Polish government has formally expressed interest in acquiring two of the Royal Australian Navy's (RAN's) three remaining 4,267-tonne Adelaide-class FFG-7 frigates, a Department of Defence (DoD) spokesperson in Canberra confirmed to Jane's on 12 April.

However, the spokesperson pointed out that no decision or agreement had yet been made, and that the disposal of the FFGs, which are based on US Oliver Hazard Perry-class frigates, would be subject to export controls "and other considerations".

Two of the six modified Oliver Hazard Perry-class vessels built for the RAN - four in the United States and two in Australia - were retired in 2005 and 2008.
 

  Janes  

Ukraine Says Indonesia Accepted BTR-4s

Denies Cancellation BTR-4M of the Indonesian Marines Corps [UkrOboronProm] ★

I
nformation in the media about the possibility of Indonesian Marine Corps refusal to buy Ukrainian BTR-4M is the demonstration of competitive struggle for markets after the successful delivery of the first batch of Ukrainian BTR-4M in Indonesia. UKROBORONPROM enterprises will continue to fulfill all the commitments to foreign partners.

In January 2017, 5 units of armored personnel carriers BTR-4 M were successfully delivered to the Marine Corps Indonesia according to the contract signed in early 2014 between SFTE “SpetsTehnoEksport” and the Ministry of Defense of Indonesia. Testing of the military equipment in Ukraine and Indonesia by a special commission of the Customer took place prior to military equipment transfer.

Thus, in January 2017 Indonesia Ministry of Defense tested Ukrainian armored vehicles on their territory prior to accepting those into service. The Customer tested amphibious capabilities of the vehicles in the sea, conducted fire tests, checked their driving performance. According to test results the Protocol was signed. Ukrainian armored vehicles showed excellent results in accordance with all 47 evaluation parameters of this Protocol. Special commission of the Indonesian Defense Ministry had no complaints concerning the vehicles.

Similar tests were conducted in Ukraine before sending military equipment to Indonesia. On 06.15.2016 – according to the results of BTR-4M tests – representatives of the Ministry of Defense of Indonesia confirmed with the official document that the Ukrainian vehicles meet all the requirements of the international contract, and that there are no comments/complaints about the armored vehicles.

Last week media distributed false information about UOP’s alleged loss of the Thailand market. The State Concern “UkrOboronProm” once again emphasizes the need to verify the information, distribution of which can result in losing Ukraine’s image on the international arena.i

  Ukroboronprom  

[World] Air Force Authorises Extended Life For F-16

The F-16 Falcon will live to fight another day, or at least another 4,000 hours, according to the US Air Force and Lockheed Martin.

The USAF authorized extending the F-16’s service life from its original 8,000 flight hours to 12,000 flight hours, a 12 April Lockheed release states. After performing SLEP modifications, the service will be able to operate the Block 40 through 52 aircraft beyond 2048, according to Lockheed. The authorization marks a milestone within the USAF’s seven-year SLEP, according to Susan Ouzts, vice president of Lockheed Martin's F-16 programme.

"Combined with F-16 avionics modernization programmes like the F-16V, SLEP modifications demonstrate that the Fighting Falcon remains a highly capable and affordable fourth-generation option for the US Air Force and international F-16 customers.

Lockheed unveiled its F-16V modernization plan at the 2016 Farnborough air show. The upgrade to existing Falcons leverages technology from Lockheed’s F-35 Joint Strike Fighter, such as Northrop Grumman’s APG-83 Scalable Agile Beam Radar. The programme could also integrate additional capabilities down the road, including auto ground collision avoidance and a joint helmet-mounted cueing system.

Three international customers are participating in the F-16V upgrade, including Taiwan, which had plans to participate in a joint upgrade effort with the US known as combat avionics programmed extension suite (CAPES). In 2015, the USAF abandoned CAPES, but kept funding for mission and display computer replacements.

Lockheed plans to extend the service life of 300 F-16C/D Block 40 through 52 aircraft. Meanwhile, the company is pursuing a part two of the SLEP that would allow further life extension based on final service life analysis from extended durability testing, Lockheed states.

  ✈️ Flightglobal  

Indonesian Air Force Selects Marvin Test Solutions

For Maverick Missile Support https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhf3Ea8g7W-kF7qQ-TCvVr0FNZP48gUjH3c1B-xurN_yak1BqvhqQKZx3UXQSvjnGXiuY-ZeJtwbxJSTeRNqH6KTIk1tfCnkofHTfiOthYABAsf2ucdlwAEUaIDyWtgc7oIQ1I7Jf435H8N/s1600/f16+TNI+AU+def.pk.jpgF16 A/B/C/D TNI AU [def.pk] ★

Marvin Test Solutions, Inc., a trusted provider of globally-deployed innovative test solutions for military, aerospace, and manufacturing organizations announced that the Indonesian Air Force has selected its MTS-206A Maverick Field Test Set and MTS-916-3 Modular Target Simulator to support testing of AGM-65 (Maverick) missile and launcher systems, as part of an FMS (Foreign Military Sale) contract.

Part of Marvin Test Solutions’ comprehensive suite of test solutions for both legacy and today’s precision-guided “smart” weapon systems, the MTS-206A and MTS-916 provide advanced testing capabilities to maintainers at the intermediate and depot levels.

The MTS-206A is designed to test all current versions of the Maverick missile system, and is fully compatible with legacy target simulators such as the AN/DSM-787 (IR), AN/DSM-129 (TV/CCD), and SMU-127 (laser) as well as with MTS’ new modular target simulator, the MTS-916, that replaces all of the legacy simulators (EO/TV/CCD/IR/Laser).

MTS is the exclusive producer of test sets for the Maverick missile and launchers since 2004,” said Major General Stephen T. Sargeant, USAF (Ret.), CEO of Marvin Test Solutions. “We’re pleased that the Indonesian Air Force has selected the MTS-206A and MTS-916 to meet their critical mission requirements. These state of the art test systems will provide enhanced mission readiness and simplified logistics for their inventory of Maverick missile systems.

Kamis, 13 April 2017

Kapal Siluman Buatan Indonesia

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj6YHwZoPOH4KGajx6ctQZ01UR8jHWMi1oa269G2D8EvBJiT3cX_4r6-O7aLHZaJX3FUHODUkCV9NyzHr9RHrG3JphMV3jj9xdV0edATDR8904cLlQIgAFSp3PRDvaOG_RUBHzLJxc7y4Cp/s1600/DSNS_delivers_first_SIGMA_10514_PKR_frigate.jpgSIGMA 10514, PKR KRI 331 [damen] ★

PT PAL Indonesia (Persero) dikenal sebagai salah satu BUMN galangan kapal yang cukup produktif membangun kapal. BUMN yang berpusat di Surabaya, Jawa Timur ini, telah memproduksi kapal baik untuk dalam negeri maupun luar negeri.

Beberapa kapal yang diproduksi oleh PT PAL Indonesia juga mengadopsi teknologi stealth. Dengan menggunakan teknologi ini, kapal tidak akan terdeteksi oleh radar musuh.

"Stealth artinya siluman, artinya kapal itu enggak boleh tertangkap radar," jelas Sekretaris Perusahaan PT PAL, Elly Dwiratmanto, saat dihubungi detikFinance, Jakarta, Selasa (11/4/2017).

Agar kapal tidak terdeteksi radar musuh, lanjut Elly, pembangunan kapal harus memperhatikan sejumlah ketentuan. Misalnya, memiliki getaran yang kecil, suara kapal yang tidak terlalu berisik, hingga desain kapal yang perlu didesain dalam bentuk tertentu.

"Nah supaya enggak tertangkap radar, getaran harus kecil. Terus kemudian vibrasi kecil gitu kemudian suaranya juga tidak terdengar, bentuknya juga harus dibentuk sedemikian rupa supaya radar itu enggak bisa menangkap," tutur Elly.

"Puluhan kilometer kalau di laut enggak terdeteksi," tambah Elly.

Salah satunya adalah kapal perang 'perusak' kedua jenis Guided Missile Frigate/Perusak Kawal Rudal (PKR). Satu unit kapal PKR sudah dikirim ke TNI AL beberapa waktu lalu. Kemudian untuk pesanan kapal kedua akan dikirim pada Oktober 2017 mendatang.

"Ini sudah terjadi di kapal-kapal PKR ini dan kapal kita sudah kita sedemikian. Supaya sekecil mungkin katakan kalau radar menangkap itu, hanya dikiranya kapal kecil bukan kapal perang," ujar Elly. (wdl/wdl)

 Dua Jenis Kapal Siluman Anti Radar 
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhJ4IlvDPGi5tZuZFufqurBbUI-wpIAZHxFtPTFD3DSCgtb5PYDIXSA7pyUdcdDgU8zv_7Tk5g5cFOsIjESAClqBWgIVP_aG3Of0iFYkh4YuQbpjV7rWldDaMJBYL5EOagQ4A4FTrU7dqcI/s1600/12240233_498162273690932_5060544490708167166_defence.pk.jpgKCR60M Produksi PT PAL [def.pk]

PT PAL Indonesia (Persero) mengadopsi teknologi stealth dalam pembuatan kapalnya. Dengan teknologi ini, kapal perang tidak akan terdeteksi oleh radar milik musuh.

Sedikitnya ada dua jenis kapal buatan PT PAL Indonesia yang mengadopsi teknologi stealth. Kedua jenis kapal tersebut, adalah kapal Perusak Kawal Rudal (PKR) dan Kapal Cepat Rudal (KCR).

"Kita ini kan PKR kemudian KCR itu semua didesain dari sisi bentuk, getarannya, kebisingannya. Itu tidak bisa terdeteksi oleh radar," jelas Sekretaris Perusahaan PT PAL, Elly Dwiratmanto, saat dihubungi detikFinance, Jakarta, Selasa (11/4/2017).

Saat ini, untuk kapal PKR sudah digunakan oleh TNI Angkatan Laut untuk menjaga kedaulatan Indonesia. Kapal jenis ini juga banyak digunakan di negara lain di dunia.

"Tentunya yang Indonesia baru dua ini. Kapal jenis ini negara besar sudah punya," tutur Elly.

Sedangkan untuk kapal KCR, PT PAL masih fokus untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Sampai saat ini, tercatat ada 3 unit kapal KCR yang sudah dibangun PT PAL.

"KCR yang sudah kita serahkan kan tiga, itu 2015 akhir. Sekarang masih bangun lagi satu untuk TNI semua," ujar Elly.

 Mengintip Kecanggihan Kapal Siluman 
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgb2HuXd9H0opS4mhKXoVx9TCD3nUP5FJB16chOoXjPa003XGywGDatv-q7mXq4nZ5dZq6Mkva3Ja9B5vwBRRdKfMEE_AMQt10KxKAk-V610nrLp97YjCBEB74MVKVx6zjguufTsk9CBTp1/s1600/Damen_Sigma_PKR_Sea_Trials.jpgPKR 10514 TNI AL [Damen]

Sejak 2013 lalu, PT PAL Indonesia (Persero) memulai produksi kapal menggunakan teknologi stealth. Teknologi ini membuat kapal perang tidak terdeteksi oleh radar musuh dari kejauhan.

BUMN galangan kapal yang berpusat di Surabaya ini sedikitnya sudah membangun dua jenis kapal perang yang mengadopsi teknologi stealth, yaitu kapal Perusak Kawal Rudal (PKR) dan Kapal Cepat Rudal (KCR).

"Tentunya yang Indonesia baru dua ini. Kapal jenis ini negara besar sudah punya," jelas Sekretaris Perusahaan PT PAL, Elly Dwiratmanto, saat dihubungi detikFinance, Jakarta, Rabu (12/4/2017).

Kapal PKR memiliki panjang 105 meter dengan lebar 14 meter. Kapal ini bisa melesat dengan kecepatan 28 knots. Saat beroperasi, PKR bisa membawa 122 kru kapal hingga 20 hari.

Kapal ini memiliki keunggulan utama yaitu tidak terdeteksi radar oleh kapal perang maupun kapal selam. Kapal ini umumnya digunakan untuk menjaga kedaulatan laut hingga bantuan kemanusiaan.

Selanjutnya adalah KCR. Kapal ini memiliki panjang 60 meter dengan lebar 8 meter. Kapal ini mampu melesat hingga 28 knots dengan jarak maksimum 2.400 Nmiles.

Selain itu, kapal ini juga mampu mengangkut 55 penumpang dengan masa jelajah hingga 5 hari. Kapal ini dilengkapi dengan 1 unit senjata utama kaliber 57 mm, senjata kaliber 20 mm, dan 2 buah rudal. Sama seperti PKR, KCR juga tidak terdeteksi radar oleh kapal perang maupun kapal selam.

Saat ini, untuk kapal PKR sudah digunakan oleh TNI Angkatan Laut untuk menjaga kedaulatan Indonesia. Kapal jenis ini juga banyak digunakan dan diproduksi di negara lain di dunia.

Sedangkan untuk kapal KCR, PT PAL masih fokus untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Sampai saat ini, tercatat ada 3 unit kapal KCR yang sudah dibangun PT PAL dan satu unit lagi dalam tahap pembangunan.

"KCR yang sudah kita serahkan kan tiga, itu 2015 akhir. Sekarang masih bangun lagi satu untuk TNI semua," ujar Elly. (dnl/ang)

  detik  

Indonesian Navy receives pitch for Type 214 submarine from Golcük Shipyard

Indonesia has added the Type 214 class to a list of submarine platforms it is now considering. Talks are in line with the Indonesian Navy's strategy of diversifying the mix of its future submarine fleet A computer generated image of the Type 214 submarine, which has been offered to meet the Indonesian Navy's requirements. [HDW] ★

The Indonesian Navy (Tentara Nasional Indonesia - Angkatan Laut, or TNI-AL) has received an offer from Golcük Shipyard to supply a variant of the Reis (Type 214)-class diesel-electric submarine (SSK).

Multiple TNI-AL sources have confirmed with Jane's that meetings and presentations on the Type 214 class were conducted from early 2017 by a team of Golcük Shipyard and TKMS officials at the TNI-AL headquarters in Cilangkap near Jakarta.

The meetings will be followed by a visit of TNI-AL officials to Golcük Shipyard's facilities near Istanbul, where they will observe construction work on the Turkish Navy's first Type 214 boat, Pirireis (S 330). This visit is currently scheduled to take place from 7 to 12 May 2017, in parallel to the IDEF 2017 exhibition.

The Turkish Navy is anticipating the delivery of six Type 214 submarines from Golcük Shipyard. The first of-class is slated for launch in 2019, and all six boats are expected to be commissioned by 2025.

According to Jane's Fighting Ships , the Reis-class SSK features an overall length of 67.6 m, an overall beam of 6.3 m, and a hull draught of 6.0 m. The platform, which can accommodate a crew of 27 including five officers, has a top speed of 20 kt when dived, and 12 kt when surfaced.

The boat is equipped with bow, flank and towed array sonars, and eight tubes that can launch 533 mm torpedoes including the Raytheon Mk 48 Mod 6, and the Atlas Elektronik DM2A4.

  Jane's  

[Dunia] Baku Tembak Dengan Abu Sayyaf

Delapan orang tewas http://waspada.co.id/wp-content/uploads/2016/04/Tentara-Filipina-Serang-Lokasi-Pertahanan-Abu-Sayyaf-660x330.jpgIlustrasi pasukan Filipina [Reuters]

Pasukan Filipina berhasil menewaskan sedikitnya lima tersangka militan Abu Sayyaf dan menderita kerugian tiga anggota militer tewas selama baku tembak di provinsi Bohol beberapa hari setelah peringatan perjalanan yang dikeluarkan negara-negara Barat, kata pejabat militer, Selasa.

Baku tembak terjadi setelah Kedutaan Amerika Serikat dan Kanada di Manila memperingatkan warganya agar tidak bepergian ke Visayas Tengah, yang mencakup Cebu dan Bohol, di mana kelompok pemberontak mungkin mencoba melakukan penculikan selama Pekan Suci di negara mayoritas Katolik tersebut.

Cebu dan Bohol adalah dua tujuan wisata paling populer di negara itu, jauh dari pulau pertahanan Abu Sayyaf, sebuah kelompok yang dikaitkan dengan ISIS dan dikenal dengan perbuatan pemerasan, pembajakan, dan penculikan untuk meminta tebusan.

Abu Sayyaf saat ini memegang lebih dari dua lusin tawanan di Pulau Jolo wilayah selatan.

"Kami telah menerima laporan bahwa lima dari militan tewas dan kami juga menyita empat senjata api berat milik mereka," kata juru bicara militer Kolonel Edgard Arevalo.

"Tapi sayangnya kami juga kehilangan tiga anggota militer sementara dua lainnya terluka," kata Arevalo menambahkan.

Pasukan keamanan melancarkan operasi setelah menerima laporan intelijen bahwa sebuah kelompok bersenjata berat yang terdiri dari 10 orang terlihat menaiki tiga kapal di sepanjang sungai dari Sitio Ilaya di Kota Inabanga, kata kepala Angkatan Bersenjata Jenderal Eduardo Ano.

Motif kelompok untuk bepergian ke Bohol tidak diketahui. Mereka terpojok dan terisolasi di bagian dari kota.

Awal bulan ini, pasukan pemerintah menewaskan lebih dari 10 gerilyawan Abu Sayyaf dalam upaya untuk membebaskan tawanan Vietnam.

Abu Sayyaf, yang berarti "Pembawa Pedang", awal tahun ini memenggal seorang sandera asal Jerman dan dua tawanan Kanada mengalami nasib yang sama tahun lalu. Mereka dieksekusi ketika tenggat waktu untuk membayar uang tebusan berakhir.

Presiden Rodrigo Duterte mengatakan teroris ISIS sedang mencoba menapakkan pengaruhnya di Filipina bagian selatan yang tengah bergolak, sebuah wilayah yang miskin, terbelakang dan penuh dengan pemberontakan.

Dia telah memohon dengan kelompok separatis Filipina untuk menolak paham ekstremis. Militer telah terlibat dalam serangan berskala besar dengan Abu Sayyaf namun prosesnya telah terhambat oleh kehadiran warga sipil di Pulau Jolo dan Basilan.r

  antara  

Rabu, 12 April 2017

Pemerintah Dorong Ekspor Alat Transportasi Dan Pertahanan ke Angola

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhX5v4hWpkMN5qSIEPluiO5fsIuuVJXqJ5qI1fgqpB_Q8KieBIpZN6MrNP_dK9srBJ6zxzu7pFXiBQIE8gnsg5L34lKJS4NGkqhk3Etq-MFR6YRBFBgTyjBhv7IfRjHDzyVfPh4qK2jaeJV/s1600/13724697_New+CN-235+MPA+TNI-AU.+Credit+to+Marchel..jpgCN235 MPA [PTDI]

Kementerian Perindustrian mendorong pelaku industri nasional untuk memperluas pasar ekspor ke Angola terutama alat transportasi dan pertahanan serta elektronika, guna memacu kontribusi sektor nonmigas terhadap nilai perdagangan kedua negara yang berkisar 292,8 juta dolar AS tahun lalu.

"Angola bisa menjadi negara pusat untuk promosi produk-produk industri Indonesia ke pesisir barat Afrika," kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto usai menerima Menteri Luar Negeri Angola Georges Rebelo Pinto Chikoti beserta delegasi di Jakarta, Rabu.

Airlangga, melalui keterangan tertulis, menjelaskan bahwa dalam pertemuan bilateral itu kedua belah pihak saling memberikan informasi mengenai regulasi teknis serta mendalami sektor-sektor potensial di bidang investasi industri.

Nantinya, kami berharap adanya komitmen kerja sama yang komprehensif dalam rangka mendukung pertumbuhan ekonomi masing-masing negara,” ujarnya.

Pemerintah Indonesia telah menawarkan beberapa produk industri strategis nasional, antara lain pesawat buatan PT Dirgantara Indonesia (DI), kendaraan angkut militer buatan PT Pindad, kapal laut buatan PT PAL dan gerbong kereta dari PT INKA.

Bahkan, Menlu Angola berencana mengunjungi secara langsung PT DI dan PT Pindad untuk menjajaki peluang kerja sama yang dapat dikembangkan. “Mereka sempat menanyakan cara pembelian pesawat dari Indonesia,” tutur Airlangga.

Di samping itu, Angola tengah memerlukan bantuan pelatihan di bidang industri seperti yang dilakukan Indonesia kepada Nigeria dan Mozambique. Misalnya, pelatihan untuk peningkatan kapasitas produksi sektor tekstil dan makanan.

Selanjutnya, Indonesia membuka peluang kerja sama di sektor industri kecil dan menengah (IKM). Apalagi, Kemenperin sedang mendongkrak pasar ekspor bagi produk IKM dalam negeri, salah satunya dengan memanfaatkan program e-smart IKM.

Langkah ini turut mewujudkan target penumbuhan wirausaha baru di Indonesia sebanyak 20.000 orang pada akhir tahun 2019,” ungkapnya.

Dirjen Ketahanan dan Pengembangan Akses Industri Internasional (KPAII) Kemenperin RI, Harjanto mengatakan, semua bisnis baru di Angola harus terdaftar dalam Angolan Private Investment Agency (ANIP).

Terdapat beberapa cara bagi perusahaan untuk dapat beroperasi di Angola, di antaranya adalah mendaftar sebagai perusahaan asing, bekerja sama dengan perusahaan lokal, dan mengembangkan anak perusahaan dengan mendaftar sebagai perusahaan Angola,” paparnya.

Harjanto menambahkan, adanya persyaratan konten lokal menuntut investor asing menggunakan jasa dari perusahaan yang sahamnya sebagian besar dimiliki Angola. Selain itu, pemerintah Angola sedang melakukan proses “Angolanising”, yang menuntut perusahaan untuk mempekerjakan masyarakat lokal.

Pada tahun 2012, peraturan penanaman modal bagi perusahaan swasta di sana, mensyaratkan investasi minimal USD 1 Juta untuk memperoleh insentif,” ungkapnya.

Dalam rangka diversifikasi ekonomi, menurut Harjanto, Pemerintah Angola juga menawarkan kepada pengusaha Indonesia untuk pembangunan industri perikanan, pertanian, pertambangan, infrastruktur, makanan, dan mineral.

Pemain utama pada sektor minyak dan pertambangan di Angola adalah Sonangol (perusahaan afiliasi China), British Petroleum (perusahaan afiliasi Inggris), dan Exxon (perusahaan afiliasi Amerika Serikat). Hubungan diplomatik kedua negara telah dibuka sejak 2001 dan Angola merupakan mitra dagang Indonesia terbesar ke-3 di kawasan Afrika sub-Sahara setelah Afrika Selatan dan Nigeria.

Komoditas impor Indonesia dari Angola adalah minyak dan gas bumi, sementara produk ekspor Indonesia adalah pipa besi, sabun, seng, korek api, kendaraan, margarin, ikan olahan, obat, kertas dan minyak sawit.

  antara