The country has been studying several vessel types for the requirement, but considerations of commonality and maintenance costs have led to the current frontrunner KRI Alugoro 405 awaiting launch at PT PAL [satselhiukencana] ★
Officials from the Indonesian Ministry of Defence are currently in negotiations with state-owned shipbuilder PT PAL and South Korean company Daewoo Shipbuilding and Marine Engineering (DSME) for a follow-on order of three Type 209/1400 diesel-electric submarines.
A series of verifications carried out by Jane's since early January 2019 with multiple industry and government sources has confirmed that the negotiations pertain to workshare arrangements that can be undertaken for each vessel and South Korean defence credit programmes that can be utilised to fund the acquisition.
Should it materialise, the contract, which includes a support and training package across all three submarines, is expected to be worth approximately USD 1.2 billion.
Indonesia signed a USD 1.1 billion deal for three Type 209/1400 submarines with DSME in December 2011. Two boats under the contract have been delivered, while a third vessel is currently awaiting launch at PT PAL's premises in Surabaya. The first submarine was commissioned in August 2017 as KRI Nagapasa (403).
As indicated in initial points of discussion seen by Jane's , the first boat that will be in the follow-on contract, which will be the fourth vessel in Indonesia's Nagapasa class overall, will be assembled at DSME's facilities in Okpo, South Korea. However, PT PAL will construct two of the boat's six modules in Surabaya, while DSME will build the remaining four in South Korea. Once ready the Indonesian-built modules will be shipped to Okpo for assembly.
Sangat diandalkan untuk menangani bencana alam Helikopter ch-47 chinook [istimewa] ☆
Jika tidak ada aral melintang pada tahun 2019 mendatang menurut sebuah sumber, heli transport CH-47 Chinook dari AS rencananya akan memperkuat Alutsista kita. Kehadiran heli Chinook untuk memperkuat Alutsista memang sangat dibutuhkan mengingat selama ini helikopter angkut yang kita miliki jumlahnya masih terbatas.
Jika dibandingkan dengan heli transport yang sudah kita miliki, kehadiran heli Chinook yang berbentuk unik karena merupakan ‘heli tandem’ memang sangat mencolok. Sebagai helikopter yang memiliki dua baling-baling utama, Chinook memiliki ukuran panjang 30 meter, tinggi 5,7 meter, dan bisa mengangkut 55 tentara bersenjata lengkap atau sekitar 11.000 kg barang.
Selain itu sebagai heli transport sekaligus tempur, Chinook juga dipersenjatai sejumlah senapan mesin untuk melindungi para tentara yang sedang keluar atau masuk kedalam helikopter. Karena bisa mengangkut barang demikian banyak, maka Chinook sebagai heli transport sangat diandalkan untuk menangani bencana alam yang bersifat regional atau nasional.
Ketika terjadi bencana gempa bumi dan tsunami Aceh (2004) Indonesia mendapat pelajaran berharga. Terbukti, begitu vitalnya peran heli Chinook yang dioperasikan oleh sejumlah negara dalam penanganan bencana secara tepat dan akurat. Indonesia bahkan sampai menyewa 5 heli Chinook dari AS untuk memperlancar penanganan bencana alam di Aceh.
Didorong oleh pengalaman berharga itu, pada tahun 2016 Kementerian Pertahanan RI menurut sebuah sumber menandatangani pembelian Heli Chinook yang rencananya dikirim secara bertahap mulai tahun 2019.
Rencana pembelian helikopter CH-47 atau lebih dikenal dengan nama Chinook baru terlaksana pada 2016, dan nanti pengoperasionalannya diserahkan kepada yang berkompeten sebagai bagian dari Alutsista. Sebagai alat angkut berat, helikopter Chinook memiliki mobilitas sangat tinggi dan memiliki daya angkut personel sebanyak satu peleton prajurit.
Sebagian telah melihat kehebatan helikopter buatan Amerika Serikat itu, antara lain ketika beraksi pada beberapa bencana alam di Indonesia. Saat itu, sejumlah negara membawa bantuan menggunakan Chinook. Pada saat penanganan pasca bencana tsunami Aceh, kita dapat bantuan dari negara sahabat memakai Chinook. Itu sangat luar biasa, cepat, dan mengangkut banyak orang.
Wacana pembelian helikopter dengan mesin ganda tersebut pertama kali diungkapkan oleh salah seorang pejabat yang mengatakan bahwa Chinook yang harganya ditaksir mencapai 30 juta dollar AS bakal melengkapi Alutsista TNI. Meskipun untuk pengadaan helikopter Chinook cukup mahal, tetapi nyawa orang yang perlu diselamatkan lebih mahal.
Boeing CH-47 Chinook adalah sebuah helikopter produk Amerika bermesin ganda, tandem rotor dan heavy-lift . Dengan kecepatan tertinggi 170 knot (196 mph, 315 km/h) helikopter itu lebih cepat daripada helikopter serang tahun 1960-an. Helikopter CH-47 adalah salah satu dari beberapa pesawat masa itu yang masih dalam pelayanan lini produksi dan depan, dengan lebih dari 1.179 dibuat sampai saat ini. Peran utamanya meliputi gerakan pasukan, artileri, dan memasok perlengkapan medan perang. Memiliki pintu pemuatan yang lebar di bagian belakang pesawat dan tiga eksternal-kargo kait.
Chinook ini dirancang dan awalnya diproduksi oleh Boeing Vertol di awal 1960-an. Helikopter ini sekarang diproduksi oleh Boeing Rotorcraft Systems. Chinooks telah dijual ke 16 negara dengan Angkatan Darat AS, dan Royal Air Force menjadi pengguna terbesar. Helikopter CH-47 adalah salah satu helikopter angkut terberat di Barat.
Tarik ulur pemberian ToT (Transfer of Technology) dalam proses pembelian Alutsista umumnya terkait dengan beberapa prinsip, mulai dari urusan politik dan pastinya nilai total pembelian tersebut. Ada yang menarik dari rencana pengadaan helikopter angkut berat CH-47 Chinook buatan Boeing. Pasalnya Indonesia hanya membeli empat unit dan tetap mensyaratkan ToT dalam skema offset.
Diperkirakan pengadaan CH-47 Chinook akan menggunakan anggaran tahun 2016, dengan anggaran pengadaan per-unit helikopter mencapai US$30 juta. Lewat beberapa kali pembahasan dan negosiasi antara pihak Boeing dan Kemenhan RI, akhirnya pada tahun 2015 lalu, Regional Director South East Asia Boeing, Young Tae Pak menyampaikan kepada seorang pejabat kita bahwa Boeing siap memberikan dan memenuhi persyaratan skema offset yang diinginkan Indonesia.
Defence offset dalam teorinya dibagi menjadi dua pilihan, yakni direct offset dan indirect offset. Direct offset yaitu kompensasi yang langsung berhubungan dengan transaksi pembelian. Indirect offset sering juga disebut offset komersial bentuknya biasanya buyback, bantuan pemasaran/pembelian Alutsista yang sudah diproduksi oleh negara berkembang tersebut, produksi lisensi, transfer teknologi, sampai pertukaran offset, bahkan imbal beli.
Sebagai tindak lanjut, pihak Regional Boeing Asia Tenggara telah mengirimkan tim ke PT Dirgantara Indonesia untuk pembicaraan teknis lebih lanjut. Sebagaimana diketahui, Kemhan berencana membeli Helikopter Chinook untuk memperkuat Alutsista di jajaran TNI.
Pembelian ini disesuaikan dengan ancaman nyata yang dihadapi Indonesia, terutama masalah penanganan bencana alam. Selain Indonesia, di Asia Tenggara Chinook sudah lama dimiliki Singapura. Negeri Jiran ini merangkum armada Chinook di dalam Skadron 127. AU Singapura tercatat punya enam unit CH-47D dan dua belas unit CH-47SD Chinook. Selain itu, AD Thailand juga ikut menggunakan CH-47 Chinook. Saat berkecamuknya Perang Vietnam, Chinook juga menjadi etalase kelengkapan udara di pihak Vietnam Selatan. Meski Chinook yang dibeli Indonesia jumlahnya minim, namun secara keseluruhan kontrak Boeing untuk pengadaan Alutsista TNI cukup menggiurkan.
Helikopter Chinook merupakan salah satu jenis helikopter yang memiliki keunggulan multifungsi. Selain dapat mengangkut personel militer dalam jumlah banyak, helikopter ini juga mampu mengangkut logistik dalam jumlah banyak. Selain itu, helikopter ini didesain untuk bisa mengangkut (sling) pesawat tempur, kapal tempur, kendaraan tempur (Ranpur), hingga tank tempur kelas ringan. Tidak hanya itu, dengan kemampuan daya angkut yang besar, helikopter ini banyak diturunkan untuk mendukung kebutuhan nasional, seperti evakuasi bencana alam dan kegiatan Search and Rescue.
Dalam sejarahnya Chinook mulai mengudara pada tahun 1962, telah hadir dalam beberapa varian dan dioperasikan oleh 22 negara dengan total produksi lebih dari 1.180 unit.
KrAZ-5233 4x4 [BMPD] ☆
AvtoKrAZ fulfilled another order for its foreign client for the production of a batch of different models of KrAZ vehicles. Ordered under foreign economic contract, all-wheel drive flatbed cars on the KrAZ-5233 chassis (4x4) and KrAZ-65053 chassis (6x4) in the amount of 923 thousand dollars were sent to Indonesia.
All trucks with 380hp motors. At the request of the customer, who is well aware of KrAZ vehicles, the batch was made standard for serial models.
KrAZ-65053 6x4 [BMPD]
The cars are painted white, as they will be sent to help the UN peacekeeping contingent. The on-board vehicles along with the chassis, on which the partner from abroad will install various special settings - APZ, drinking water tanks, waste collection equipment, etc., will work in the usual extreme road and climate conditions. It is in them that the robust and easy-to-operate KrAZ trucks fully disclose their technical capabilities.
UN missions and divisions around the world are regularly added to the list of users of AvtoKrAZ. Although now it is not the largest counterpart of KrAZ products by the number of units ordered, but it is very status and respectable, with which the company always treats with special attention. Kremenchug Automobile Plant understands that its products - KrAZ trucks and special vehicles based on them - make a significant contribution to the activities of the main international organization in the world. To be a registered UN supplier, which is the KrAZ trademark, a prestigious status recognized worldwide.
Produksi PT Tesco Indomaritim Dua Kapal Angkatan Laut Produksi Dalam Negeri ☆
TNI Angkatan Laut menambah kekuatan dengan diterimanya dua Kapal Angkatan Laut (KAL) 20 Meter yang diserahkan Direktur PT. Tesco Indomaritim Jamin Basuki kepada Kadismatal Laksamana Pertama TNI Kasih Prihantoro S.E., M.M,. Untuk selanjutnya kapal diserahkan kepada Asisten Logistik (Aslog) Kasal, Laksamana Muda TNI Mulyadi, S.Pi., M.A.P., dan kemudian diserahkan kepada pengguna KAL yakni Komandan Lanal Gorontalo Letkol Laut (P) Tonny Sundah, M.Tr. (Hanla) dan Komandan Lanal Morotai Letkol Laut (P) Kariady Bangun, S.E., M.Tr. (Hanla) di Pantai Mutiara Indah, Jakarta Utara, Kamis, (10/1/19).
Dua KAL produksi dalam negeri itu memiliki spesifikasi panjang 28 meter, lebar 6.20 meter dan mampu mengangkut 15 ABK. Kapal ini dilengkapi dengan satu buah senjata mitraliur 20 mm berada di haluan dan dua buah senjata 12,7 mm di buritan. Kapal berbahan pelat aluminium alloy 5083-H116 dan aluminium alloy 6061.
Dalam amanatnya Aslog Kasal menyampaikan, bahwa penyerahan dua unit KAL 28 M dengan nama KAL Limboto dan KAL Wayabula, kepada Lanal Gorontalo dan Lanal Morotai dengan tujuan KAL yang diserahkan tersebut dapat dipergunakan untuk menjaga keamanan wilayah perairan Indonesia, khususnya sebagai sarana patroli terbatas di wilayah kerja Lanal Gorontalo dan Lanal Morotai.
“Pengadaan KAL 28 M tersebut telah melalui mekanisme dan kriteria pembangunan kapal secara komprehensif mulai dari tahap desain hingga pembangunan serta diawasi oleh satgas dan biro klasifikasi rina dari Italia, sehingga diharapkan dapat memenuhi tingkat readiness dan sustainability yang memadai”, kata Aslog Kasal.
Dalam kesmpatan ini Aslog Kasal mengatakan, pengadaan KAL ini merupakan bagian dari Rencana Strategi (Renstra) TNI Angkatan Laut dalam upaya mewujudkan kekuatan pokok minimum TNI Angkatan Laut Tahun 2010 sampai dengan 2024.
“Kami berharap kepada satuan penerima dan bintek terkait agar terus memonitor kondisi teknis KAL Limboto I-8-33 dan KAL Wayabula I-12-14, berkaitan dengan jaminan pemeliharaan yang diberikan oleh PT. Tesco Indo Maritim sebagai perusahaan pembuat, sehingga diharapkan KAL 28 M dapat dioperasikan secara maksimal,” harapnya.
Seusai acara serah terima KAL, Aslog Kasal meresmikan KAL Limboto I-8-33 dan KAL Wayabula I-14-12 resmi masuk jajaran TNI AL sertta sekaligus melantik Kapten Laut (P) Junaidi sebagai komandan KAL Wayabula dan Kapten Laut (P) Timbul Narkoto sebagai komandan KAL Limboto.
Hadir dalam kegiatan tersebut antara lain, Waasops Kasal, Kadismatal, Kadissenlekal, Danlantamal VIII dan Danlantamal XIV, serta pejabat TNI ALterkait.@Wn
Dermaga Tawiri, Ambon [Kompas] ☆
Komandan Lantamal IX Laksamana Pertama TNI Antongan Simatupang mendampingi Menteri Keuangan RI Sri Mulyani Indrawati meresmikan Dermaga TNI Angkatan Laut di Desa Tawiri Ambon. Rabu (09/01/2019).
Pada peresmian fasilitas negara tersebut Menkeu RI juga didampingi oleh Menteri Pekerjaan Umum RI Basuki Hadimuljono, Gubernur Maluku Ir. Said Assagaff, Wakil Gubernur Maluku Zeth Sahuburua serta Kepala Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Provinsi Maluku Ismael Usemahu.
Menteri Keungan RI pada kesempatan itu menyampaikan bahwa pembangunan fasilitas ini sesuai dengan program Bapak Presiden RI yaitu pemerataan pembangunan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat di seluruh wilayah NKRI, diharapkan semoga seluruh pembangunan yang telah terlaksana dapat berguna dan bermanfaat bagi seluruh rakyat khususnya di Provinsi Maluku.
Gubernur Maluku menambahkan bahwa setelah diresmikannya Dermaga Tawiri diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai sarana untuk mendukung operasi kapal perang TNI AL, selain itu juga sebagai sarana transportasi yang sangat penting untuk memperlancar proses perekonomian masyarakat di Maluku.
Selaku Komandan Lantamal IX mengucapkan terimakasih atas dibangunnya Dermaga Tawiri Ambon, karena melihat situasi Ambon untuk wilayah timur. Dermaga ini merupakan tempat yang strategis, dimana dapat mendukung kegiatan operasi – operasi KRI di wilayah timur Indonesia, terutama digunakan untuk fasilitas sandar bagi kapal-kapal perang milik TNI Angkatan Laut berukuran besar yang tidak bisa masuk ke Dermaga Halong dan nantinya dermaga ini akan di tempati Gugus Tempur Laut Komando Armada III.
Hadir dalam kegiatan peresmian, Danguspurla Koarmada III Laksma TNI P. Rahmat Wahyudi, Kabinda Prov. Maluku Brigjen (TNI) Khairully, Wakapolda Maluku Brigjend (Pol) Dr. Akhmad Wiyagus, Danlanud Pattimura, Irwasda Polda Maluku, Wadan Lantamal IX Ambon Kolonel Mar Supriyono, Para Asisten Danlantamal IX, KS.Danguspurla, Asintel Danguspurla Koarmada III, Dandim 1504 Ambon Letkol INF Fendry Noviyanto dan Organisasi Pimpinan Daerah (OPD) Provinsi Maluku serta tamu undangan lainnya.
Usai Baku Tembak dengan TNI di Puncak Jaya, Papua Ilustrasi prajurit TNI [antara] ★
Prajurit TNI dan Kelompok Kriminal Separatis Bersenjata (KKSB) terlibat baku tembak di Kampung Gidobak, Distrik Sinak, Kabupaten Puncak Jaya, Papua. Dilaporkan, satu orang anggota KKSB tewas tertembak.
"Sekitar pukul 08.55 WIT telah terjadi kontak tembak antara personel TNI dengan KKSB di Kampung Gigobak, Distrik Sinak, Kabupaten Puncak Jaya, Papua," jelas Kapendam XVII/Cenderawasih Kolonel Inf Muhammad Aidi, Rabu (9/1).
Aidi menjelaskan, sebelum kejadian, anggota TNI yang terlibat baku tembak sedang dalam perjalanan dari pos menuju Bandara Sinak untuk mengambil logistik. Tiba-tiba, mereka dihalang oleh sekelompok KKSB dengan pimpinan Lerymayu Telenggen di daerah Sinak.
"Akibat penghadangan tersebut, anggota TNI melakukan perlawanan dengan membalas tembakan sehingga terjadi kontak tembak," katanya.
Kemudian, pasukan TNI berhasil memukul mundur kelompok tersebut. KKSB melarikan diri dengan cara masuk hutan. Saat dilaksanakan pengejaran, ditemukan satu orang anggota KKSB tewas tertembak.
"Belum diketahui identitasnya karena tidak memiliki kartu pengenal. Namun, dari Noken yang dibawah terdapat bendera Bintang Kejora dan HP, masih dalam penyidikan," ujarnya.
Sementara itu, satu orang anggota TNI atas nama Praka Subhan Razak yang bertugas sebagai sopir menderita luka tembak dibagian betis. Korban dari TNI telah dievakuasi ke RSUD Timika menggunakan Hely Bell guna mendapatkan perwatan medis. Saat ini Subhan sudah dalam keadaan stabil. "Sedangkan korban KKSB telah diserahkan kepada kepala Kampung setempat untuk pengurusan jenazah," ujar Aidi.
8 unit helikopter H225 dan 9 unit Bell 412EPI Ilustrasi helikopter TNI AU [TNI AU] ★
Kementerian Pertahanan (Kemenhan) memesan 17 helikopter untuk memenuhi kebutuhan alat utama sistem persenjataan (Alutsista) TNI. Belasan helikopter tersebut akan diproduksi oleh PT Dirgantara Indonesia (Persero) atau PTDI.
Seremonial penandatangan kontrak jual beli dilakukan di Kantor Pusat PTDI, Jalan Pajajaran, Kota Bandung, Rabu (9/1/2018). Sejumlah tamu undangan hadir dalam acara tersebut.
Kepala Badan Sarana Pertahanan (Kabarnahan), Kemenhan Laksamana Muda TNI Agus Setiadji menjelaskan, 17 helikopter yang dipesan terdiri dari dua jenis. Pertama helikopter H225 konfigurasi angkut berat sebanyak 8 unit dan helikopter serbu Bell-412EPI sebanyak 9 unit.
Kedua jenis helikopter tersebut nantinya digunakan oleh TNI Angkatan Udara (AU) untuk jenis angkut berat dan TNI Angkatan Darat (AD) untuk jenis helikopter serbu. Pemesanan ini bagian dari peremajaan alutsista di tubuh TNI.
"Proses pengadaan helikopter ini didasarkan atas kebutuhan dasar Angkatan Udara dan Angkatan Darat sesuai MEF (Minimun Esentiall Force). Kebetulan kebutuhan kita masih banyak," katanya.
Menurutnya, untuk pembelian 17 helikopter tersebut menghabiskan anggaran dengan total mencapai US$ 513 juta. Dengan rincian US$ 330 juta untuk pembelian 8 unit helikopter jenis angkut berat dan US$ 183 juta untuk 9 unit helikopter jenis serbu.
"Kebutuhan ke depan banyak lagi, hanya kita tidak bisa secara langsung kebutuhannya dipenuhi," katanya.
Selain itu, dia menambahkan, sesuai dengan perintah Presiden Joko Widodo (Jokowi) kedua jenis helikopter ini akan dilengkapi dengan kemampuan penanggulangan bencana. Pasalnya selama ini alutsista yang ada selalu digunakan ke daerah bencana.
"Perintah presiden setiap pengadaan alutsista harus memiliki kemampuan penanggulangan bencana. Spesifikasi selalu memasukkan ini bisa penanggulangan bencana dan SAR juga," ujarnya.
Sementara itu, Direktur Utama PTDI Elfien Goentoro menuturkan, akan berupaya melakukan sebaik mungkin dalam proses produksi dua jenis helikopter tersebut. Pihaknya menargetkan proses produksi belasan helikopter itu bisa selesai dalam waktu dua sampai tiga tahun.
"Kita akan memenuhi heli serbu untuk angkatan darat dalam tempo 24 bulan sejak efektif daripada kontrak. Sementara heli angkut berat itu 36 bulan setelah efektif kontrak sebagaimana tertuang dalam kontrak," ucapnya.
Helikopter H225M merupakan nama komersial yang sama dengan Helikopter EC725 Cougar yang merupakan keluarga dari Super Puma, produk kerja sama industri antara PTDI dengan Airbus Helicopters, Perancis.
Sedangkan Helikopter Bell-412EPI merupakan bagian dari Helikopter Bell-412 Series, produk kerja sama industri antara PTDI dengan Bell Helicopter Textron Inc., Canada. (ara/ara)
➶ India exploring sale of BrahMos cruise missile to Indonesia Ship based BrahMos cruise missile [BrahMos Aerospace]
India has earlier held talks with the Vietnam government for the sale of the BrahMos, a supersonic cruise missile developed by an Indo-Russian joint venture set up in 1998. The Indian Navy inducted the missile on its frontline warships in 2005.
India is exploring the possibility of selling the BrahMos cruise missile to Indonesia, and a team from the Indo-Russian joint venture that makes the weapon system visited a state-run shipyard in Surabaya last year to assess the fitting of the missile on Indonesian warships, people familiar with developments said.
Besides the BrahMos, India has offered to supply coastal defence radars and marine grade steel to Indonesia and to service the Russian-made Su-30 combat jets flown by the Indonesian air force as part of efforts to deepen bilateral defence and military cooperation, the people said.
India has earlier held talks with the Vietnam government for the sale of the BrahMos, a supersonic cruise missile developed by an Indo-Russian joint venture set up in 1998. The Indian Navy inducted the missile on its frontline warships in 2005.
Though India and Indonesia have not reached a final agreement on the sale of the BrahMos, the visit of the a team from the Indo-Russian company to the state-run PT PAL shipyard on the sidelines of the Indo Defence 2018 expo late last year was a significant step forward in efforts to sell the weapon system to a foreign country.
“The BrahMos team was invited to visit the state-run ship-building enterprise and had a look at the Indonesian platform,” a person said. The inspection of the warships was focused on fitting the BrahMos system on them, the people cited above said.
Though there has been “some traction” in India’s offer of coastal defence radars to Indonesia, matters were “more advanced in considering” the BrahMos system, the people added.
A group of MPs from the commission on defence, foreign and information affairs of Indonesia’s lower house of parliament had visited the BrahMos headquarters last year, the people said.
“It is a good proposition to have deeper defence cooperation with India because it has advanced technology that it is both functional and economical,” the first person cited above said. “Indian technology is not as complicated as technology from the West as it is of good value for regional countries,” the person added.
Commodore (retired) C Uday Bhaskar, director of the Society for Policy Studies, said: “It is significant if India is offering the BrahMos missile to Indonesia. It enhances the relevance of India’s military profile as a credible exporter of cruise missile technology.”
Besides the BrahMos, India had offered to sell marine grade steel and to service the Indonesian Air Force’s Su-30 combet jets, which are very similar to the Su-30s flown by the Indian Air Force, the people said.
On the other hand, Indonesia’s state-run Pindad enterprise is bidding for the Indian Army’s contract to acquire a new assault rifle, the people said. This is currently at the “request for proposal” stage and the rifle offered by Indonesia has consistently performed well at regional shooting competitions, the people said.
The Indonesian and Indian armies have held exercises for several years and the first bilateral naval wargame was held last November. The first bilateral air force exercise is expected to be held in 2019, the people said.
➶ Staf Dubes Inggris Temui KSAU Hawk TNI AU
KSAU Marsekal TNI Yuyu Sutisna menerima kunjungan kehormatan staf Kedutaan Besar Inggris di Jakarta Yannoar Wauran.
Kedatangan pejabat Kedubes Inggris yang juga manager Defence and Security Inggris ini diterima KSAU di ruang kerjanya di Cilangkap Jakarta Timur, Senin (7/1/2019).
Dalam pertemuan yang berlangsung hangat dan akrab ini, kedua pejabat membahas hubungan bilateral antara Indonesia dan Kerajaan Inggris. Pembahasan mencakup kerja sama di bidang industri pertahanan dan keamanan.
Inggris memiliki sejumlah kepentingan dengan TNI AU terkait alutsista. TNI AU membeli 42 pesawat tempur BAe Hawk-109/209 dari Inggris, yang sampai sekarang masih dioperasikan. Sebelumnya lagi, TNI AU juga menggunakan 20 unit pesawat latih lanjut Hawk Mk-53.
Turut hadir mendampingi KSAU adalah Asrena KSAU Marsda TNI Fahru Zaini, Aspam KSAU Marsda TNI Dwi Fajariyanto, Pangkohanudnas Marsda TNI Imran Baidirus, dan Kadiskomlekau Marsma TNI Bambang Tengki P. Sementara Yannoar Wauran didampingi tiga stafnya.
✈️ Rusia Belum Pilih Komoditas Untuk Dibarter✈️ Pesawat TNI AU [TNI AU]
Rencana pemerintah membeli pesawat tempur Sukhoi Su-35 Rusia, belum menemukan titik terang. Pasalnya, bukan hanya karena Rusia belum dapat menentukan jenis komoditas yang akan dipilih. Namun, lantaran masih belum adanya pembelian dari pihak Kementerian Pertahanan.
“Saya hanya melakukan imbal beli. 20 komoditas sudah ditawarkan tapi mereka (Rusia) belum respons. Nah mereka mau merespons kalau kita sudah beli,” kata Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri, Oke Nurwan di Kementerian Perdagangan, Jakarta.
Sedianya pemerintah akan membeli 11 Sukhoi Su-35 dari Rusia. Dari nilai kontrak senilai USD 1,14 miliar atau Rp 15,96 triliun (kurs Rp 14 ribu), senilai USD 570 juta atau Rp 7,98 triliun akan dibayar lewat imbal dagang dengan komoditas asal Indonesia. Sedangkan sisanya akan dibayar melalui skema G to G lewat Kementerian Pertahanan.
Oke mengatakan, hingga saat ini Rusia belum juga dapat memastikan komoditas mana yang akan dipilih. Namun secara tersirat, ia menyampaikan Rusia akan menentukan komoditas jika realisasi pembelian Sukhoi sudah terlaksana.
“Sudah kita tawarkan tapi mereka belum memastikan, tinggal perjalanan realisasi pembelian Sukhoinya,” kata dia.
✈️ Berteknologi Canggih✈️ F-16 Block 70/72 Viper untuk Indonesia [Lockheed Martin)]
Akuisisi Sukhoi Su-35 Super Flanker TNI AU sebanyak 11 unit sedang berjalan.
Walau kabar terakhir pengadaan Su-35 agak 'belibet', nampaknya pengadaan jet tempur superioritas udara itu tetap jalan.
Su-35 diproyeksikan jadi Heavy Fighter alias penempur kelas berat TNI AU, jikalau kelas Medium Fighter maka pilihannya beda lagi.
Dikutip dari National Interest, Rabu (2/1) Lockheed Martin selaku developer F-16, beberapa waktu lalu sudah merilis sebuah gambar di mana mereka menawarkan F-16 Block 70/72 Viper untuk TNI AU.
Wajar rasanya jika Indonesia mengincar jet tempur ini lantaran populasi F-16 yang banyak dan menjadi tulang punggung TNI AU.
Lantas apa istimewanya F-16 Viper ini?
Boleh dibilang Lockheed Martin mencangkokkan beberapa sistem dari jet tempur generasi kelima USAF, F-22 dan F-35 ke F-16 Viper.
Contohnya penggunaan radar Northrop Grumman APG-83 Active Array Radar ke F-16 yang juga digunakan oleh F-22 dan F-35.
APG-83 Active Array Radar dapat melacak 20 target secara bersamaan, kemampuan yang jarang dimiliki oleh pesawat generasi 4.5.
Radar ini juga dapat menghasilkan peta radar aperture sintetis resolusi 1ft dan memiliki jangkauan lebih besar yakni 160 mil laut terhadap target darat.
F-16 Viper ini juga memiliki sistem peperangan elektronik canggih yang baru.
Selain itu, F-16 Viper juga mempunyai kokpit modern dengan Tampilan Pedestal Center (CPD) baru yang memberikan citra taktis pada layar 6 x 8 resolusi tinggi.
Pilot juga bakal dilengkapi dengan Joint Helmet Mounted Cueing System II (JHMCS II), yang mempermudah penguncian sasaran dan menembaknya dengan rudal Raytheon AIM-9X Sidewinder.
Di lini rancang bangun, F-16 Viper memiliki struktur kerangka lebih kuat dari F-16 biasa sehingga menambah umur pesawat menjadi 12.000 jam terbang.
Untuk urusan persenjataan, dipastikan F-16 Viper dapat menggotong segala jenis rudal besutan negeri Paman Sam.
"Lockheed Martin memiliki lebih dari 36 tahun pengalaman integrasi senjata dengan F-16," kata Susan Ouzts, wakil presiden Program F-16 Lockheed Martin.
"Lockheed Martin telah mensertifikasi lebih dari 3.300 konfigurasi lebih dari 180 jenis senjata."
"Pengalaman kami sebagai integrator senjata telah memungkinkan F-16 menjadi salah satu jet tempur multi-fungsi paling serbaguna yang pernah ada," tambah Susan.
Sementara AU Bahrain telah menandatangani kontrak senilai 1,12 miliar dolar AS untuk pengadaan 16 unit F-16 Viper.
Negara itu akan menjadi pengguna pertama F-16 Viper di dunia.
Indonesia dikabarkan juga berminat mengakuisisi F-16 Viper sebanyak 48 unit senilai 4,5 miliar dolar AS.
Namun itu baru sebatas minat. Sampai detik ini belum ada kejelasan mengenai iya tidaknya Indonesia untuk membeli F-16 Viper.