Sabtu, 01 Januari 2022

[Global] Thailand Rupanya Incar Jet Tempur Siluman F-35

Sebut harganya lebih murah dari JAS 39 Gripen
Ilustrasi F35 [ist]

Angkatan Udara Thailand rupanya mengincar jet tempur siluman F-35 buatan Amerika Serikat (AS).

Panglima Angkatan Udara Thailand Marsekal Napadej Dhupatemiya mengatakan, pihaknya ingin membeli delapan unit jet tempur generasi kelima tersebut.

Melansir Bangkok Post, Jumat (31/12/2021), Napadej berujar bahwa Angkatan Udara Thailand membutuhkan jet tempur baru.

Pasalnya, armada F-5 dan F-16 mereka sudah tua dan beroperasi selama lebih dari 30 tahun. Seiring bertambahnya usia pesawat, biaya perawatan dan risiko keselamatan meningkat.

Napadej menuturkan, jet tempur F-35 yang dibuat Lockheed Martin tersebut muncul sebagai pilihan terbaik untuk saat ini karena harganya yang murah.

Dia mengatakan, setiap unit F-35 harganya turun menjadi 82 juta dollar AS (Rp 1,1 triliun) dibandingkan saat pertama kali diluncurkan ke pasar dengan harga 142 juta dollar AS (Rp 2 triliun).

Napadej menuturkan, bahkan harga F-35 lebih terjangkau daripada jet tempur JAS 39 Gripen buatan Saab asal Swedia dengan harga 85 juta dollar AS (Rp 1,2 triliun) per unit.

Napadej optimistis bila harga F-35 bisa menyentuh angka 70 jutaan dollar AS (Rp 990-an miliar) tergantung negosiasinya.

Napadej mengatakan, perencanaan anggaran untuk pembelian F-35 akan dimulai pada tahun fiskal 2023, yang dimulai pada Oktober.

Sebuah panel akan dibentuk untuk mempelajari program pengadaan pesawat tersebut guna membenarkan permintaan pendanaan Angkatan Udara Thailand.

Mengingat keunggulan teknologinya, lanjut Napadej, F-35 akan sesuai dengan kebutuhan Thailand untuk meningkatkan kekuatan udaranya yang merupakan unsur penting dalam peperangan modern.

Kendati demikian, Napadej menuturkan bahwa Angkatan Udara Thailand menyadari keterbatasan anggaran karena pandemi Covid-19.

Oleh karena itu, pihaknya berencana untuk melakukan pembelian secara bertahap dan memilih produk-produk berkualitas tinggi.

Kami tidak memerlukan skuadron penuh F-35. Kami mungkin hanya butuh delapan hingga 12 unti dan menggunakan drone,” kata Napadej.

Ini akan membantu menghemat biaya. Ini relatif baru tetapi teknologi ini kemungkinan akan berkembang cepat,” lanjut Napadej.

  ★ Kompas  

Dahana Uji Coba Rudal Merapi Penghancur Helikopter Militer

➶ Mampu melesat di atas kecepatan 650 kilometer per jam atau melampaui kecepatan suara. ➶ Rudal Merapi Dahana [Dahana]

PT Dahana (Persero) melakukan uji coba Peluru Kendali (Rudal) Merapi dengan mengusung istilah "Konser Akhir Tahun 2021" di Area Weapon Range (AWR) TNI AU, Lumajang, Jawa Timur pada 27 sampai 28 Desember 2021.

Bekerja sama dengan Pusat Penelitian Center for Integrated Research and Innovation (Cirnov), uji coba tersebut dilakukan untuk mengevaluasi performa tiap-tiap subsistem rudal dalam rangka pematangan penguasaan pembuatan teknologi rudal, peningkatan kemampuan rudal, serta persiapan hasil produksi riset untuk industri.

Direktur Teknologi dan Pengembangan Dahana, Suhendra Yusuf RPN mengatakan, Rudal Merapi mampu melesat di atas kecepatan 650 kilometer per jam atau melampaui kecepatan suara.

Kecepatan rudal mampu untuk merontokkan pesawat, baik pesawat tempur, helikoper militer, serta sasaran udara lainnya seperti drone,” ujar Suhendra dalam keterangan tertulisnya, Kamis (30/12).

Rudal Merapi memiliki berat yang cukup ringan sekitar 10 kilogram dan dapat dengan mudah dibawa ke mana-mana oleh tentara.

Pada aplikasinya, rudal dimasukkan ke dalam tabung peluncur yang membutuhkan canard dan fin-tail yang dapat dilipat sehingga setelah rudal ditembakkan dari peluncur, semua sirip-sirip tersebut akan membuka untuk melakukan fungsi aerodinamiknya menuju sasaran.

Rudal besutan anak bangsa ini juga dilengkapi dengan sistem fire and forget. Setelah rudal dilepaskan, ia akan mengunci target sasaran secara otomatis.

Menurut team leader Cirnov, Prof. Hariyadi, hasil uji tembak memperlihatkan konsistensi yang tinggi. Jarak jangkau langsung ke sasaran juga dapat mencapai 3.000 m.

Canard dan fin-tail juga dapat membuka dengan baik setelah keluar tabung peluncur untuk menuju area sasaran yang ditandai dengan flare atau sumber cahaya penghasil sinar inframerah yang dibawa terbang oleh drone.

Selanjutnya performansi sub yang lain berkaitan dengan posisi sasaran, sudut angguk (pitching), geleng (yawing), dan putaran rudal (rolling) termasuk posisi sasaran oleh seeker dapat dimonitor melalui alat telemetry yang dipasang di rudal selama ditembakkan.

Dengan demikian, diperoleh data secara langsung dan berterusan untuk evaluasi. Semua komponen rudal mampu menahan hentakan (G-shock) hingga mencapai 20 G yang muncul sewaktu rudal keluar dari peluncur.

Suhendra berarap, pembangunan peluru kendali secara mandiri diarapkan Indonesia bisa menghadapi ancaman embargo.

"Selain memenuhi kebutuhan alutsista nasional, produksi Rudal Merapi secara masif memiliki potensi untuk menambah finansial negara dengan menawarkannya di pasar persenjataan dunia," tandasnya

 
RNOL  

Dahana UjIcoba Roket Smokeless Propellant

➶ Dapat diaplikasikan pada RHAN 122B dan roket ainnyaRoket Smokeless Propellant [Dahanma] ★

PT Dahana (Persero) menunjukkan keseriusannya dalam pengembangan bidang alat utama sistem senjata (Alutsista), terutama di bidang peroketan dengan membangun Roket Smokeless Propellant.

Roket buatan anak bangsa ini bahkan telah dilakukan uji coba perdana di AWR TNI AU, Lumajang, Jawa Timur, Selasa (28/12).

Direktur Teknologi dan Pengembangan Dahana, Suhendra Yusuf RPN menyebutkan, roket tersebut inovasi pertama di Indonesia yang memiliki kemampuan dorong tanpa asap (smokeless).

"Smokeless Propellant Komposit ini diharapkan mampu dikembangkan pada roket kaliber 70 mm atau 80 mm serta dapat diintegerasikan dengan warhead cal 70 mm yang telah memperoleh sertifikasi sebelumnya sehingga dapat mengurangi ketergantungan impor," ujar Suhendra dalam keterangan tertulisnya, Rabu (29/12).

Suhendra menambahkan, smokeless propelan komposit dapat diaplikasikan pada roket-roket lain seperti RHAN 122B dan roket lainnya, sehingga roket-roket produksi Dahana memiliki kemampuan dorong tanpa asap.

Hingga saat ini, Dahana telah memproduksi berbagai macam kebutuhan alutsista, seperti kendaraan peluncur dan propelan untuk RHAN 122B, RHAN 450, Roket Senjata Lawan Tank (SLT), Bomb P Live Series dan produk lainnya.

Hal ini sekaligus upaya meminimalisir produk impor, sehingga alutsista negara dapat mandiri dan tidak terpengaruh terhadap keadaan eksternal.

"Dengan memproduksi alutsista, hal ini akan membawa keuntungan bagi negara secara finansial, baik dividen maupun peningkatan devisa," tandasnya.

  RMOL  

Jumat, 31 Desember 2021

PT DI Kirim Unit Ketiga NC-212i untuk Skadron Udara 4 TNI AU

Mampu Modifikasi HujanNC-212i “Rain Maker” Skadron Udara 4 TNI AU

PT Dirgantara Indonesia (PTDI) menyelesaikan pesawat NC212i pesanan Kementerian Pertahanan (Kemhan) untuk TNI Angkatan Udara. Berbeda dengan pesanan lainnya, pesawat militer ini memiliki kemampuan modifikasi cuaca.

Pesawat NC212i dengan tail number AX-2128 ini dikirim dengan konfigurasi Rain Making yang nantinya dapat digunakan untuk melaksanakan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC), yakni dengan menyemaikan garam (NaCl) di wilayah tertentu guna mengendalikan curah hujan.

"Ini pesawat ketiga yang kita deliver dari 9 unit pesanan Kemhan untuk keperluan alutsista TNI AU. Ini merupakan kebanggaan bagi PTDI bisa kembali mengirim pesawat dengan konfigurasi Rain Making. Tahun depan kami juga berencana mengirimkan 3 pesawat NC212i untuk TNI AU, dimana salah satunya juga dengan konfigurasi Rain Making," kata Direktur Produksi PTDI Batara Silaban, Jumat (31/12/2021).

Menurut dia, pesawat ini merupakan hasil kerja sama semua pihak dari PTDI dengan pemesan Kemhan. Sehingga pihaknya dapat menyelesaikan pesawat ini lebih baik, lebih cepat dan bisa mewujudkan delivery ini sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan.

"Harapan kami kedepannya bisa memberikan produk yang lebih baik lagi, baik dari quality, cost, maupun ketepatan waktu delivery-nya," kata Batara Silaban.

Adapun penggunaan pesawat NC212i ini tidak hanya untuk Rain Making saja, melainkan dapat tetap digunakan untuk passenger transport, troop/paratroop transport dan foto udara yang dapat dipasang bergantian sesuai dengan kebutuhan operasional TNI Angkatan Udara.

Pesawat NC212i merupakan pesawat angkut ringan dengan sistem avionik modern full glass cockpit dan autopilot, yang dilengkapi dengan winglet, ramp door dan memiliki ukuran kabin yang luas dibandingkan pesawat sekelasnya.

Sejak 2014, PTDI merupakan satu-satunya industri manufaktur pesawat terbang di dunia yang memproduksi pesawat NC212i.

Hingga saat ini terhitung sebanyak 119 unit pesawat NC212 series yang telah diproduksi dan dikirimkan PTDI ke berbagai customer, baik dalam maupun luar negeri, dari total sebanyak 603 unit populasi pesawat NC212 series di dunia. (shf)
 

  🛩
sindonews  

Turkey Set To Export Patrol Vessels To Indonesia

⚓ Market ExpansionKPC 65, Large Patrol Craft - 65 metres by TAIS Shipyards [TAIS]

These days Turkish-designed naval vessels ships operate with navies all around the globe as Turkey is rapidly on the way towards attaining near self-sufficiency in the naval sector. As part of this ambitious strive, Turkish shipyards have an ever expanding portfolio of naval ships on offer. When in 2013 Turkey launched a tender for a new class of fast attack craft (FAC) to replace the ones currently in Turkish Navy service, it could make a selection out of close to 30 domestic designs, showing that the scope of the country's naval design craze can hardly be overstated.

Currently offering anything from indigenously-designed landing helicopter docks (LHDs), frigates and even midget submarines to clients home and abroad, it is not unthinkable that Turkey could soon become one of the world's largest exporter of naval vessels. This remarkable feat is in no small part thanks to a government that intends on localising nearly all of its defence needs, which will soon also mean that Turkish shipyards no longer have to rely on foreign-made weaponry when offering their ships for export. In contrast, some twenty years ago Turkey was still largely reliant on foreign designs for the needs of its own navy, with one day exporting ships still a distant pipe dream.

After earlier exporting naval ships to Pakistan, Qatar, the UAE, India, Turkmenistan, Georgia, Nigeria, Egypt and Ukraine, Turkey now appears on track towards tapping into new markets in Southeast Asia.

In an interview with SavunmaTR, the Indonesian ambassador to Turkey Dr. Lalu Muhammad Iqbal revealed that negotations had begun on the procurement of warships from Turkey, stating that there will be ''serious increases in cooperation with Turkey on naval systems'' and that ''we need to do more to improve the defense industry relationship [...] That's why some talks started about the possibility of Indonesia to procure a warship from Turkey.''

The first Turkish naval design Indonesia has shown interest in is the KPC 65 (Large Patrol Craft - 65 metres) by TAIS Shipyards. Do not be put off by its designation as a patrol craft, as the 65-metres long vessel packs a serious punch. This comes in the form of a 76mm gun, a dual 35mm gun turret, two 12.7mm STAMP remote weapon stations (RWS), a Roketsan ASW rocket launcher and eight ATMACA anti-ship missiles (AShMs). Of course, this weaponry can be changed depending on the customer's requirements, with Indonesia likely replacing the ATMACAs with Exocets.

One weapon system that will likely be retained however is the Roketsan ASW rocket launcher. The Indonesian Navy continues to operate fourteen Kapitan Pattimura class (Parchim class) in the anti-submarine warfare (ASW) role out of sixteen purchased from Germany in 1992. The German Navy had inherited these vessels from the East German Volksmarine upon reunification of the both Germanies in 1991, but had little need to operate the ships after the end of the Cold War. While greatly strengthening the patrol and ASW capabilities of the Indonesian Navy at the time, the sonar and weapon systems of the class are meanwhile oudated and in need of replacement: Meet the KPC 65.

Indonesia is believed to be interested in an initial acquisition of two KPC 65s for its Navy. Ambassador Dr. Lalu Muhammad Iqbal stated that ''we will go further in the defense industry and we will see significant increases in our cooperation, especially in the field of naval systems [...] and also the development, joint design between the two countries.'' Whether this means if the KPC 65s will undergo design changes based on Indonesian requirements and will be produced at a shipyard in Indonesia is as of yet unknown, although the latter certainly seems plausible.

The aft section of the KPC 65 reveals many of the weapon systems installed on the ship. This includes, from left-to-right, the two 12.7mm RWS, AShMs, the ASW rocket launcher and the 35mm gun turret. Only two AShMs are fitted on this model.

The Indonesian Navy (TNI-AL) currently operates a vast fleet of some twenty fast attack craft. Most of these FACs are lightly armed even for fast attack craft standards, with the most numerous FAC class (Clurit class) carrying just two AShMs each. The most capable of Indonesia's FACs is the Sampari class (also known as KCR 60M), which comes equipped with four Chinese-designed C-705 AShMs, a 40mm or 57mm main gun, a Chinese 30mm NG-18 close-in weapons system (CIWS) and two 20mm guns for close-in defence against sea and air targets.

Five KCR 60Ms have so far been launched out of a total of eighteen ships in multiple batches that are currently planned. Each batch is set to feature several improvements over their predecessors. Although it was initially planned to arm each ship with a Bofors 57 mm Mk.3 main gun, budgetary contraints meant that the first two ships were armed with a 40mm Bofors gun instead. These have recently replaced by Russian 57mm AU-220M remote weapon station (RWS) while future batches will be fitted with the Bofors 57mm Mk.3 as originally envisaged.

In addition to the KPC 65, TAIS Shipyards offers a wide range of vessels that include Turkey's first indigenous LHD design, several FAC, OPV, corvette and frigate designs, landing ships and replenishment ships. The TAIS consortium includes Anadolu Shipyard (which is currently constructing the TCG Anadolu LHD), Istanbul Shipyard, Sedef Shipyard, Sefine Shipyard and Selah Shipyard. After constructing several large landing craft and the Bayraktar-class tank landing ship for the Turkish Navy, TAIS also found export success with the construction of five replenishment ships for India and two cadet training ships and three landing craft for Qatar.

TAIS's unconventional looking Guided Missile Fast Patrol Boat 67 (GMFPB).

Is TAIS Shipyards able to break into the Indonesian market with its KPC 65 patrol craft design, this could very well lead to deepened defence cooperation between Turkey and Indonesia. Both countries are currently collaborating on the Modern Medium Weight Tank (MMWT) tank project, and Indonesia has also voiced its interest in the acquisition of Turkish UCAVs.

In 2021 Indonesia outlined a plan to invest USD 125 billion into modernising its military. The plan prioritises sourcing equipment from the local defence industry and securing technology transfers from abroad.

The KPC 65 fits in this plan as well, with perhaps a first batch constructed in Turkey and the rest in Indonesia (as seen with the MMWT project). Future cooperation could go beyond the defence industry. Turkey's high tech industry also enables the country to participate in some of the infrastructure projects Indonesia is currently pursuing.
 

  🔅
Cryxspioenkop  

Kamis, 30 Desember 2021

Menhan Prabowo Bertemu KSAD Jenderal Dudung

Bahas Rencana Modernisasi Alutsista TNI ADhttps://indonesiadefense.com/wp-content/uploads/2021/12/Menhan-KSAD-7-1024x682.jpgMenteri Pertahanan Prabowo Subianto menerima kunjungan Kepala Staf Angkatan Darat (Kasad) Jenderal TNI Dudung Abdurachman di Kementerian Pertahanan, Jakarta, Kamis (30/12/2021).

Pertemuan tersebut untuk membahas mengenai rencana modernisasi dan kesiapan alutsista TNI AD.

Pada April lalu, Prabowo menyebut modernisasi alutsista sangat mahal dan negara dihadapkan dengan dilema.

"Alutsista di bidang pertahanan memang cukup mahal. Bahkan bisa saya katakan sangat mahal. Karena itu pimpinan negara selalu dihadapkan dengan dilema harus mengutamakan pembangunan kesejahteraan, tapi menjaga kemampuan pertahanan supaya kedaulatan kita tidak diganggu," kata Prabowo, di Base Ops Lanud Ngurah Rai, Kamis, (22/4/2021).

Turut mendampingi Menhan Prabowo pada pertemuan itu, Wamenhan M. Herindra, Irjen Kemhan Letjen TNI Ida Bagus Purwalaksana, Sekjen Kemhan Marsdya TNI Donny Erwaman Taufanto, dan Dirjen Renhan Kemhan Mayjen TNI Budi Prijono. Kemudian dihadiri Kabaranahan Kemhan Marsda TNI Yusuf Jauhari.

Sedangkan beberapa pejabat TNI AD yang mendampingi Kasad, Danpuspenerbad Mayjen TNI Bueng Wardadi, Asrena Kasad Mayjen TNI Candra Wijaya dan Waasrena Kasad Bid. Dal. Brigjen TNI Adisura Firdaus Tarigan.

 ♖ Liputan 6  

BUMN Akan Bikin Kereta Cepat sampai Kapal Selam

 Disuntik Rp 34 TIlustrasi 401, kapal selam dinilai sebagai salah satu langkah strategis. [Foto/dok.SINDOnews] ⚓️

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati baru saja mencairkan penyertaan modal negara (PMN) untuk beberapa badan usaha milik negara (BUMN) senilai Rp 34 triliun.

Salah satunya untuk PT KAI untuk pelaksanaan penyelesaian proyek Kereta Cepat Jakarta - Bandung (KCJB).

Hal ini disampaikan Sri Mulyani dalam akun instagram miliknya, dikutip CNBC Indonesia, Kamis (30/12/2021).

"Suasana acara siang tadi di Dhanapala Kementrian Keuangan, saya bersama @erickthohir dan pak Sofyan Djalil menyaksikan penandatanganan Letter of Commitment oleh Direktur Utama PT. PLN, PT. BPUI, PT. KAI, PT. PAL dan Bank Tanah, sebagai penerima PMN Tahun 2021 dengan nilai total sebesar Rp 34,2 triliun," tulisnya.

PT. PLN menerima sebesar Rp 5 triliun untuk pembangunan listrik di desa beserta distribusi. PT. BPUI menerima sebesar Rp 20 triliun untuk mendukung penangan Jiwasraya. Selanjutnya PT. KAI menerima sebesar Rp 6,9 triliun untuk menyelesaikan LRT Jabodebek dan Kereta Cepat Jakarta Bandung. PT. PAL menerima sebesar Rp 1,3 triliun untuk pembuatan kapal selam dan Bank Tanah menerima sebesar Rp 1 triliun sebagai modal awal.

Sri Mulyani meyakini tanggung jawab dari Direktur Utama BUMN penerima PMN dalam penggunaan dana APBN. Pihaknya bersama Kementerian BUMN akan memonitor setiap saat perkembangan dari perusahaan tersebut. (mij/mij)

  ⚓️
CNBC  

[Video] Glagaspur Tingkat III Koarmada III

Diposkan Dispen Koarmada IIIKomando Armada (Koarmada) III laksanakan Gladi Tugas Tempur (Glagaspur) Tingkat III “L-3 Terpadu, Sabtu (24/12/2021). 


  Youtube  

KAPA K-61 Batalyon Kapa 2 Marinir Selesai Uji Verifikasi

KAPA K-61 Batalyon Kapa 2 Marinir

Guna meningkatkan fungsi dan kelayakan kendaraan tempur (Ranpur) untuk melaksanakan tugas pokok, 3 unit Ranpur Kapa K-61 telah selesai melaksanakan pemeliharaan dan uji kalayakan manuver darat di Bogor dan manuver laut di Ancol Jakarta. Minggu (26/12/2021).

Pemeliharaan Ranpur Kapa K-61 TA. 2021 dilaksanakan secara bertahap dan berkala dengan memperbaiki disetiap kerusakan yang ada pada Ranpur, diharapkan dapat mengembalikan kondisi dan kemampuan Ranpur secara prima, selanjutnya di laksanakan uji kelaikan manuver baik di darat maupun di laut.

Komandan Batalyon Kapa 2 Marinir Letkol Mar Yudha Fahruliyan, S.H., M.Tr. Opsla seperti di informasikan Dispen Kormar menyampaikan perawatan yang maksimal adalah syarat mutlak dalam kesiapan operasional kendaraan tempur, seperti halnya pada Kendaraan Amfibi Pengangkut Artileri Kapa K-61, Ranpur yang dipergunakan sebagai mengangkut Artileri saat melaksanakan Pendaratan Amfibi oleh Korps Marinir TNI AL, juga dapat dipergunakan untuk mendukung Operasi Militer selain perang, walaupun usia Ranpur yang sudah tidak muda lagi namun performa kendaraan masih layak operasional, hal tersebut tak terlepas dari mutu pemeliharaan dan perawatan dilaksanakan.

Dengan adanya pemeliharaan dan uji kelaikan diharapkan seluruh kendaraan tempur Batayon Kapa 2 Marinir dinyatakan siap untuk mendukung tugas-tugas pokok Satuan.

  ♞
Industry  

[Global] Tank Sabrah Tiba

♞ Kaliber 105mm Pertama untuk AD FilipinaMT Sabrah [ist] ★

S
etelah menyisihkan medium tank Harimau dari PT Pindad dan K-21 dari Doosan DST, Kementerian Pertahanan Filipina pada Januari 2021 telah menandatangani kesepatakan dengan Israel untuk memasok tank ringan (light tank) Sabrah. Sebagai wujud realiasi, kabarnya pada Desember 2021 ini, 20 unit Sabrah telah diterima oleh Filipina.

Tibanya 20 unit Sabrah merupakan momen bersejarah bagi Negeri Pinoy, pasalnya Sabrah menjadi ranpur lapis baja pertama di kaliber 105 mm yang dimiliki oleh Filipina. Maklum, selama ini meriam di ranpur lapis baja yang dioperasikan mentok di kaliber 76 mm, yaitu pada tank ringan lawas Scorpion dan M113 varian FSV (Fire Support Vehicle) L23A1.

Menurut Kepala Staf Divisi Armor AD Filipina, Kolonel Anthon Abrina, ranpur yang diterima baru ini adalah “real tanks” jika dibandingkan dengan kendaraan lapis baja yang ada di negara itu, yang hanya dilengkapi dengan senjata (meriam) kaliber rendah. Selain 20 unit Sabrah yang tiba di Desember 2021, 10 unit lagi akan tiba pada tahun 2023. Tidak itu saja, panser Pandur II 6×6 FSV juga akan tiba untuk memperkuat AD Filipina.

Bagi Israel, ekspor Sabrah juga menjadi langkah besar, pasalnya ini pertama kalinya Israel mengekspor tank ringan. Sabrah sendiri mengusung platform ranpur ASCOD 2, yang dikenal sebagai rancangan bersama antara Austria dan Spanyol. Sebagai imformasi, ASCOD 2 dan Pandur II adalah produksi General Dynamics European Land Systems.

Untuk mewujudkan Sabrah, Elbit Systems menggunakan kubah tank OTO Melara Hitfact 105 mm, tetapi meriam dan subsistem dipasok sendiri oleh Elbit Systems. Elbit juga memasukkan menara ASCOD ke dalam panser FSV Pandur II, semuanya untuk memenuhi persyaratan proyek akuisisi oleh Angkatan Darat Filipina.

Bahkan Sabrah juga dilengkapi dukungan teknologi dari divisi pengembangan MBT Merkava dan pabrikan kubah meriam dari Afrika Selatan. Sabrah masih menggunakan ASCOD 2 dan Pandur II sebagai platform, tetapi sekarang dengan busur elevasi lebih tinggi dan sistem pemuatan munisi otomatis.

Untuk menekan harga, awalnya Elbit menawarkan Sabrah dengan keberadaan loader (pengisian munisi manual), dimana seorang loader yang terlatih dapat memuat enam munisi per menit. Tapi kemudian Elbit memutuskan mengikuti persyaratan AD Filipina, bahwa Sabrah hanya diawaki oleh 3 personel, yang artinya kubah mengadopsi automatic loading munition.

Ada beberapa nilai strategis yang dimiliki Elbit dalam paket penawaran kepada Filipina. Seperti adopsi sistem C4 Elbit, termasuk Battle Management System (BMS), dan sistem kendali dan komando Combat NG. Sistem tersebut saat ini sudah digunakan di APC M112A2, towed howitzer 155mm, self-propelled howitzer ATMOS 155mm, dan M113 varian mortir yang telah di-upgrade oleh AD Filipina.

 
Indomiliter  

Rabu, 29 Desember 2021

Dua Kapal LST Perkuat Koarmada III

Untuk Mengamankan Perairan Indonesia TimurKRI Teluk Weda-526 dan KRI Teluk Wondama-527 perkuat Koarmada 3 TNI AL [TNI A]

Panglima Koarmada III Laksamana Muda TNI Irvansyah,S.H.,CHMRP.,M.TR.(Opsla) menyambut kedatangan dua kapal perang baru yang akan menambah kekuatan operasional dan pertahanan TNI AL/ Koarmada III khususnya di wilayah Indonesia Timur. Dua kapal perang baru tersebut adalah KRI Teluk Weda-526 dengan Komandanya Letkol Laut (P) Thomas Riyanto, M.Si (Han) dan KRI Teluk Wondama-527 dengan Komandanya Letkol Laut (P) Rizkal Fadlul Kamal, S.E., M.Tr.Hanla, dimana kedua kapal tersebut masuk Dinas Aktif TNI Angkatan Laut Tanggal 26 Oktober 2021.

Kedua kapal ini merupakan Kapal Perang Jenis Landing Ship Tank (LST) ke-8 dan ke-9 yang dipesan TNI Angkatan Laut kepada Galangan Kapal, PT. Bandar Abadi, Batam yang selanjutnya akan memperkuat dan bergabung dengan Satuan Kapal Amfibi Koarmada III yang mampu membawa Prajurit Pasukan Pendarat, Main Battle Tank (MBT) jenis Leopard dan Tank BMP-3F serta Helikopter. Dimana kedua kapal tersebut dirancang untuk melaksanakan tugas sesuai Fungsi Asasi sebagai pengangkut pasukan pendarat lengkap dengan kendaraan amfibi dan peralatan tempurnya untuk didaratkan di pantai yang dikuasai musuh dalam suatu Operasi Amfibi.

Dalam acara penyambutan dua kapal perang baru tersebut turut hadir Kepala Staf Koarmada III Laksamana Pertama TNI Yeheskiel Katiandagho S.E., M.M., M.H., Inspektur Koarmada III Laksamana Pertama TNI DR. Toto Dwijaya Saputra S.T., M.SI(Han)., M.TR.Opsla., Kapok Sahli Koarmada III Laksamana Pertama TNI Budi Jatmiko, S.T., M.A.P., CHRMP, pejabat utama Koarmada III dan pejabat unsur Forkopimda Provinsi Papua Barat, Kota/ Kabupaten Sorong serta Ketua Daerah Jalasenastri Koarmada III beserta Pengurus Daerah Jalasesanstri Armada III juga Ketua dan Pengurus Korcab XIV Sorong.

Dikatakan Panglima Koarmada III, nama KRI Teluk Wondama-527 diambil dari nama teluk yang terletak di daerah Kepala Burung Pulau Papua sebagai Daerah Konservasi Taman Nasional Laut Teluk Cenderawasih (TNLTC) yang memiliki keanekaragaman flora dan fauna serta pemandangan alam khas Papua, baik yang berada dilaut maupun di darat sehingga Teluk Wondama merupakan primadona pariwisata indonesia masa depan.

Sementara nama KRI Teluk Weda-526 diambil dari nama sebuah teluk yang terletak di Kecamatan Weda Tengah, Kabupaten Halmahera Tengah, Provinsi Maluku Utara yang terkenal akan keindahan taman bawah laut yang menakjubkan dengan kehidupan ikan yang melimpah dimana salah satunya adalah spesies hiu kaki langka (Hemisayllium Halmahera).

Lebih lanjut dikatakan Panglima Koarmada III ada satu hal yang paling membanggakan kita semua bahwa awak KRI Teluk Wondama-527 dan KRI Teluk Weda-526, sebagian Bintara dan Tamtamanya merupakan lulusan Satdik 3 Kodiklatal yang berada di Katapop, Distrik Salawati, Kabupaten sorong.

Untuk kita ketahui bersama bahwa Satdik 3 Kodiklatal yang berdiri pada tahun 2020 telah berhasil meluluskan 449 orang prajurit yang merupakan gagasan dan terobosan Kepala Staf Angkatan Laut, Laksamana TNI Yudo Margono, sebagai upaya untuk pemenuhan kebutuhan personel TNI AL, khususnya yang bersumber dari Pemuda dan Pemudi Provinsi Papua Barat, Papua, Maluku serta Maluku Utara.
 

  Koarmada III  

PAL Akan Gandeng Swasta Revitalisasi Kapal TNI AL

Rencananya akan ada revitalisasi 40 unit armada TNI AL MRO Kapal-kapal TNI AL [PAL]

Industri Kapal dan Lepas Pantai Indonesia (Iperindo) mengapresiasi PT PAL Indonesia (Persero) yang berencana menggandeng galangan kapal swasta nasional untuk melaksanakan proyek revitalisasi kapal TNI AL.

Sekretaris Jenderal Ikatan Perusahaan Iperindo Akan Naim menjelaskan, rencananya akan ada revitalisasi 40 unit armada TNI AL yang melibatkan galangan swasta nasional yang dipimpin langsung oleh PT PAL.

"Perusahaan galangan kapal anggota Iperindo itu nantinya akan diseleksi. Galangan yang lulus assesment akan menjadi mitra PT PAL untuk bersama-sama mengerjakan proyek revitalisasi armada milik TNI AL, meliputi Maintenance, Repair, and Overhaul (MRO)," kata Akan Naim dalam keterangannya, Jumat (24/12).

Terhadap proyek itu, Direktur Utama PT PAL Kaharudin Djenod, baru-baru ini telah mengundang para pelaku usaha galangan anggota Iperindo yang mendiskusikan rencana tersebut.


Askan Naim mengatakan, bila rencana mulia PT PAL ini terwujud, maka akan menjadi proyek percontohan, yakni kolaborasi antara BUMN dan swasta. Dengan pola kerja yang inklusif ini diharapkan industri maritim nasional bisa bangkit dari keterpurukan.

Ketua umum Iperindo Eddy Kurniawan Logam menambahkan bahwa ini adalah momentum yang ditunggu selama hampir dua tahun. Program pembangunan dan perbaikan kapal yang transparan seperti ini yang diharapkan para pelaku usaha untuk membangkitkan industri galangan kapal nasional.

Ke depannya, ungkap Eddy, proyek pembangunan dan pemeliharaan kapal pertahanan dan keamanan jangan lagi dikuasai segelintir perusahaan galangan, tapi harus dibuka secara transparan dan memberikan kesempatan hidup kepada semua galangan Nasional yang mampu bekerja.

"Kami dari Iperindo sangat mendukung program PT PAL yang kami nilai ini sangat baik dan transparan untuk kemajuan industri maritim nasional," kata Eddy.

Melalui sinergi seperti ini, lanjut Eddy, akan tercipta pemerataan dan keadilan sekaligus menumbuhkan minat investor untuk menanamkan modalnya di sektor maritim.

  ★ Investor  

KSAU Temui Prabowo, Bahas Alutsista dan Program Kerja

[Kemhan]

Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal Fadjar Prasetyo mengunjungi Kantor Kementerian Pertahanan (Kemenhan), Jakarta, Selasa (28/12/2021).

Kedatangan orang nomor satu di matra udara ini disambung langsung oleh Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto.

Dalam pertemuan ini, keduanya membahas mengenai alat utama sistem persenjataan (alutsista).

"Selain silaturahmi, pertemuan juga membahas terkait alutsista yang akan dioperasionalkan TNI AU dan program kerja ke depan," demikian keterangan tertulis Dinas Penerangan Angkatan Udara (Dispenau), Rabu (29/12/2021).

Selain itu, dalam pertemuan ini keduanya berharap rencana dan program yang disiapkan TNI dapat terlaksana dengan baik.

Selain itu, rencana program tersebut juga diharapkan dapat berjalan selaras dengan kebijakan pimpinan.

Adapun Prabowo didampingi Wamenhan Letjen M Herindra, dan Sekjen Kemenhan Marsdya TNI Donny Ermawan Taufanto.

Kemudian Dirjen Renhan Kemenhan Mayjen TNI Budi Prijono hingga Staf Khusus Menhan V Bidang Matra Udara Marsda TNI (Purn) Bonar H Hutagaol.

 
Kompas