Sabtu, 20 Juli 2019
Latihan Gabungan Malindo Darsasa-10AB 2019
Di Sentul, Bogor[antara]
Penyelenggaraan Latgabma Malindo Darsasa-10AB/2019 bertujuan untuk mengembangkan profesionalisme kedua Angkatan Bersenjata di samping sebagai upaya pertukaran pengalaman dan peningkatan kerjasama keamanan perbatasan khususnya dalam bidang penanggulangan terrorisme.
Demikian sambutan Asisten Operasi (Asops) Panglima TNI Mayjen TNI Ganip Warsito, S.E., M.M., yang dibacakan oleh Wadanjen Kopassus Brigjen TNI Muhammad Hasan, S.H. selaku Direktur Latihan pada saat membuka Latihan Gabungan Bersama Malaysia-Indonesia Darat Samudera Angkasa (Latgabma Malindo Darsasa)-10AB/2019 bersama dengan Brigjen Anuar Bin Abdul Wahab selaku Ketua Pengarah Cawangan Operasi dan Latihan Bahagia Angkatan Tentera Malaysia (ATM), bertempat di lapangan upacara Standby Force Pusat Misi Pemelihara Perdamaian (PMPP) TNI, Sentul, Bogor, Jawa Barat, Jumat (19/7/2019).
Dalam kesempatan tersebut, Mayjen TNI Ganip Warsito menyampaikan perlu disadari bahwa kawasan Asia-Pasifik merupakan bentangan wilayah yang sangat strategis di dunia yang memberikan banyak manfaat dan dapat dioptimalkan bagi kesejahteraan rakyat kita, di sisi lain juga menghadirkan beberapa tantangan yang harus diantisipasi bersama, seperti bencana alam, terrorisme dan radikalisme.
Asops Panglima TNI juga menuturkan bahwa secara geografis dan demografis Indonesia dan Malaysia memiliki ikatan persaudaraan yang sangat erat sehingga diperlukan mekanisme kerjasama yang solid antara TNI dan ATM dalam rangka membangun sebuah jaringan (network) yang terstruktur dengan baik di bidang operasi militer bersama.
Pada kesempatan tersebut, Mayjen TNI Ganip Warsito mengatakan bahwa fokus Latgabma Malindo Darsasa 10AB/2019 adalah operasi gabungan bersama dalam rangka operasi anti terorisme. “Kita akan saling berbagi dan mengambil pelajaran berharga dari berbagai latihan yang akan dilalui bersama, menjadikan sebuah pengalaman dan pelajaran bagi para prajurit dan satuan kedua Angkatan Bersenjata,” ucap Asops Panglima TNI.
“Apabila dalam keadaan sebenarnya kita dituntut untuk terjun menghadapi tantangan yang timbul, TNI dan ATM siap bekerja sama sesuai dengan Protap Malindo yang telah disepakati,” tambah Mayjen TNI Ganip Warsito.
Lebih lanjut Asops Panglima TNI mengingatkan agar Latgabma Malindo Darsasa 10AB/2019 dimanfaatkan untuk menjadi sarana membangun komunikasi yang positif dan konstruktif di antara TNI dan ATM serta diharapkan para peserta dari kedua Angkatan Bersenjata mendapatkan manfaat yang besar dari kegiatan ini.
Sementara itu masih dalam kesempatan yang sama, Brigjen Anuar Bin Abdul Wahab selaku Ketua Pengarah Cawangan Operasi dan Latihan Bahagia mengatakan bahwa Latgabma Malindo Darsasa 10AB/2019 juga memiliki tujuan untuk mewujudkan konsep operasi gabungan bersama di medan sesungguhnya dan meningkatkan kemampuan para prajurit kedua Angkatan Bersenjata dalam melaksanakan operasi bersama.
“Saya percaya melalui Latgabma Malindo Darsasa 10AB/2019, kedua Angkatan Bersenjata akan saling berbagi ilmu pengetahuan, serta pertukaran informasi sehingga latihan ini dapat dilaksanakan dengan lancar,” ujar Brigjen Anuar Bin Abdul Wahab.
Latgabma Malindo Darsasa 10AB/2019 dilaksanakan di daerah latihan PMPP TNI di Desa Tangkil, Sentul, Bogor, Jawa Barat yang diikuti oleh 234 personel TNI dan 138 personel ATM dan melaksanakan serangkaian metode latihan mulai dari Subject Matter Expert Exchange (SMEE), Tactical Floor Games (TFG), dan Field Training Exercise (FTX).
♖ Indomaritim
Penyelenggaraan Latgabma Malindo Darsasa-10AB/2019 bertujuan untuk mengembangkan profesionalisme kedua Angkatan Bersenjata di samping sebagai upaya pertukaran pengalaman dan peningkatan kerjasama keamanan perbatasan khususnya dalam bidang penanggulangan terrorisme.
Demikian sambutan Asisten Operasi (Asops) Panglima TNI Mayjen TNI Ganip Warsito, S.E., M.M., yang dibacakan oleh Wadanjen Kopassus Brigjen TNI Muhammad Hasan, S.H. selaku Direktur Latihan pada saat membuka Latihan Gabungan Bersama Malaysia-Indonesia Darat Samudera Angkasa (Latgabma Malindo Darsasa)-10AB/2019 bersama dengan Brigjen Anuar Bin Abdul Wahab selaku Ketua Pengarah Cawangan Operasi dan Latihan Bahagia Angkatan Tentera Malaysia (ATM), bertempat di lapangan upacara Standby Force Pusat Misi Pemelihara Perdamaian (PMPP) TNI, Sentul, Bogor, Jawa Barat, Jumat (19/7/2019).
Dalam kesempatan tersebut, Mayjen TNI Ganip Warsito menyampaikan perlu disadari bahwa kawasan Asia-Pasifik merupakan bentangan wilayah yang sangat strategis di dunia yang memberikan banyak manfaat dan dapat dioptimalkan bagi kesejahteraan rakyat kita, di sisi lain juga menghadirkan beberapa tantangan yang harus diantisipasi bersama, seperti bencana alam, terrorisme dan radikalisme.
Asops Panglima TNI juga menuturkan bahwa secara geografis dan demografis Indonesia dan Malaysia memiliki ikatan persaudaraan yang sangat erat sehingga diperlukan mekanisme kerjasama yang solid antara TNI dan ATM dalam rangka membangun sebuah jaringan (network) yang terstruktur dengan baik di bidang operasi militer bersama.
Pada kesempatan tersebut, Mayjen TNI Ganip Warsito mengatakan bahwa fokus Latgabma Malindo Darsasa 10AB/2019 adalah operasi gabungan bersama dalam rangka operasi anti terorisme. “Kita akan saling berbagi dan mengambil pelajaran berharga dari berbagai latihan yang akan dilalui bersama, menjadikan sebuah pengalaman dan pelajaran bagi para prajurit dan satuan kedua Angkatan Bersenjata,” ucap Asops Panglima TNI.
“Apabila dalam keadaan sebenarnya kita dituntut untuk terjun menghadapi tantangan yang timbul, TNI dan ATM siap bekerja sama sesuai dengan Protap Malindo yang telah disepakati,” tambah Mayjen TNI Ganip Warsito.
Lebih lanjut Asops Panglima TNI mengingatkan agar Latgabma Malindo Darsasa 10AB/2019 dimanfaatkan untuk menjadi sarana membangun komunikasi yang positif dan konstruktif di antara TNI dan ATM serta diharapkan para peserta dari kedua Angkatan Bersenjata mendapatkan manfaat yang besar dari kegiatan ini.
Sementara itu masih dalam kesempatan yang sama, Brigjen Anuar Bin Abdul Wahab selaku Ketua Pengarah Cawangan Operasi dan Latihan Bahagia mengatakan bahwa Latgabma Malindo Darsasa 10AB/2019 juga memiliki tujuan untuk mewujudkan konsep operasi gabungan bersama di medan sesungguhnya dan meningkatkan kemampuan para prajurit kedua Angkatan Bersenjata dalam melaksanakan operasi bersama.
“Saya percaya melalui Latgabma Malindo Darsasa 10AB/2019, kedua Angkatan Bersenjata akan saling berbagi ilmu pengetahuan, serta pertukaran informasi sehingga latihan ini dapat dilaksanakan dengan lancar,” ujar Brigjen Anuar Bin Abdul Wahab.
Latgabma Malindo Darsasa 10AB/2019 dilaksanakan di daerah latihan PMPP TNI di Desa Tangkil, Sentul, Bogor, Jawa Barat yang diikuti oleh 234 personel TNI dan 138 personel ATM dan melaksanakan serangkaian metode latihan mulai dari Subject Matter Expert Exchange (SMEE), Tactical Floor Games (TFG), dan Field Training Exercise (FTX).
♖ Indomaritim
Jumat, 19 Juli 2019
PT PAL Tinjau Lokasi Dermaga SAT Kapal Selam
Di Banyuwangi
PT PAL tinjau fasilitas sandar kegiatan SAT kapal selam [TNI AL]
Komandan Pangkalan TNI Angkatan Laut (Danlanal) Banyuwangi, Lantamal V, Koarmada II, Letkol Laut (P) Yulius Azz Zaenal, S.H., M.Tr.Hanla, M.M. menerima kunjungan Dirut PT PAL bersama rombongan dalam rangka pengecekan Dermaga APBN Tanjung Wangi Banyuwangi.
Rombongan PT PAl antara lain Dirut PT PAL Bpk. Budiman Saleh, Laksda TNI (Purn) Mulyadi, Direktur Rekumhar Bpk. Sutrisno ,Dansatgas Yekda KSDE DSME209 kolonel Laut (T) Budi Raharjo, Manpro OVH KRI Cakra – 401 PT PAL Kolonel Laut (T) Wiranto.
Terminal Tanjung Wangi, Banyuwangi [Mrtimedia]
Dalam Kunjungannya di Banyuwangi Rombongan meninjau langsung kondisi dermaga dalam rangka penyiapan fasilitas sandar SAT (Sea Acceptance Test) kapal selam di willayah Banyuwangi
Komandan Lanal Banyuwangi menyampaiakan bahwa dari beberapa survey yang laksanakan PT PAL diwillayab Jawa Bali , bahwa dermaga APBN di Tanjung wangi adalah dermaga yang memenuhi syarat tempat sandar kapal selam dalam rangka Pelaksaan SAT (Sea Acceptance Test).
♖ Koarmada II
Komandan Pangkalan TNI Angkatan Laut (Danlanal) Banyuwangi, Lantamal V, Koarmada II, Letkol Laut (P) Yulius Azz Zaenal, S.H., M.Tr.Hanla, M.M. menerima kunjungan Dirut PT PAL bersama rombongan dalam rangka pengecekan Dermaga APBN Tanjung Wangi Banyuwangi.
Rombongan PT PAl antara lain Dirut PT PAL Bpk. Budiman Saleh, Laksda TNI (Purn) Mulyadi, Direktur Rekumhar Bpk. Sutrisno ,Dansatgas Yekda KSDE DSME209 kolonel Laut (T) Budi Raharjo, Manpro OVH KRI Cakra – 401 PT PAL Kolonel Laut (T) Wiranto.
Terminal Tanjung Wangi, Banyuwangi [Mrtimedia]
Dalam Kunjungannya di Banyuwangi Rombongan meninjau langsung kondisi dermaga dalam rangka penyiapan fasilitas sandar SAT (Sea Acceptance Test) kapal selam di willayah Banyuwangi
Komandan Lanal Banyuwangi menyampaiakan bahwa dari beberapa survey yang laksanakan PT PAL diwillayab Jawa Bali , bahwa dermaga APBN di Tanjung wangi adalah dermaga yang memenuhi syarat tempat sandar kapal selam dalam rangka Pelaksaan SAT (Sea Acceptance Test).
♖ Koarmada II
Indonesia Approved for Two Naval Hydrographic Vessels
Allocates USD 143 MillionIndonesia has approved an additional sum of IDR 2.04 trillion for the country's 2019 defence budget. The funds will be allocated towards the procurement of hydrographic survey vessels that can be quickly converted into vessels of opportunity for submarine rescue [Ocea]
The Indonesian Ministry of Finance has approved an additional IDR2.04 trillion (USD 143 million) for the country's 2019 defence budget, with a view on accelerating the procurement process for two new hydrographic survey ships that can be swiftly converted into vessels of opportunity (VOO) for submarine rescue operations.
The funds will be added to the country's previously approved 2019 defence budget of IDR 108 trillion, according to an official document seen by Jane's on 17 July.
♖ IHS Janes
The Indonesian Ministry of Finance has approved an additional IDR2.04 trillion (USD 143 million) for the country's 2019 defence budget, with a view on accelerating the procurement process for two new hydrographic survey ships that can be swiftly converted into vessels of opportunity (VOO) for submarine rescue operations.
The funds will be added to the country's previously approved 2019 defence budget of IDR 108 trillion, according to an official document seen by Jane's on 17 July.
♖ IHS Janes
TNI AL Tambah Alutsista Dua Unit Kapal PC 40
Dari PT Caputra Mitra SejatiTNI Angkatan Laut akan menambah Alat Utama Sistem Persenjataan (Alutsista) dengan kembali membangun 2 unit Kapal Patroli Cepat (PC) 40 Meter di galangan kapal PT. Caputra Mitra Sejati. Pembangunan tersebut diawali dengan prosesi Peletakan Lunas Kapal (Keel Laying) yang ditandai dengan penekanan tombol sirine oleh Wakil Kepala Staf Angkatan Laut (Wakasal) Laksamana Madya TNI Wuspo Lukito, S.E., M.M., di Banten, Kamis (18/7).
Kapal PC 40 yang dibangun rencananya akan memperkuat jajaran KRI di Komando Armada II. Alutsista ini merupakan kapal perang karya anak bangsa yang diproduksi oleh PT Caputra Mitra Sejati, Banten. Kapal Perang tersebut memiliki panjang 45.50 meter, lebar 7.90 meter, tinggi 1.80 meter serta memiliki kecepatan ekonomis 15 knot, kecepatan jelajah 17 knot, kecepatan maksimum 24 knot serta endurance selama 6 hari.
Laksamana Madya TNI Wuspo Lukito dalam amanatnya antara lain menyampaikan bahwa, sebagai bagian integral dari komponen pertahanan negara, TNI AL akan terus mengembangkan dan membangun kekuatannya hingga mencapai kekuatan laut (sea power) yang profesional dan modern serta dipercaya oleh rakyat, sejalan dengan kebijakan Minimum Essential Force (MEF).
“Dalam merencanakan suatu pengadaan Alutsista seperti halnya pembangunan kapal perang ini, memerlukan suatu perencanaan yang matang. Pengadaan bukan saja berarti Angkatan Laut hanya akan memiliki kapal perang ini saja, namun juga harus bisa menggunakan kemampuan dari Alutsista tersebut sesuai dengan fungsi azasi yang diharapkan,” ujar Wakasal.
Turut hadir menyaksikan prosesi Keel Laying ini, para pejabat tinggi di lingkungan TNI AL antara lain, Irjenal Laksda TNI Djoko Erwan, M.Tr (Han), CFrA., Aslog Kasal Laksda TNI Moelyanto, M.Si (Han)., Kadisadal Laksma TNI Prasetya Nugraha, S.T., Kadismatal Laksma TNI Budi Sulistyo, Direktur PT. CMS Kris Pramono serta jajaran Direksi PT. CMS Banten.
♖ Indikator News
Kapal PC 40 yang dibangun rencananya akan memperkuat jajaran KRI di Komando Armada II. Alutsista ini merupakan kapal perang karya anak bangsa yang diproduksi oleh PT Caputra Mitra Sejati, Banten. Kapal Perang tersebut memiliki panjang 45.50 meter, lebar 7.90 meter, tinggi 1.80 meter serta memiliki kecepatan ekonomis 15 knot, kecepatan jelajah 17 knot, kecepatan maksimum 24 knot serta endurance selama 6 hari.
Laksamana Madya TNI Wuspo Lukito dalam amanatnya antara lain menyampaikan bahwa, sebagai bagian integral dari komponen pertahanan negara, TNI AL akan terus mengembangkan dan membangun kekuatannya hingga mencapai kekuatan laut (sea power) yang profesional dan modern serta dipercaya oleh rakyat, sejalan dengan kebijakan Minimum Essential Force (MEF).
“Dalam merencanakan suatu pengadaan Alutsista seperti halnya pembangunan kapal perang ini, memerlukan suatu perencanaan yang matang. Pengadaan bukan saja berarti Angkatan Laut hanya akan memiliki kapal perang ini saja, namun juga harus bisa menggunakan kemampuan dari Alutsista tersebut sesuai dengan fungsi azasi yang diharapkan,” ujar Wakasal.
Turut hadir menyaksikan prosesi Keel Laying ini, para pejabat tinggi di lingkungan TNI AL antara lain, Irjenal Laksda TNI Djoko Erwan, M.Tr (Han), CFrA., Aslog Kasal Laksda TNI Moelyanto, M.Si (Han)., Kadisadal Laksma TNI Prasetya Nugraha, S.T., Kadismatal Laksma TNI Budi Sulistyo, Direktur PT. CMS Kris Pramono serta jajaran Direksi PT. CMS Banten.
♖ Indikator News
Koopssus TNI Sah Terbentuk
Beroperasi di Dalam dan Luar RIIlustrasi Koopssus TNI. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Presiden Joko Widodo resmi menandatangi Peraturan Presiden Nomor 42 Tahun 2019 tentang Perubahan Kedua Atas Perpres Nomor 10 Tahun 2010 tentang Sususan Organisasi Tentara Nasional Indonesia. Perpres tersebut ditandatangani dan mulai berlaku sejak 3 Juli 2019.
Perpres itu diketahui merupakan dasar perubahan susunan Markas Besar TNI dan pembentukan Komando Operasi Khusus (Koopsus) TNI yang berasal dari matra darat, laut, dan udara.
Dalam Perpres itu, Koopssus TNI bertugas untuk menyelenggarakan operasi khusus dan memberikan dukungan dalam operasi khusus yang membutuhkan kecepatan dan keberhasilan tinggi.
"Guna menyelamatkan kepentingan nasional di dalam maupun di luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam rangka mendukung tugas pokok TNI," dikutip dari situs seskab.go.id, Kamis (18/7).
Lebih lanjut, Perpres menyebut Koopsus TNI dipimpin oleh Komandan Koopssus TNI dengan pangkat bintang dua. Sementara Wakil Dankoopssus dijabat oleh perwira tinggi berpangkat bintang satu.
Adapun kedudukan Dankoopssus TNI berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Panglima TNI. Dankoopssus juga dibantu oleh Wadankoopssus. Sementara dalam pelaksanaan tugas sehari-hari Dankoopssus berkoordinasi dengan Kasum TNI.
Dalam Perpres 42/2019 itu juga disebutkan soal Komando Operasi TNI. Susunannya terdiri dari Komando Pertahanan Udara Nasional; Komando Gabungan Wilayah Pertahanan; Komando Cadangan Strategis TNI Angkatan Darat; Komando Pasukan Khusus; Komando Daerah Militer; Komando Armada; Komando Lintas Laut Militer; dan Komando Operasional TNI Angkatan Udara.
Sebelumnya, TNI pernah memiliki Koopssusgab TNI yang dibentuk oleh Moeldoko selaku Panglima TNI pada 2015. Tim ini merupakan gabungan pasukan elite dari tiga matra TNI, yakni Sat-81 milik TNI AD, Denjaka milik TNI AL, dan Satbravo-90 dari TNI AU. Namun, tim ini dibekukan.
Usai pengesahan UU Nomor 5 Tahun 2018 tentang Tindak Pidana Terorisme, pasukan elite ini direncanakan aktif kembali lewat penyusunan payung hukum. Yakni, Peraturan Pemerintah (PP) sebagai turunan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang TNI, dan lewat Perpres terkait pelibatan TNI dalam UU Terorisme.
♖ CNN
Presiden Joko Widodo resmi menandatangi Peraturan Presiden Nomor 42 Tahun 2019 tentang Perubahan Kedua Atas Perpres Nomor 10 Tahun 2010 tentang Sususan Organisasi Tentara Nasional Indonesia. Perpres tersebut ditandatangani dan mulai berlaku sejak 3 Juli 2019.
Perpres itu diketahui merupakan dasar perubahan susunan Markas Besar TNI dan pembentukan Komando Operasi Khusus (Koopsus) TNI yang berasal dari matra darat, laut, dan udara.
Dalam Perpres itu, Koopssus TNI bertugas untuk menyelenggarakan operasi khusus dan memberikan dukungan dalam operasi khusus yang membutuhkan kecepatan dan keberhasilan tinggi.
"Guna menyelamatkan kepentingan nasional di dalam maupun di luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam rangka mendukung tugas pokok TNI," dikutip dari situs seskab.go.id, Kamis (18/7).
Lebih lanjut, Perpres menyebut Koopsus TNI dipimpin oleh Komandan Koopssus TNI dengan pangkat bintang dua. Sementara Wakil Dankoopssus dijabat oleh perwira tinggi berpangkat bintang satu.
Adapun kedudukan Dankoopssus TNI berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Panglima TNI. Dankoopssus juga dibantu oleh Wadankoopssus. Sementara dalam pelaksanaan tugas sehari-hari Dankoopssus berkoordinasi dengan Kasum TNI.
Dalam Perpres 42/2019 itu juga disebutkan soal Komando Operasi TNI. Susunannya terdiri dari Komando Pertahanan Udara Nasional; Komando Gabungan Wilayah Pertahanan; Komando Cadangan Strategis TNI Angkatan Darat; Komando Pasukan Khusus; Komando Daerah Militer; Komando Armada; Komando Lintas Laut Militer; dan Komando Operasional TNI Angkatan Udara.
Sebelumnya, TNI pernah memiliki Koopssusgab TNI yang dibentuk oleh Moeldoko selaku Panglima TNI pada 2015. Tim ini merupakan gabungan pasukan elite dari tiga matra TNI, yakni Sat-81 milik TNI AD, Denjaka milik TNI AL, dan Satbravo-90 dari TNI AU. Namun, tim ini dibekukan.
Usai pengesahan UU Nomor 5 Tahun 2018 tentang Tindak Pidana Terorisme, pasukan elite ini direncanakan aktif kembali lewat penyusunan payung hukum. Yakni, Peraturan Pemerintah (PP) sebagai turunan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang TNI, dan lewat Perpres terkait pelibatan TNI dalam UU Terorisme.
♖ CNN
TNI AU Coba Smart Hunter
✈ Di Angkasa Yudha 2019 ✈ Prajurit TNI AU melakukan uji smart hunter dalam latihan terbesar TNI AU, Angkasa Yudha 2019 di Lanud Iswahjudi. [Foto/Ist]
Latihan terbesar TNI AU, Angkasa Yudha 2019, menjadi ajang uji coba sejumlah alat utama sistem senjata (Alutsista) canggih milik penjaga langit nusantara ini.
Berbagai alat perang terbaru yang dimiliki TNI AU, yang diujicobakan di Angkasa Yudha 2019, antara lain Jammer GPS, anti drone, Mobil DF (direction finder), Communication Jammer Mobile, serta Smart Hunter.
Smart hunter merupakan peralatan TNI AU yang mengarah pada kelengkapan rudal anti serangan udara (SAM/surface to air missile), dengan basis MANPADS (man portable air defence systems).
Ini bisa dilihat dari hadirnya sista Mistral, Grom, dan QW-3. Dengan basis MANPADS, rudal dapat dioperasikan secara mandiri oleh satu atau dua orang awak. Dalam beberapa platform, dapat diintegrasikan dengan pola penembakkan otomatis dalam suatu sistem peluncur.
SAM SHORAD seperti Mistral, Grom, dan QW-3 rata-rata jarak tembak maksimumnya mencapai 5.000-6.000 meter. Dengan kecepatan supersonic, itu artinya target yang disasar 'hanya' efektif mengejar helikopter dan jet tempur yang terbang rendah dengan kecepatan tinggi. Sementara dalam konteks menghadapi jet tempur yang terbang tinggi di atas 8.000-10.000 meter alat ini tidak begitu efektif.
Smart Hunter yang merupakan buatan China, adalah sistem radar yang digunakan untuk memandu awak rudal QW-3 dalam mengetahui arah datangnya target lawan. Maklum arah datangnya pesawat lawan kadang sulit ditemukan secara visual.
Dengan demikian, awak rudal dapat mengambil inisiatif pertama untuk melakukan tembakan untuk melumpuhkan pesawat penyusup. Smart Hunter dipasang dalam platform jip 4×4, untuk pesanan Paskhas, digunakan jenis Nissan Frontier 2000 cc dengan warna cat hijau.
Dilengkapi jaringan wireless, sehingga satu unit Smart Hunter mampu mengendalikan 12 penembak QW-3. Jalur komunikasi antara pusat kendali dan juru tembak mengandalkan gelombang WiFi (wireless fidelity).
Dalam keterangannya, Kepala Staf Angkatan Udara (Kasau) Marsekal TNI Yuyu Sutisna mengatakan, sangat bangga dengan semangat yang ditunjukkan para prajurit TNI AU selama latihan Angkasa Yudha 2019.
"Latihan Angkasa Yudha 2019 penuh dengan kompleksitas, namun saya berharap kita mampu melaksanakan latihan ini dengan baik. Tugas kita adalah latihan dan operasi, semuanya membutuhkan biaya yang besar, namun yakinlah kita akan memenuhi kekurangan-kekurangan kita," tegasnya. (eyt)
Latihan terbesar TNI AU, Angkasa Yudha 2019, menjadi ajang uji coba sejumlah alat utama sistem senjata (Alutsista) canggih milik penjaga langit nusantara ini.
Berbagai alat perang terbaru yang dimiliki TNI AU, yang diujicobakan di Angkasa Yudha 2019, antara lain Jammer GPS, anti drone, Mobil DF (direction finder), Communication Jammer Mobile, serta Smart Hunter.
Smart hunter merupakan peralatan TNI AU yang mengarah pada kelengkapan rudal anti serangan udara (SAM/surface to air missile), dengan basis MANPADS (man portable air defence systems).
Ini bisa dilihat dari hadirnya sista Mistral, Grom, dan QW-3. Dengan basis MANPADS, rudal dapat dioperasikan secara mandiri oleh satu atau dua orang awak. Dalam beberapa platform, dapat diintegrasikan dengan pola penembakkan otomatis dalam suatu sistem peluncur.
SAM SHORAD seperti Mistral, Grom, dan QW-3 rata-rata jarak tembak maksimumnya mencapai 5.000-6.000 meter. Dengan kecepatan supersonic, itu artinya target yang disasar 'hanya' efektif mengejar helikopter dan jet tempur yang terbang rendah dengan kecepatan tinggi. Sementara dalam konteks menghadapi jet tempur yang terbang tinggi di atas 8.000-10.000 meter alat ini tidak begitu efektif.
Smart Hunter yang merupakan buatan China, adalah sistem radar yang digunakan untuk memandu awak rudal QW-3 dalam mengetahui arah datangnya target lawan. Maklum arah datangnya pesawat lawan kadang sulit ditemukan secara visual.
Dengan demikian, awak rudal dapat mengambil inisiatif pertama untuk melakukan tembakan untuk melumpuhkan pesawat penyusup. Smart Hunter dipasang dalam platform jip 4×4, untuk pesanan Paskhas, digunakan jenis Nissan Frontier 2000 cc dengan warna cat hijau.
Dilengkapi jaringan wireless, sehingga satu unit Smart Hunter mampu mengendalikan 12 penembak QW-3. Jalur komunikasi antara pusat kendali dan juru tembak mengandalkan gelombang WiFi (wireless fidelity).
Dalam keterangannya, Kepala Staf Angkatan Udara (Kasau) Marsekal TNI Yuyu Sutisna mengatakan, sangat bangga dengan semangat yang ditunjukkan para prajurit TNI AU selama latihan Angkasa Yudha 2019.
"Latihan Angkasa Yudha 2019 penuh dengan kompleksitas, namun saya berharap kita mampu melaksanakan latihan ini dengan baik. Tugas kita adalah latihan dan operasi, semuanya membutuhkan biaya yang besar, namun yakinlah kita akan memenuhi kekurangan-kekurangan kita," tegasnya. (eyt)
Kamis, 18 Juli 2019
KRI Nala, Sang Legenda di Armada Jaya
Latihan puncak TNI AL Armada Jaya XXXVII di perairan laut Jawa selesai digelar. KRI Nala-363, Sang Legenda di Armada Jaya XXXVII [ist]
Latihan tempur mulai 11 hingga 14 Juli 2019 yang disaksikan langsung oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) ini melibatkan 8.493 personel serta berbagai Kapal Perang (KRI) hingga pesawat tempur.
Yang menarik pada latihan besar TNI AL ini adalah keikutsertaan KRI Nala-363 dari jajaran satuan kapal Eskorta koarmada II.
KRI Nala ini adalah kapal perang jenis korvet buatan Belanda tahun 1977. Kapal yang seusia dan pabrikan yang sama dengan KRI Fatahillah-361 ini masih sangat terawat.
Bahkan, KRI Nala masih menggunakan sistem kendali senjata dan sistem pendorongan masih asli atau orisinil bawaan dari Belanda, yaitu dua pendorongan yang terdiri dari mesin diesel dan gas turbin. Tentu, kondisi ini berbeda dengan KRI Fatahillah yang sistem kendali senjata sudah diperbarui dengan sistem pendorongan dua mesin diesel.
KRI Nala saat ini dipimpin Letkol Laut (P) I Gede Dharma Yoga lulusan AAL angkatan 45 tahun 1999. Dalam tugas sehari-hari, ia dibantu perwira staf antara lain : Perwira Pelaksana (Palaksa) Mayor Laut (P) Rizkal Fadhul Kamal lulusan AAL angkatan 48 tahun 2002, Kepala Departemen Operasi (Kadep OPS) Mayor Laut (P) Arief Setiawan lulusan AAL 51 tahun 2005.
Lalu, Kepala Departemen Permesinan (Kadepsin) Mayor Laut (T) Yohan Wilbert Moningka lulusan AAL 47 tahun 2001, Kepala Departemen Elektronika Senjata (Kadep Leksen) dengan WS. Kadepleksen Kapten Laut (E) Galih Suryo lulusan AAL 56 tahun 2011, dan Kepala Departemen Logistik (Kadep Log) Lettu Laut (S) Charles Aleksander A, lulusan AAL 57 tahun 2012.
KRI Nala-363 saat ini pantas disebut leganda, sebab usia yang tak lagi muda sebagai penjaga laut Nusantara. Meski begitu, KRI Nala masih mamapu mempertahankan kondisi teknisnya.
Dengan semboyan Prati pracanasana Karana yang artinya menuju kejayaan laut Nusantara, KRI Nala mampu mengemban tugas yang diemban meski usia yang tidak lagi muda. Salam Jaladimantri Nala.
Latihan tempur mulai 11 hingga 14 Juli 2019 yang disaksikan langsung oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) ini melibatkan 8.493 personel serta berbagai Kapal Perang (KRI) hingga pesawat tempur.
Yang menarik pada latihan besar TNI AL ini adalah keikutsertaan KRI Nala-363 dari jajaran satuan kapal Eskorta koarmada II.
KRI Nala ini adalah kapal perang jenis korvet buatan Belanda tahun 1977. Kapal yang seusia dan pabrikan yang sama dengan KRI Fatahillah-361 ini masih sangat terawat.
Bahkan, KRI Nala masih menggunakan sistem kendali senjata dan sistem pendorongan masih asli atau orisinil bawaan dari Belanda, yaitu dua pendorongan yang terdiri dari mesin diesel dan gas turbin. Tentu, kondisi ini berbeda dengan KRI Fatahillah yang sistem kendali senjata sudah diperbarui dengan sistem pendorongan dua mesin diesel.
KRI Nala saat ini dipimpin Letkol Laut (P) I Gede Dharma Yoga lulusan AAL angkatan 45 tahun 1999. Dalam tugas sehari-hari, ia dibantu perwira staf antara lain : Perwira Pelaksana (Palaksa) Mayor Laut (P) Rizkal Fadhul Kamal lulusan AAL angkatan 48 tahun 2002, Kepala Departemen Operasi (Kadep OPS) Mayor Laut (P) Arief Setiawan lulusan AAL 51 tahun 2005.
Lalu, Kepala Departemen Permesinan (Kadepsin) Mayor Laut (T) Yohan Wilbert Moningka lulusan AAL 47 tahun 2001, Kepala Departemen Elektronika Senjata (Kadep Leksen) dengan WS. Kadepleksen Kapten Laut (E) Galih Suryo lulusan AAL 56 tahun 2011, dan Kepala Departemen Logistik (Kadep Log) Lettu Laut (S) Charles Aleksander A, lulusan AAL 57 tahun 2012.
KRI Nala-363 saat ini pantas disebut leganda, sebab usia yang tak lagi muda sebagai penjaga laut Nusantara. Meski begitu, KRI Nala masih mamapu mempertahankan kondisi teknisnya.
Dengan semboyan Prati pracanasana Karana yang artinya menuju kejayaan laut Nusantara, KRI Nala mampu mengemban tugas yang diemban meski usia yang tidak lagi muda. Salam Jaladimantri Nala.
PT PAL Kembangkan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir di Laut
Opsi wilayah yang akan mendapat pasokan listrik dari pembangkit tenaga nuklir ini adalah Pulau Bangka, Kalimantan Barat, dan Riau. [PT PAL]
PT PAL Indonesia dan Thorcon Internasional Pte Ltd bekerja sama mengembangkan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) dengan kapasitas listrik 500 Megawatt (MW). Rencananya pembangkit ini akan dibangun dengan menggunakan desain struktur kapal, sehingga bisa dioperasikan di laut.
Direktur Rekayasa Umum, Pemeliharaan dan Perbaikan PT PAL Sutrisno mengatakan, saat ini pihaknya tengah merampungkan desain pembangkit.
Namun, dapat dipastikan pada 2020 sudah mulai memasuki tahap konstruksi. Sehingga pada 2026 bisa beroperasi secara komersial (commercial on date/ COD).
Opsi wilayah yang akan mendapat pasokan listrik dari pembangkit ini adalah Pulau Bangka, Kalimantan Barat, dan Riau. "Kami akan uji dulu tanpa nuklir, lalu minta kepastian dari pemerintah. Bila lolos uji, pada 2020 sudah harus dibangun," ujarnya, saat ditemui di Jakarta, Rabu (17/7).
Adapun nantinya PLTN ini akan berada di atas kapal yang memiliki panjang 174 meter dan lebar 66 meter, atau setara dengan tanker kelas Panamax, yang akan dibuat oleh Daewoo Shipyard and Marine Engineering (DSME) di Korea Selatan. Untuk reaktor dan komponen pendukung lainnya dibuat oleh PT PAL.
Chief Representative Thorcon Bob S Effendi menilai PLTN yang dibangun di laut ini dapat menghindari pekerjaan sipil yang lebih banyak. Kedua, masalah pengadaan lahan untuk pembangunan infrastruktur pembangkit kerap jadi masalah, sehingga waktu pembangunan menjadi molor. Ketiga, pengoperasian yang jauh dari masyarakat akan lebih mudah diterima.
"PLTU saja bisa sampai enam tahun pembebasan lahannya. Kami juga belum tau dari sisi penerimaann masyarakat akan seperti apa," kata dia.
Untuk membangun proyek ini membutuhkan dana investasi sebesar US$ 1,2 miliar atau setara dengan Rp 17 triliun. Namun, Bob memastikan tarif listrik yang dihasilkan lebih murah yaitu sekitar tiga sen per kilowatt hour (kWh).
Bob menjelaskan bahwa bahan baku tenaga listrik tersebut berasal dari thorium atau limbah yang dihasilkan dari timah. Sehingga bisa dipastikan modal operasionalnya lebih murah. Selain itu, pembangkit ini berbeda dengan PLTN konvensional lainnya. Pasalnya, PLTN tersebut menggunakan teknologi Thorium Molten Salt Reactor, sehingga aman untuk dioperasikan, bahkan ketika ada bencana alam yang melanda.
PLTN juga tidak memiliki isu mengenai limbah. Karena limbah yang dihasilkan sangat sedikit sekali. Ia mengibaratkan limbah yang dihasilkan dari PLTN hanya secangkir dari limbah Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) yang membutuhkan tanah 10 hektare untuk menyimpan limbahnya. "Nuklir sebenarnya tidak terlalu bermasalah. Nuklir satu-satunya kelistrikan yang bisa meng-handle limbahnya," ujarnya.
PT PAL Indonesia dan Thorcon Internasional Pte Ltd bekerja sama mengembangkan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) dengan kapasitas listrik 500 Megawatt (MW). Rencananya pembangkit ini akan dibangun dengan menggunakan desain struktur kapal, sehingga bisa dioperasikan di laut.
Direktur Rekayasa Umum, Pemeliharaan dan Perbaikan PT PAL Sutrisno mengatakan, saat ini pihaknya tengah merampungkan desain pembangkit.
Namun, dapat dipastikan pada 2020 sudah mulai memasuki tahap konstruksi. Sehingga pada 2026 bisa beroperasi secara komersial (commercial on date/ COD).
Opsi wilayah yang akan mendapat pasokan listrik dari pembangkit ini adalah Pulau Bangka, Kalimantan Barat, dan Riau. "Kami akan uji dulu tanpa nuklir, lalu minta kepastian dari pemerintah. Bila lolos uji, pada 2020 sudah harus dibangun," ujarnya, saat ditemui di Jakarta, Rabu (17/7).
Adapun nantinya PLTN ini akan berada di atas kapal yang memiliki panjang 174 meter dan lebar 66 meter, atau setara dengan tanker kelas Panamax, yang akan dibuat oleh Daewoo Shipyard and Marine Engineering (DSME) di Korea Selatan. Untuk reaktor dan komponen pendukung lainnya dibuat oleh PT PAL.
Chief Representative Thorcon Bob S Effendi menilai PLTN yang dibangun di laut ini dapat menghindari pekerjaan sipil yang lebih banyak. Kedua, masalah pengadaan lahan untuk pembangunan infrastruktur pembangkit kerap jadi masalah, sehingga waktu pembangunan menjadi molor. Ketiga, pengoperasian yang jauh dari masyarakat akan lebih mudah diterima.
"PLTU saja bisa sampai enam tahun pembebasan lahannya. Kami juga belum tau dari sisi penerimaann masyarakat akan seperti apa," kata dia.
Untuk membangun proyek ini membutuhkan dana investasi sebesar US$ 1,2 miliar atau setara dengan Rp 17 triliun. Namun, Bob memastikan tarif listrik yang dihasilkan lebih murah yaitu sekitar tiga sen per kilowatt hour (kWh).
Bob menjelaskan bahwa bahan baku tenaga listrik tersebut berasal dari thorium atau limbah yang dihasilkan dari timah. Sehingga bisa dipastikan modal operasionalnya lebih murah. Selain itu, pembangkit ini berbeda dengan PLTN konvensional lainnya. Pasalnya, PLTN tersebut menggunakan teknologi Thorium Molten Salt Reactor, sehingga aman untuk dioperasikan, bahkan ketika ada bencana alam yang melanda.
PLTN juga tidak memiliki isu mengenai limbah. Karena limbah yang dihasilkan sangat sedikit sekali. Ia mengibaratkan limbah yang dihasilkan dari PLTN hanya secangkir dari limbah Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) yang membutuhkan tanah 10 hektare untuk menyimpan limbahnya. "Nuklir sebenarnya tidak terlalu bermasalah. Nuklir satu-satunya kelistrikan yang bisa meng-handle limbahnya," ujarnya.
Uji Terbang N219 di Bandara Nusawiru
✈ Dipiloti Oleh Putra Daerah ✈ Kapten Adi Budi pilot N219 sedang mengecek pesawatnya sebelum diterbangkan dari bandara Nusawiru Cijulang, [Pikiran Rakyat]
Pesawat perintis jenis N219 melakukan uji terbang di atas wilayah Kabupaten Pangandaran dan sekitarnya melalui bandara Nusawiru Cijulang, Rabu, 17 Juli 2019.
Pesawat bertuliskan Produk Anak Bangsa Hadir Untuk Negeri di badan pesawat buatan PT Dirgantara Indonesia itu dipiloti oleh seorang Kapten asal putra daerah Kabupaten Pangandaran.
Adi Budi seorang pilot pesawat perintis N219 mengaku merupakan warga Kab. Pangandaran yang beralamat di Dusun Cibarengkok, Kecamatan Cijulang.
"Saya asli Cibarengkok Cijulang, dari putra daerah," ungkap Adi beberapa saat sebelum naik ke pesawat di bandara Nusawiru, Rabu, 17 Juli 2019.
Menurut Adi, Pangandaran cocok untuk melakukan pengujian pesawat, pasalnya kalau di Bandung elevasinya tinggi sedangkan untuk di Pangandaran elevasinya selevel.
"Jadi untuk pengujian pesawat di Nusawiru bagus. Kita gunakan dua pilot, saya dan teman saya," ujar Adi yang mengaku sudah dari sejak tahun 1991 melakukan uji terbang pesawat.
Adi pernah juga disuruh ngantar pesawat ke Afrika dan Arab Saudi.
Selama 3 bulan
Koordinator Infrastruktur Test Area N219 PT Dirgantara Indonesia, Dedi Suhendi mengatakan, rencana uji terbang pesawat N219 akan dilakukan di Pangandaran selama 3 bulan.
Menurut Dedi, uji terbang pesawat dinilai kritikal sehingga penerbangan tidak boleh di atas populasi area atau tidak boleh di atas pemukiman warga.
"Uji terbang pesawat N219 sudah dilakukan beberapa kali seperti Bandung, sekarang di Pangandaran mungkin ke depan di daerah mana, sampai sertifikatnya dikeluarkan," ungkap Dedi kepada wartawan Kabar Priangan, Agus Kusnadi.
Dirinya mengatakan, pada pelaksanaan uji terbang pesawat N219 diawaki sebanyak 2 pilot dan 3 crew mekanik dengan lama penerbangan sekitar 2 jam.
"Pilotnya juga bukan pilot asal bisa bawa pesawat aja, tetapi pilot khusus yang bisa membaca kondisi cuaca dan seluruh bagian pesawat termasuk montir," ujarnya.
Sementara Kepala Bandara Nusawiru Dinas Perhubungan Provinsi Jawa Barat, Hendra Gunawan menginformasikan, bahwa kondisi cuaca saat ini di wilayah Kab Pangandaran cukup bagus, sehingga uji terbang pesawat tidak mendapat kendala.
Hendra juga mengatakan, rencana perpanjangan runway di bandara Nusawiru akan dilakukan pada tahun 2020. Panjang runway saat ini hanya 1.400 meter.
"Rencananya tahun depan runway akan diperpanjang menjadi 1.850 meter," ujarnya.
Ditanya soal kesiapan untuk pengembangan bandara Nusawiru, Hendra mengatakan, segala macam perlengkapan bandara baik sarana maupun prasarana nya sudah lengkap.
Pesawat perintis jenis N219 melakukan uji terbang di atas wilayah Kabupaten Pangandaran dan sekitarnya melalui bandara Nusawiru Cijulang, Rabu, 17 Juli 2019.
Pesawat bertuliskan Produk Anak Bangsa Hadir Untuk Negeri di badan pesawat buatan PT Dirgantara Indonesia itu dipiloti oleh seorang Kapten asal putra daerah Kabupaten Pangandaran.
Adi Budi seorang pilot pesawat perintis N219 mengaku merupakan warga Kab. Pangandaran yang beralamat di Dusun Cibarengkok, Kecamatan Cijulang.
"Saya asli Cibarengkok Cijulang, dari putra daerah," ungkap Adi beberapa saat sebelum naik ke pesawat di bandara Nusawiru, Rabu, 17 Juli 2019.
Menurut Adi, Pangandaran cocok untuk melakukan pengujian pesawat, pasalnya kalau di Bandung elevasinya tinggi sedangkan untuk di Pangandaran elevasinya selevel.
"Jadi untuk pengujian pesawat di Nusawiru bagus. Kita gunakan dua pilot, saya dan teman saya," ujar Adi yang mengaku sudah dari sejak tahun 1991 melakukan uji terbang pesawat.
Adi pernah juga disuruh ngantar pesawat ke Afrika dan Arab Saudi.
Selama 3 bulan
Koordinator Infrastruktur Test Area N219 PT Dirgantara Indonesia, Dedi Suhendi mengatakan, rencana uji terbang pesawat N219 akan dilakukan di Pangandaran selama 3 bulan.
Menurut Dedi, uji terbang pesawat dinilai kritikal sehingga penerbangan tidak boleh di atas populasi area atau tidak boleh di atas pemukiman warga.
"Uji terbang pesawat N219 sudah dilakukan beberapa kali seperti Bandung, sekarang di Pangandaran mungkin ke depan di daerah mana, sampai sertifikatnya dikeluarkan," ungkap Dedi kepada wartawan Kabar Priangan, Agus Kusnadi.
Dirinya mengatakan, pada pelaksanaan uji terbang pesawat N219 diawaki sebanyak 2 pilot dan 3 crew mekanik dengan lama penerbangan sekitar 2 jam.
"Pilotnya juga bukan pilot asal bisa bawa pesawat aja, tetapi pilot khusus yang bisa membaca kondisi cuaca dan seluruh bagian pesawat termasuk montir," ujarnya.
Sementara Kepala Bandara Nusawiru Dinas Perhubungan Provinsi Jawa Barat, Hendra Gunawan menginformasikan, bahwa kondisi cuaca saat ini di wilayah Kab Pangandaran cukup bagus, sehingga uji terbang pesawat tidak mendapat kendala.
Hendra juga mengatakan, rencana perpanjangan runway di bandara Nusawiru akan dilakukan pada tahun 2020. Panjang runway saat ini hanya 1.400 meter.
"Rencananya tahun depan runway akan diperpanjang menjadi 1.850 meter," ujarnya.
Ditanya soal kesiapan untuk pengembangan bandara Nusawiru, Hendra mengatakan, segala macam perlengkapan bandara baik sarana maupun prasarana nya sudah lengkap.
Lanud Sam Ratulangi Manado Segera Miliki Skadron Udara
7 Wing Udara yang dimiliki TNI AU [ManadoPos]
Pertahanan udara di Sulawesi Utara bakal makin kokoh sebagai benteng Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Pangkalan Udara TNI AU Sam Ratulangi Manado tak lama lagi bertipe-A. Tipe A bakal mendorong kehadiran pangkalan militer berupa skadron udara.
Pesawat-pesawat tempur bakalan mondar-mandir di angkasa Sulut. Hal ini diungkapkan Komandan Pangkalan Angkatan Udara Sam Ratulangi (Danlanudsri) Manado Kolonel Penerbang (Pnb) Johnny Sumaryana.
“Seperti kita ketahui, Sulawesi Utara memang berbatasan langsung dengan negara tetangga, Filipina. Nah, pembentukan Skadron sudah sangat dibutuhkan di daerah ini (Sulut) guna semakin memperkuat wilayah udara kita,” ungkap Kolonel Sumaryana, ketika diwawancarai Manado Post di ruang kerjanya, Selasa (16/7) siang.
Lanjutnya, panglima sudah memberi bocoran soal beberapa daerah yang bakal dibentuk skadron. “Ada Manado, Kupang, dan Solo,” ujarnya.
“Karena salah satu syarat naik ke tipe A itu (pembentukan skadron). Selain penambahan pembangunan kantor pangkalan. Sekarang kan masih tipe B. Jadi kita tunggu saja perkembangannya,” sambung Sumaryana.
Rencana tersebut juga untuk mendukung program Presiden RI Joko Widodo, yang ingin terus menguatkan pertahanan udara kita lewat keberadaan pangkalan militer milik TNI AU.
Lalu kapan Skadron tersebut bisa dibentuk?
Jawabnya tak lama lagi.
“Nantinya akan ada pesawat-pesawat tempur yang nongkrong di pangkalan. Kita juga mulai perluas pangkalan yang ada sekarang. Misalnya penambahan fasilitas apron (tempat parkir pesawat) serta semua kebutuhan pangkalan militer lainnya,” paparnya. “Skadronnya tetap akan berkedudukan di lokasi saat ini (samping Bandara Sam Ratulangi),” bebernya.
Bagaimana dengan pengadaan alat utama sistem persenjataan (Alutsista)?
“Misalnya, di Makassar ada Sukhoi-nya. Maka, di Sulut juga akan ada jet-jet tempur dan pesawat-pesawat tempur canggih pendukung lainnya. Tapi untuk sekarang saya belum tahu pesawat jenis apa yang akan hadir di daerah ini,” jelasnya.
Diketahui, jika Lanudsri sudah tipe A, otomatis komandan Lanudsri bakal dikendalikan jenderal bintang satu dengan pangkat Marsekal Pertama TNI.
Pertahanan udara di Sulawesi Utara bakal makin kokoh sebagai benteng Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Pangkalan Udara TNI AU Sam Ratulangi Manado tak lama lagi bertipe-A. Tipe A bakal mendorong kehadiran pangkalan militer berupa skadron udara.
Pesawat-pesawat tempur bakalan mondar-mandir di angkasa Sulut. Hal ini diungkapkan Komandan Pangkalan Angkatan Udara Sam Ratulangi (Danlanudsri) Manado Kolonel Penerbang (Pnb) Johnny Sumaryana.
“Seperti kita ketahui, Sulawesi Utara memang berbatasan langsung dengan negara tetangga, Filipina. Nah, pembentukan Skadron sudah sangat dibutuhkan di daerah ini (Sulut) guna semakin memperkuat wilayah udara kita,” ungkap Kolonel Sumaryana, ketika diwawancarai Manado Post di ruang kerjanya, Selasa (16/7) siang.
Lanjutnya, panglima sudah memberi bocoran soal beberapa daerah yang bakal dibentuk skadron. “Ada Manado, Kupang, dan Solo,” ujarnya.
“Karena salah satu syarat naik ke tipe A itu (pembentukan skadron). Selain penambahan pembangunan kantor pangkalan. Sekarang kan masih tipe B. Jadi kita tunggu saja perkembangannya,” sambung Sumaryana.
Rencana tersebut juga untuk mendukung program Presiden RI Joko Widodo, yang ingin terus menguatkan pertahanan udara kita lewat keberadaan pangkalan militer milik TNI AU.
Lalu kapan Skadron tersebut bisa dibentuk?
Jawabnya tak lama lagi.
“Nantinya akan ada pesawat-pesawat tempur yang nongkrong di pangkalan. Kita juga mulai perluas pangkalan yang ada sekarang. Misalnya penambahan fasilitas apron (tempat parkir pesawat) serta semua kebutuhan pangkalan militer lainnya,” paparnya. “Skadronnya tetap akan berkedudukan di lokasi saat ini (samping Bandara Sam Ratulangi),” bebernya.
Bagaimana dengan pengadaan alat utama sistem persenjataan (Alutsista)?
“Misalnya, di Makassar ada Sukhoi-nya. Maka, di Sulut juga akan ada jet-jet tempur dan pesawat-pesawat tempur canggih pendukung lainnya. Tapi untuk sekarang saya belum tahu pesawat jenis apa yang akan hadir di daerah ini,” jelasnya.
Diketahui, jika Lanudsri sudah tipe A, otomatis komandan Lanudsri bakal dikendalikan jenderal bintang satu dengan pangkat Marsekal Pertama TNI.
Rabu, 17 Juli 2019
[Video] Latihan Tempur Armada Jaya XXXVII
⚓️ Liputan Kompas TVTNI Angkatan Laut menggelar latihan perang Armada Jaya di Pusat Latihan Tempur Marinir Karangtekok Situbondo Jawa Timur, pada sabtu siang (13/07/2019). Latihan yang diikuti 6000 prajurit ini, mengerahkan seluruh alat utama sistem senjata atau Alutsista modern yang dimiliki TNI AL.
Latihan tempur bersandi Armada Jaya 37 bertujuan untuk menguji kekuatan prajurit dan alutsista TNI, salah satunya Tank Amfibi BMP – 3F dari Rusia. Panglima TNI, Marsekal TNI Hadi Tjahjanto juga berkesempatan mencoba menembakkan amunisi rudal dari Tank Amfibi BMP – 3F sebanyak 2 kali.
Pemerintah sendiri akan segera menambah jumlah tank buatan rusia tersebut menjadi 76 unit, agar pertahanan NKRI semakin kuat.
Latihan tempur bersandi Armada Jaya 37 bertujuan untuk menguji kekuatan prajurit dan alutsista TNI, salah satunya Tank Amfibi BMP – 3F dari Rusia. Panglima TNI, Marsekal TNI Hadi Tjahjanto juga berkesempatan mencoba menembakkan amunisi rudal dari Tank Amfibi BMP – 3F sebanyak 2 kali.
Pemerintah sendiri akan segera menambah jumlah tank buatan rusia tersebut menjadi 76 unit, agar pertahanan NKRI semakin kuat.
⚓️ Youtube
Selasa, 16 Juli 2019
67 Pesawat Canggih TNI AU Bakal Terlibat Pertempuran
Angkasa Yudha 2019 Para prajurit TNI AU mengikuti gelar kesiapan latihan terbesar TNI AU, Angkasa Yudha 2019 di Lanud Iswahjudi. [Foto/Ist] ☆
Siap-siap bagi warga Jawa Timur (Jatim). Mulai besok, ruang udara di pesisir selatan Jatim, bakal dipenuhi dengan pergerakan pesawat-pesawat canggih TNI AU.
Pesawat-pesawat canggih penjaga kedaulatan langit nusantara tersebut, akan mengikuti latihan terbesar TNI AU, Angkasa Yudha 2019.
Untuk menyiapkan gelaran latihan tempur tersebut, Komandan Sekolah Staf dan Komando Angkatan Udara (Danseskoau) Marsekal Muda (Marsda) TNI Donny Ermawan, melakukan apel kesiapan manuver lapangan Angkasa Yudha 2019 di Lanud Iswahjudi.
Dalam apel gelar kesiapan manuver lapangan Angkasa Yudha 2019 tersebut, seluruh alat utama sistem senjata (Alutsista) TNI AU, turut disiapkan oleh para prajurti TNI AU.
Marsda TNI Donny Ermawan, yang juga merupakan Direktur Latihan (Dirlat) Angkasa Yudha 2019, mengatakan, latihan Angkasa Yudha 2019 merupakan latihan kedua yang menerapkan sistem "soyus" dengan pola dua pihak dikendalikan.
"Kami sangat berharap, latihan terbesar TNI AU ini dapat berjalan secara lebih sempurna berdasarkan evaluasi-evaluasi tahun lalu, sehingga dapat memberikan atmosfir operasional secara lebih nyata," tegasnya.
Disamping itu, latihan ini juga bertujuan menguji doktrin yang telah ada, sekaligus ajang evaluasi guna penyempurnaan doktrin yang ada. "Kita ketahui bersama, bahwa saat ini sedang dilaksanakan proses revisi doktrin Swa Bhuwana Paksa," tuturnya.
Terdapat cukup banyak perubahan yang signifikan di dalamnya, terutama perubahan-perubahan pola operasi tempur dari yang sudah ada sebelumnya. Hal ini sejalan dengan program TNI AU yang terus melakukan upaya peningkatan kekuatan dan pengembangan kemampuan.
Lebih lanjut dikatakannya pula, bahwa latihan Angkasa Yudha tahun 2019 cukup spesial. Yakni, sangat komprehensip intinya pada kesempatan latihan ini akan menguji, melatih kemampuan para prajurit TNI AU.
"Kemampuan ini merupakan suatu hal yang sangat istimewa. Kemampuan inilah menjadi fokus utama dari pelaksanaan latihan ini. Pada latihan kali ini didesain beberapa tahap. Yakni, pertama gladi posko yang dilanjutkan dengan War Game, manuver lapangan yang telah didahului dengan Mission Oriented Training (MOT), dan Fire Power Demo," ungkapnya.
Alutsista yang dimiliki TNI AU, menurutnya mempunyai kemampuan yang sangat luar biasa. Diharapkannya, jangan sampai kemampuan tersebut tidak bisa dimanfaatkan, dan dimaksimalkan, hanya karena tidak pernah latihkan atau tidak pernah mempelajarinya," terangnya.
Dalam latihan Angkasa Yudha 2019 ini, para prajurit mengintegrasikan dari seluruh kemampuan, seluruh kekuatan TNI AU dalam suatu latihan yang terpadu. "Tunjukan kemampuan kalian, untuk itu saya mengharapkan semangat keseriusan dan kesungguhan dari seluruh peserta latihan dalam melaksanakan latihan ini. Tunjukan yang terbaik dari kita, dihadapan pimpinan kita semua," serunya.
Dia juga menegaskan, prajurit TNI AU harus menyadari bahwa dirinya bekerja dan beroperasi di luar habitat, hal tersebut merupakan resiko pekerjaan yang sangat tinggi untuk itu Dirlat menegaskan kepada peserta latihan agar tahu batasan-batasan yang membatasi kemampuannya.
"Terkait hal tersebut, dalam latihan ini diharapkan mencapai zero accident. Hadirnya Dansesko Zero accident adalah cermin dari profesionalisme," pungkasnya.
Dalam latihan ini melibatkan 2.400 personel, dan 18 Skadron, di antaranya skadron tempur, skadron transport dan skadron Helikopter. Sedangkan jumlah pesawat sebanyak 67 pesawat, terdiri dari jenis tempur, transport, Helly, dan PTTA (Pesawat Tanpan Awak). (eyt)
Siap-siap bagi warga Jawa Timur (Jatim). Mulai besok, ruang udara di pesisir selatan Jatim, bakal dipenuhi dengan pergerakan pesawat-pesawat canggih TNI AU.
Pesawat-pesawat canggih penjaga kedaulatan langit nusantara tersebut, akan mengikuti latihan terbesar TNI AU, Angkasa Yudha 2019.
Untuk menyiapkan gelaran latihan tempur tersebut, Komandan Sekolah Staf dan Komando Angkatan Udara (Danseskoau) Marsekal Muda (Marsda) TNI Donny Ermawan, melakukan apel kesiapan manuver lapangan Angkasa Yudha 2019 di Lanud Iswahjudi.
Dalam apel gelar kesiapan manuver lapangan Angkasa Yudha 2019 tersebut, seluruh alat utama sistem senjata (Alutsista) TNI AU, turut disiapkan oleh para prajurti TNI AU.
Marsda TNI Donny Ermawan, yang juga merupakan Direktur Latihan (Dirlat) Angkasa Yudha 2019, mengatakan, latihan Angkasa Yudha 2019 merupakan latihan kedua yang menerapkan sistem "soyus" dengan pola dua pihak dikendalikan.
"Kami sangat berharap, latihan terbesar TNI AU ini dapat berjalan secara lebih sempurna berdasarkan evaluasi-evaluasi tahun lalu, sehingga dapat memberikan atmosfir operasional secara lebih nyata," tegasnya.
Disamping itu, latihan ini juga bertujuan menguji doktrin yang telah ada, sekaligus ajang evaluasi guna penyempurnaan doktrin yang ada. "Kita ketahui bersama, bahwa saat ini sedang dilaksanakan proses revisi doktrin Swa Bhuwana Paksa," tuturnya.
Terdapat cukup banyak perubahan yang signifikan di dalamnya, terutama perubahan-perubahan pola operasi tempur dari yang sudah ada sebelumnya. Hal ini sejalan dengan program TNI AU yang terus melakukan upaya peningkatan kekuatan dan pengembangan kemampuan.
Lebih lanjut dikatakannya pula, bahwa latihan Angkasa Yudha tahun 2019 cukup spesial. Yakni, sangat komprehensip intinya pada kesempatan latihan ini akan menguji, melatih kemampuan para prajurit TNI AU.
"Kemampuan ini merupakan suatu hal yang sangat istimewa. Kemampuan inilah menjadi fokus utama dari pelaksanaan latihan ini. Pada latihan kali ini didesain beberapa tahap. Yakni, pertama gladi posko yang dilanjutkan dengan War Game, manuver lapangan yang telah didahului dengan Mission Oriented Training (MOT), dan Fire Power Demo," ungkapnya.
Alutsista yang dimiliki TNI AU, menurutnya mempunyai kemampuan yang sangat luar biasa. Diharapkannya, jangan sampai kemampuan tersebut tidak bisa dimanfaatkan, dan dimaksimalkan, hanya karena tidak pernah latihkan atau tidak pernah mempelajarinya," terangnya.
Dalam latihan Angkasa Yudha 2019 ini, para prajurit mengintegrasikan dari seluruh kemampuan, seluruh kekuatan TNI AU dalam suatu latihan yang terpadu. "Tunjukan kemampuan kalian, untuk itu saya mengharapkan semangat keseriusan dan kesungguhan dari seluruh peserta latihan dalam melaksanakan latihan ini. Tunjukan yang terbaik dari kita, dihadapan pimpinan kita semua," serunya.
Dia juga menegaskan, prajurit TNI AU harus menyadari bahwa dirinya bekerja dan beroperasi di luar habitat, hal tersebut merupakan resiko pekerjaan yang sangat tinggi untuk itu Dirlat menegaskan kepada peserta latihan agar tahu batasan-batasan yang membatasi kemampuannya.
"Terkait hal tersebut, dalam latihan ini diharapkan mencapai zero accident. Hadirnya Dansesko Zero accident adalah cermin dari profesionalisme," pungkasnya.
Dalam latihan ini melibatkan 2.400 personel, dan 18 Skadron, di antaranya skadron tempur, skadron transport dan skadron Helikopter. Sedangkan jumlah pesawat sebanyak 67 pesawat, terdiri dari jenis tempur, transport, Helly, dan PTTA (Pesawat Tanpan Awak). (eyt)