Sabtu, 19 Juli 2014

Petaka MH17 di Langit Ukraina

Seluruh penumpang Malaysia Airlines rute Amsterdam-KL itu tewas.Puing pesawat MH17 di dekat Grabovo, Donetsk, Ukraina, 17 Juli 2014.

Serpihan pesawat Malaysia Airlines MH17 berserak di dekat Desa Grabovo, Donetsk, Ukraina. Pesawat yang lepas landas dari Amsterdam, Kamis siang 17 Juli 2014, itu seharusnya mendarat di Kuala Lumpur keesokan harinya, Jumat pagi 18 Juli. Namun petaka terjadi di udara. MH17 jatuh dan ke-298 penumpangnya, termasuk 15 kru, tewas.

Di Malaysia, Perdana Menteri Najib Razak memasuki Hotel Sama-Sama di area Bandara Internasional Kuala Lumpur dengan pakaian serba hitam. Ia hendak menggelar konferensi pers terkait jatuhnya MH17. Raut wajahnya mencerminkan keprihatinan mendalam. Ini kali kedua maskapai penerbangan nasional negaranya dilanda musibah –dalam kurun waktu kurang dari enam bulan.

“Ini adalah hari tragis dari bagian tahun yang tragis bagi Malaysia,” kata sang Perdana Menteri yang kerap menundukkan kepala pada konpers itu. Belum juga MH370 rute Kuala Lumpur-Beijing yang membawa 239 penumpang ditemukan setelah hilang pada Maret lalu, kini pesawat Malaysia Airlines lainnya jatuh di Ukraina.

Lebih tragis lagi, MH17 itu diduga ditembak rudal di langit Ukraina. Tak pelak, mata dunia kembali terarah ke Malaysia seperti ketika hilangnya MH370 yang memicu pencarian dengan skala terbesar sepanjang sejarah penerbangan internasional yang melibatkan armada perang dan militer berbagai negara.

Najib menyatakan, pemerintah Ukraina percaya MH17 jenis Boeing 777-200 ER itu ditembak jatuh. Namun Malaysia belum bisa memverifikasi penyebab jatuhnya pesawat. “Kami harus dan akan mencari tahu apa yang persisnya terjadi pada penerbangan ini. Tidak boleh ada hambatan yang menghalangi (penyelidikan),” kata Najib seperti dikutip kantor berita nasional Malaysia Bernama.

“Jika yang terjadi adalah pesawat ditembak jatuh, maka kami menuntut agar pelaku secepatnya dibawa ke pengadilan,” ujar Najib. Ia menyebut jatuhnya MH17 sebagai hal yang mengerikan dan mengejutkan.

Najib telah berbicara dengan Presiden Ukraina Petro Poroshenko, Perdana Menteri Belanda Mark Rutte, dan Presiden Amerika Serikat Barack Obama. Kepada Malaysia, Presiden Ukraina berjanji untuk menggelar investigasi secara menyeluruh dan independen yang akan melibatkan para pejabat Malaysia.

 Wilayak konflik 

Najib mengatakan, rute penerbangan yang dilintasi MH17 telah dinyatakan aman oleh Organisasi Penerbangan Sipil Internasional (ICAO). Jalur Amsterdam-Kuala Lumpur itu umum dilalui pesawat komersial. Asosiasi Transportasi Udara Internasional (IATA) juga menyatakan tidak ada pembatasan untuk melewati wilayah udara tersebut.

Walau demikian, MH17 jatuh di wilayah yang dikuasai oleh kelompok separatis Ukraina. Konsultan keselamatan penerbangan CNN Mary Schiavo menyatakan meski MH17 melintasi rute umum, pesawat itu terbang di atas area konflik sehingga komunikasi dengan pengendali lalu-lintas udara (ATC) adalah suatu keharusan.

Sebelum jatuh, MH17 tidak membuat panggilan darurat. Penasihat Perdana Menteri Ukraina menyatakan, MH17 terbang di ketinggian 10 ribu meter. Oleh sebab itu menurutnya, pesawat hanya bisa ditembak oleh rudal antipesawat Buk buatan Rusia yang bisa tepat mengenai sasaran hingga ketinggian 22 ribu meter. Ucapan itu jelas ia tujukan kepada pemberontak separatis pro-Rusia.

Kedutaan Besar Ukraina di Indonesia menyatakan, negaranya tak punya sistem persenjataan yang bisa menembak sejauh itu. “Kami tidak memiliki sistem rudal pertahanan udara jarak jauh di area itu,” kata perwakilan Kementerian Luar Negeri Ukraina dalam siaran pers yang diterima VIVAnews.

Sebaliknya, kelompok separatis menuduh pemerintah Ukraina yang menembak MH17. Perdana Menteri Republik Donetsk yang belum lama ini memproklamirkan kemerdekaan dari Ukraina, Alexander Borodai, menuding Angkatan Udara Ukraina lah yang menembak jatuh pesawat Malaysia Airlines.

Untuk diketahui, Republik Donetsk adalah wilayah Ukraina yang memberontak dan mengumumkan diri menjadi negara terpisah dari Ukraina paska menggelar referendum.

Sampai saat ini, baik pemerintah Ukraina maupun kelompok pemberontak sama-sama membantah menembak jatuh MH17 di daerah yang dekat dengan perbatasan Rusia itu.

BBC mengutip analisis pakar pertahanan yang menyebut MH17 kemungkinan ditembak jatuh oleh jet tempur yang membawa rudal. Sebab untuk bisa menjangkau pesawat pada jarak setinggi itu, butuh serangan rudal dari udara yang dipandu radar.

 Salah tembak 

Sebuah media sosial milik komandan tertinggi pemberontak Ukraina, VK, memuat pernyataan bahwa mereka awalnya mengira telah menembak jatuh pesawat militer Ukraina. Namun ternyata itu adalah pesawat penumpang Malaysia Airlines MH17.

“Kami baru saja menembak jatuh sebuah pesawat Antonov An-26 dekat Torez. Pesawat itu jatuh dekat lahan pertambangan. Kami telah memperingatkan (militer Ukraina) untuk tidak terbang di wilayah udara kami,” tulis Igor Strelkov yang lantas dikutip oleh media-media Ukraina. Untuk diketahui, An-26 adalah pesawat kargo militer Ukraina.

Media Malaysia The Star kemudian melansir rilis rekaman sadapan telepon antara komandan kelompok separatis Republik Donetsk Igor Bezler dengan intelijen Rusia yang diyakini merupakan Kolonel Angkatan Bersenjata Rusia Vasili Geranin. Transkrip rekaman percakapan ini disampaikan oleh Kepala Badan Keamanan Ukraina Valentyn Nalivaichenko.

“Kami baru menembak pesawat hingga jatuh,” ujar Bazler dalam sadapan itu. “Di mana pilotnya?” kata Vasili merespons. Mereka kemudian berbicara tentang pesawat yang hancur berkeping di udara.

“Kami telah menemukan korban tewas pertama, warga sipil. Itu 100 persen pesawat penumpang. Ini adalah pesawat sipil, jatuh di daerah Snizhne-Torez, dekat Grabovo. Ada banyak mayat perempuan dan anak-anak,” kata Bazler.

Ia kemudian terdengar heran. “Mereka mengatakan di TV itu pesawat transportasi An-26. Tapi mereka bilang ada tulisan Malaysia Airlines di pesawat itu. Untuk apa pesawat itu ada di wilayah Ukraina? Artinya mereka membawa mata-mata. Mereka tidak boleh terbang di daerah itu, ada perang,” kata sang komandan kelompok separatis.

Beberapa waktu kemudian, PM Republik Donetsk Alexander Borodai mendatangi lokasi jatuhnya MH17 dengan kawalan ketat sekelompok pria bersenjata. Borodai yang mengenakan celana jeans dan kaos hitam berbalut jas biru, tampak sibuk menelepon di tempat musibah terjadi.

 Saling tuding 

Presiden Rusia Vladimir Putin menyalahkan pemerintah Ukraina atas jatuhnya MH17. “Tak ada keraguan, pemerintah Ukraina ikut bertanggung jawab atas tragedi mengerikan ini. Tragedi tidak akan terjadi jika ada perdamaian di tanah itu,” kata dia.

Namun pemerintah Ukraina menuding dua perwira intelijen Rusia terlibat dalam musibah fatal tersebut. Rekaman sadapan telepon disebut menjadi buktinya. “Kami akan melakukan segalanya agar yang melakukan kejahatan ini dihukum,” kata Nalivaichenko.

Presiden Ukraina Poroshenko pun menyebut penembakan MH17 sebagai tindakan teroris. Ia menyerukan pembentukan sebuah komisi nasional yang melibatkan Organisasi Penerbangan Sipil Internasional untuk menyelidiki penyebab jatuhnya pesawat.

Media-media Rusia menambah panas situasi dengan mengutip sebuah sumber yang menyebut pesawat MH17 mirip dengan pesawat Presiden Vladimir Putin. Interfax melaporkan, pesawat Putin juga melintas di jalur yang sama dengan MH17.

“Kontur kedua pesawat itu sangat mirip, termasuk warna dan garisnya. Pada jarak jauh, keduanya nyaris identik,” kata sumber tersebut.

Namun berita itu dibantah oleh media lain. “Putin hanya memiliki satu pesawat. Dia tidak terbang dengan pesawat lain. Tapi pesawat kepresidenan ini tak pernah terbang di atas Ukraina belakangan ini,” ujar sumber lain kepada Gazeta.

Presiden Ukraina Poroshenko lantas menyatakan, militer Ukraina tidak menembak target apapun di udara saat MH17 melintas di wilayah mereka.

CNN melansir, eskalasi ketegangan antara Ukraina dan Rusia makin menjadi sejak demonstrasi jalanan di Ukraina memaksa mantan Presiden Viktor Yanukovych yang pro-Rusia turun dari kekuasaan. Rusia kemudian menganeksasi Crimea di tenggara Ukraina.

Kelompok separatis pro-Rusia kemudian bergerak lebih jauh ke daerah timur Ukraina, Luhansk, dan wilayah Donetsk. Pasukan Ukraina pun berjuang untuk memadamkan pemberontakan separatis. Ukraina menuduh Rusia membiarkan senjata dan peralatan militer, termasuk tank, melintasi perbatasan kedua negara secara ilegal sehingga sampai ke tangan separatis pro-Rusia.

 Investigasi internasional 

Para pemimpin dunia menuntut sebuah investigasi internasional atas jatuhnya MH17. Tragedi ini bisa menjadi momen krusial dalam krisis terburuk antara Rusia dan Barat sejak Perang Dingin.

Salah satu pejabat Amerika Serikat mengatakan, Washington menduga kuat MH17 ditembak jatuh oleh rudal canggih yang ditembakkan separatis Ukraina dengan dukungan Moskow.

Besarnya skala bencana ini bisa menjadi titik balik bagi tekanan internasional kepada Rusia dan Ukraina untuk menyelesaikan krisis di Ukraina yang telah menewaskan ratusan orang sejak penggulingan Yanukovych dan pencaplokan Crimea oleh Rusia.

Indonesia, negara di mana 12 warganya ikut menjadi korban dalam MH17, juga menyerukan investigasi internasional. “Dari sejumlah sumber resmi dan terpercaya yang Indonesia ikuti, pesawat Malaysia itu jatuh ditembak peluru dari darat ke udara. Indonesia meyerukan agar dilakukan investigasi internasional,” ujar Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Jakarta.

Jika benar MH17 jatuh ditembak, maka itu melanggar hukum internasional dan hukum perang. “Kalau benar itu terjadi, Indonesia berharap pelaku diberi sanksi hukum tegas,” kata SBY. Indonesia, ujarnya, siap bergabung dalam investigasi internasional atas MH17.(umi)

   Vivanews  

[Foto] Indonesia Marines train together at KTA

RIMPAC 2014Indonesian marines move through the jungle on a reconnaissance patrol searching for opposing forces. The Indonesians, from various units of the Korps Marinir, trained with U.S. Marines assigned to India Company, 3rd Battalion, 3rd Marine Regiment during Rim of the Pacific (RIMPAC) Exercise 2014. RIMPAC, the largest maritime exercise in the Pacific region, fosters military-to-military bonds by strengthening lines of communication and interoperability among participating forces. (U.S. Marine Corps photo by Cpl. Matthew Callahan/Released)Indonesian marines move through the jungle on a reconnaissance patrol searching for opposing forces. The Indonesians, from various units of the Korps Marinir, trained with U.S. Marines assigned to India Company, 3rd Battalion, 3rd Marine Regiment during Rim of the Pacific (RIMPAC) Exercise 2014. Twenty-two nations, 49 ships and six submarines, more than 200 aircraft and 25,000 personnel are participating in RIMPAC from June 26 to Aug. 1 in and around the Hawaiian Islands and Southern California. The world's largest international maritime exercise, RIMPAC provides a unique training opportunity that helps participants foster and sustain the cooperative relationships that are critical to ensuring the safety of sea lanes and security on the world's oceans. RIMPAC 2014 is the 24th exercise in the series that began in 1971. (U.S. Marine Corps photo by Cpl. Matthew Callahan/Released)An Indonesian marine runs across a danger area while on a reconnaissance patrol. The Indonesians, from various units of the Korps Marinir, trained with U.S. Marines assigned to India Company, 3rd Battalion, 3rd Marine Regiment during Rim of the Pacific (RIMPAC) Exercise 2014. Twenty-two nations, 49 ships and six submarines, more than 200 aircraft and 25,000 personnel are participating in RIMPAC from June 26 to Aug. 1 in and around the Hawaiian Islands and Southern California. The world's largest international maritime exercise, RIMPAC provides a unique training opportunity that helps participants foster and sustain the cooperative relationships that are critical to ensuring the safety of sea lanes and security on the world's oceans. RIMPAC 2014 is the 24th exercise in the series that began in 1971. (U.S. Marine Corps photo by Cpl. Matthew Callahan/Released)First Sgt. Syhpuetra Henderson, an Indonesian marine assigned to 2nd Amphibious Reconnaissance Battalion, moves through the jungle with his squad in search of opposing forces. The Indonesians, from various units of the Korps Marinir, trained with U.S. Marines assigned to India Company, 3rd Battalion, 3rd Marine Regiment during Rim of the Pacific (RIMPAC) Exercise 2014. Twenty-two nations, 49 ships and six submarines, more than 200 aircraft and 25,000 personnel are participating in RIMPAC from June 26 to Aug. 1 in and around the Hawaiian Islands and Southern California. The world's largest international maritime exercise, RIMPAC provides a unique training opportunity that helps participants foster and sustain the cooperative relationships that are critical to ensuring the safety of sea lanes and security on the world's oceans. RIMPAC 2014 is the 24th exercise in the series that began in 1971. (U.S. Marine Corps photo by Cpl. Matthew Callahan/Released) Lance Cpl. Muhammad Rois poses for a photo while his squad is halted on a reconnaissance patrol to search for opposing forces. The Indonesians, from various units of the Korps Marinir, trained with U.S. Marines assigned to India Company, 3rd Battalion, 3rd Marine Regiment during Rim of the Pacific (RIMPAC) Exercise 2014. Twenty-two nations, 49 ships and six submarines, more than 200 aircraft and 25,000 personnel are participating in RIMPAC from June 26 to Aug. 1 in and around the Hawaiian Islands and Southern California. The world's largest international maritime exercise, RIMPAC provides a unique training opportunity that helps participants foster and sustain the cooperative relationships that are critical to ensuring the safety of sea lanes and security on the world's oceans. RIMPAC 2014 is the 24th exercise in the series that began in 1971. (U.S. Marine Corps photo by Cpl. Matthew Callahan/Released) U.S. Marine Cpl. Joseph Josleyn, liaison for the Indonesian marines, calls Company Landing Team 1 command operations center for a position report while on a reconnaissance patrol. The Indonesians, from various units of the Korps Marinir, trained with U.S. Marines assigned to India Company, 3rd Battalion, 3rd Marine Regiment during Rim of the Pacific (RIMPAC) Exercise 2014. Twenty-two nations, 49 ships and six submarines, more than 200 aircraft and 25,000 personnel are participating in RIMPAC from June 26 to Aug. 1 in and around the Hawaiian Islands and Southern California. The world's largest international maritime exercise, RIMPAC provides a unique training opportunity that helps participants foster and sustain the cooperative relationships that are critical to ensuring the safety of sea lanes and security on the world's oceans. RIMPAC 2014 is the 24th exercise in the series that began in 1971. (U.S. Marine Corps photo by Cpl. Matthew Callahan/Released) U.S. Marine Cpl. Joseph Josleyn, liaison for the Indonesian marines, talks with their squad leader on a reconnaissance patrol to discuss routes through the jungle. The Indonesians, from various units of the Korps Marinir, trained with U.S. Marines assigned to India Company, 3rd Battalion, 3rd Marine Regiment during Rim of the Pacific (RIMPAC) Exercise 2014. Twenty-two nations, 49 ships and six submarines, more than 200 aircraft and 25,000 personnel are participating in RIMPAC from June 26 to Aug. 1 in and around the Hawaiian Islands and Southern California. The world's largest international maritime exercise, RIMPAC provides a unique training opportunity that helps participants foster and sustain the cooperative relationships that are critical to ensuring the safety of sea lanes and security on the world's oceans. RIMPAC 2014 is the 24th exercise in the series that began in 1971. (U.S. Marine Corps photo by Cpl. Matthew Callahan/Released)Indonesian marine Cpl. Subandi Riyanto, moves through the jungle with his squad on a reconnaissance patrol. The Indonesians, from various units of the Korps Marinir, trained with U.S. Marines assigned to India Company, 3rd Battalion, 3rd Marine Regiment during Rim of the Pacific (RIMPAC) Exercise 2014. Twenty-two nations, 49 ships and six submarines, more than 200 aircraft and 25,000 personnel are participating in RIMPAC from June 26 to Aug. 1 in and around the Hawaiian Islands and Southern California. The world's largest international maritime exercise, RIMPAC provides a unique training opportunity that helps participants foster and sustain the cooperative relationships that are critical to ensuring the safety of sea lanes and security on the world's oceans. RIMPAC 2014 is the 24th exercise in the series that began in 1971. (U.S. Marine Corps photo by Cpl. Matthew Callahan/Released)Indonesian marine 1st Sgt. Aditia Febrianto, holds security on an avenue of approach as the rest of his marines cross during a reconnaissance patrol. The Indonesians, from various units of the Korps Marinir, trained with U.S. Marines assigned to India Company, 3rd Battalion, 3rd Marine Regiment during Rim of the Pacific (RIMPAC) Exercise 2014. Twenty-two nations, 49 ships and six submarines, more than 200 aircraft and 25,000 personnel are participating in RIMPAC from June 26 to Aug. 1 in and around the Hawaiian Islands and Southern California. The world's largest international maritime exercise, RIMPAC provides a unique training opportunity that helps participants foster and sustain the cooperative relationships that are critical to ensuring the safety of sea lanes and security on the world's oceans. RIMPAC 2014 is the 24th exercise in the series that began in 1971. (U.S. Marine Corps photo by Cpl. Matthew Callahan/Released)Indonesian marine 1st Sgt. Han Tarhan moves through the jungle with his squad on a reconnaissance patrol in search of opposing forces. The Indonesians, from various units of the Korps Marinir, trained with U.S. Marines assigned to India Company, 3rd Battalion, 3rd Marine Regiment during Rim of the Pacific (RIMPAC) Exercise 2014. Twenty-two nations, 49 ships and six submarines, more than 200 aircraft and 25,000 personnel are participating in RIMPAC from June 26 to Aug. 1 in and around the Hawaiian Islands and Southern California. The world's largest international maritime exercise, RIMPAC provides a unique training opportunity that helps participants foster and sustain the cooperative relationships that are critical to ensuring the safety of sea lanes and security on the world's oceans. RIMPAC 2014 is the 24th exercise in the series that began in 1971. (U.S. Marine Corps photo by Cpl. Matthew Callahan/Released)Indonesian marines move through the jungle on a reconnaissance patrol searching for opposing forces. The Indonesians, from various units of the Korps Marinir, trained with U.S. Marines assigned to India Company, 3rd Battalion, 3rd Marine Regiment during Rim of the Pacific (RIMPAC) Exercise 2014. Twenty-two nations, 49 ships and six submarines, more than 200 aircraft and 25,000 personnel are participating in RIMPAC from June 26 to Aug. 1 in and around the Hawaiian Islands and Southern California. The world's largest international maritime exercise, RIMPAC provides a unique training opportunity that helps participants foster and sustain the cooperative relationships that are critical to ensuring the safety of sea lanes and security on the world's oceans. RIMPAC 2014 is the 24th exercise in the series that began in 1971. (U.S. Marine Corps photo by Cpl. Matthew Callahan/Released) Indonesian marine Lance Cpl. Agus Dwi Saputra, dashes across a danger area during a reconnaissance patrol while his squadmates provide security. The Indonesians, from various units of the Korps Marinir, trained with U.S. Marines assigned to India Company, 3rd Battalion, 3rd Marine Regiment during Rim of the Pacific (RIMPAC) Exercise 2014. Twenty-two nations, 49 ships and six submarines, more than 200 aircraft and 25,000 personnel are participating in RIMPAC from June 26 to Aug. 1 in and around the Hawaiian Islands and Southern California. The world's largest international maritime exercise, RIMPAC provides a unique training opportunity that helps participants foster and sustain the cooperative relationships that are critical to ensuring the safety of sea lanes and security on the world's oceans. RIMPAC 2014 is the 24th exercise in the series that began in 1971. (U.S. Marine Corps photo by Cpl. Matthew Callahan/Released)An Indonesian marine waits under the jungle canopy before his squad conducts a reconnaissance patrol in search of opposing forces. The Indonesians, from various units of the Korps Marinir, trained with U.S. Marines assigned to India Company, 3rd Battalion, 3rd Marine Regiment during Rim of the Pacific (RIMPAC) Exercise 2014. Twenty-two nations, 49 ships and six submarines, more than 200 aircraft and 25,000 personnel are participating in RIMPAC from June 26 to Aug. 1 in and around the Hawaiian Islands and Southern California. The world's largest international maritime exercise, RIMPAC provides a unique training opportunity that helps participants foster and sustain the cooperative relationships that are critical to ensuring the safety of sea lanes and security on the world's oceans. RIMPAC 2014 is the 24th exercise in the series that began in 1971. (U.S. Marine Corps photo by Cpl. Matthew Callahan/Released) Indonesian marine 1st Sgt. Syahpuetra Hendra (center), a squad leader assigned to 2nd Amphibious Reconnaissance Battalion, prepares his squad to conduct a reconnaissance patrol through the jungle. The Indonesians, from various units of the Korps Marinir, trained with U.S. Marines assigned to India Company, 3rd Battalion, 3rd Marine Regiment during Rim of the Pacific (RIMPAC) Exercise 2014. Twenty-two nations, 49 ships and six submarines, more than 200 aircraft and 25,000 personnel are participating in RIMPAC from June 26 to Aug. 1 in and around the Hawaiian Islands and Southern California. The world's largest international maritime exercise, RIMPAC provides a unique training opportunity that helps participants foster and sustain the cooperative relationships that are critical to ensuring the safety of sea lanes and security on the world's oceans. RIMPAC 2014 is the 24th exercise in the series that began in 1971. (U.S. Marine Corps photo by Cpl. Matthew Callahan/Released)

   dvidshub  

[World News] AS peringatkan aksi Israel di Gaza

Perdana Menteri Israel mengancam untuk meningkatkan serangan ke Gaza.Presiden Amerika Serikat Barack Obama menyatakan mendukung Israel untuk menggunakan haknya mempertahankan diri, tetapi memberi peringataan tentang peningkatan serangan ke Gaza.

Berbicara dengan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu pada Jumat (19/07) waktu setempat, Obama mengekspresikan "kekhawatiran mendalam" atas banyaknya jumlah warga sipil yang tewas.

Korban meninggal di Palestina kini mencapai 300 lebih, tiga perempat di antaranya adalah warga sipil.

Obama mengatakan "tidak ada negara yang berdiam diri ketika diserang roket di perbatasan," tetapi dia meminta Israel untuk menjalankan operasi mereka "dengan cara yang bisa meminimalisir korban jiwa."

Sekjen PBB hari ini dijadwalkan tiba di wilayah itu untuk melakukan mediasi antara Israel dan Hamas.

Netanyahu sebelumnya telah memberi peringatan bahwa akan ada "ekspansi yang signifikan" namun militan Palestina yang mengontrol Gaza, Hamas, Israel akan "membayar mahal" atas invasi yang mereka lakukan.

Sementara itu, Presiden Palestina Mahmoud Abbas meminta Turki dan Qatar untuk mendesak Hamas agar bersedia menyetujui syarat gencatan senjata yang ditengahi oleh Mesir.

Setidaknya 60 warga Palestina tewas sejak Israel meluncurkan serangan darat pada Kamis (17/07).

Adapun satu prajurit dan satu warga sipil Israel tewas dan sejumlah lainnya terluka parah.

   BBC  

Menhan resmikan KRI Bung Tomo Dan KRI John Lie di Inggris

Menteri Pertahanan Republik Indonesia Purnomo Yusgiantoro meresmikan kapal perusak kawal rudal jenis Multi Role Light Frigate (MRLF) KRI Bung Tomo-357 dan KRI John Lie-358 di Dermaga Anchorline, Barrow-In-Furness, Inggris, Jumat (18/7).

Selain dihadiri jajaran Kementerian Pertahanan RI, acara pemberian nama dan peresmian KRI Bung Tomo-357 dan KRI John Lie-358 juga dihadiri anggota DPR dari Komisi I bidang pertahanan, pejabat TNI Angkatan Laut, Dubes RI didampingi pejabat KBRI London serta pejabat pemerintahan Inggris, demikian Pensosbud KBRI London Heni Hamida kepada Antara London, Sabtu.

Setelah peresmian, kedua KRI langsung menuju Indonesia dan diharapkan bisa turut berpartisipasi memeriahkan HUT TNI ke-69 pada 5 Oktober 2014 di Pangkalan TNI Angkatan Laut Surabaya.

Kapal perang produksi BAE Systems, Inggris, tahun 2004 tersebut memiliki spesifikasi teknis yang handal.

Dengan panjang 95 meter dan lebar 12,7 meter serta dilengkapi sistem pendorong empat motor pokok CODAD (Combined diesel and diesel) yang mampu berlayar dengan kecepatan maksimum 31 knots.

Kedua kapal perang tersebut juga dilengkapi dengan sistem persenjataan yang tergolong mutakhir, seperti peluru kendali anti kapal permukaan MM 40, peluru kendali anti serangan udara Sea Wolf, meriam 76 mm, meriam 30 mm serta torpedo anti kapal selam.

Didukung oleh sistem kendali persenjataan, navigasi dan komunikasi yang terintegrasi dengan baik, kapal jenis MRLF tersebut dirancang untuk mampu bertempur menghadapi ancaman baik dari atas air, bawah air maupun udara.

Sebelum diresmikan menjadi kapal perang Republik Indonesia oleh Menteri Pertahanan RI, kedua kapal menjalani prosesi pemberian nama yang memiliki arti simbolis agar kapal tersebut memiliki semangat kepahlawanan dari tokoh pahlawan nasional yang digunakan serta agar kapal beserta awaknya di dalam pengabdiannya demi kejayaan bangsa dan negara senantiasa dilindungi oleh Tuhan Yang Maha Esa.

Prosesi pemberian nama KRI Bung Tomo-357 dan KRI John Lie-358 dilakukan oleh Lies Purnomo Yusgiantoro, istri Menhan RI selaku ibu kandung kapal.

Bung Tomo merupakan salah satu tokoh pahlawan yang lahir di Surabaya pada tanggal 3 Oktober 1920.

Bung Tomo terkenal karena peranannya yang signifikan dalam membangkitkan semangat rakyat Indonesia untuk melawan kembalinya penjajah yang akan menguasai negara Indonesia.

Semangat pertempuran Bung Tomo telah ditunjukkan dalam pertempuran 10 November 1945 yang hingga kini diperingati sebagai Hari Pahlawan oleh seluruh bangsa Indonesia.

Sementara Laksamana Muda TNI Jahja Daniel Dharma atau yang lebih dikenal sebagai John Lie merupakan salah seorang perwira tinggi TNI Angkatan Laut pada masa perang revolusi.

Pada awal kemerdekaan, John Lie ditugaskan mengamankan pelayaran kapal-kapal yang mengangkut komoditas ekspor Indonesia yang akan diperdagangkan di luar negeri menembus blokade penjajah.

Hasil dari penjualan hasil bumi tersebut selanjutnya digunakan demi keperluan perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

   Antara  

Penerbangan F-16 C/D TNI AU ke Guam Tertunda

Rencana penerbangan tiga pesawat F-16 C/D 52ID TNI AU dengan call sign "Viper Flight," dari Eielson AFB Alaska menuju Andersen AFB Guam ditunda selama 48 jam. Susunan crew pesawat pertama adalah TS 1625 dengan crew Col Howard Purcel, pesawat kedua TS 1620 diawaki Maj Collin Coatney/ Ltk.Firman Dwi Cahyono dan pesawat terakhir TS 1623 diawaki Ltc Erick Houston/ May Anjar Legowo. Tiga buah pesawat F-16 C/D ini terpaksa harus menunda penerbangan yang harus ditempuh selama 9 Jam 40 menit ini karena pesawat tanker KC-10 dari Travis AFB yang mengawal penerbangan harus menjalani perbaikan karena masalah teknis.

Sebelumnya pada tanggal 15 Juli 2014 Viper Flight telah menempuh perjalanan dari Hill AFB Utah menuju Eielson AFB Alaska selama empat setengah jam pada ketinggian 25.000 kaki dan kecepatan 0.8 MN (Mach Number) atau sekitar 480 KTAS (Knots True Air Speed) melewati area gurun, area perkotaan, selat sepanjang pantai barat dan juga pegunungan bersalju di wilayah Canada bagian utara sebelum memasuki wilayah negara bagian Alaska. Selama perjalanan dilaksanakan air to air refueling dengan pesawat KC-10 dari Travis selama 3 kali pengisian.

Sesuai kondisi ini direncanakan keberangkatan ditunda menjadi tanggal 19 Juli 2014. Perjalanan dari Eielson AFB Alaska menuju Andersen AFB Guam akan berlangsung selama 9 jam 40 menit dan tanggal 22 Juli penerbangan leg terakhir dari Guam langsung menuju Lanud Iswahyudi Madiun dengan waktu 5 jam 16 menit.

Ketiga pesawat direncanakan akan mendarat pada pukul 11.16 di lanud Iswahjudi Madiun pada tanggal 22 Juli 2014 dan akan langsung diparkir di hangar Skadron Udara 3 “The Dragon Nest” untuk inspeksi.

Setelah libur Idul Fitri maka enam instruktur penerbang F-16 akan mulai melanjutkan latihan terbang konversi F-16 C/D nya di Lanud Iswahyudi Madiun mulai bulan Agustus 2014 dibawah supervisi empat instruktur penerbang dari US Air Force Mobile Training Team.

Rencananya pesawat-pesawat ini akan menjalani modifikasi pemasangan peralatan drag chute karena konfigurasi awal pesawat F16C/D-52ID tidak dilengkapi dengan drag chute (rem payung) yang dilakukan tehnisi TNI AU dibantu personil Lockheed Martin pada kuartal pertama 2015.

Seluruh pesawat sebelumnya menjalani upgrading dan refurbished rangka “airframe” serta modernisasi sistem “avionic” dan persenjataan di Ogden Air Logistics Center Hill AFB, Utah.

Rangka pesawat diperkuat, cockpit diperbarui, jaringan kabel dan elektronik baru dipasang, semua system lama di rekondisi atau diganti menjadi baru dan mission computer canggih baru sebagai otak pesawat ditambahkan agar lahir kembali dengan kemampuan jauh lebih hebat dan ampuh.

Modernisasi dan upgrade avionic dan engine pesawat dilaksanakan untuk meningkatkan kemampuan menjadi setara dengan F-16 block 50/ 52, khususnya dengan pemasangan “otak dan syaraf” pesawat yaitu Mission Computer MMC- 7000A versi M-5 yang juga dipakai Block 52+, demikian pula radar AN/APG-68 (V) ditingkatkan kemampuan sesuai system baru yang dipasang. Juga Improved Modem Data Link 16 untuk komunikasi data canggih, Embedded GPS/ INS (EGI) block-52 yang menggabungkan fungsi GPS dan INS dan berguna untuk penembakan JDAM (Bomb GPS), Electronic Warfare Management System AN/ALQ-213, Radar Warning Receiver ALR-69 Class IV serta Countermeasures Dispenser Set ALE-47 untuk melepaskan Chaffs/ Flares anti radar/anti rudal. Untuk seluruh mesin pesawat tipe F100-PW-220/E telah menjalani upgrade menjadi baru kembali, khususnya dengan pemasangan system DEEC (Digital Electronic Engine Computer) baru dan Augmentor Engine baru yang usia pakainnya dua kali lebih lama.

Dalam urusan pertempuran udara pesawat ini cukup handal karena disamping kelincahan F-16 C/D 52ID TNI AU menandingi Block 52 juga dilengkapi rudal jarak pendek AIM-9 Sidewinder L/M/X dan IRIS-T (NATO) serta rudal jarak sedang AIM-120 AMRAAM-C.

Untuk menyerang sasaran darat dan perairan pesawat ini membawa kanon 20 mm, bomb standar MK 81/ 82/ 83/ 84, Laser Guided Bomb Paveway, JDAM (GPS Bomb), Bom anti runway Durandal, rudal AGM-65 Maverick K2, rudal AGM-84 Harpoon (anti kapal), rudal AGM-88 HARM (anti radar).

Peralatan Improved Data Modem Link 16 memungkinkan penerbang melakukan komunikasi data tanpa suara dengan pesawat lain atau dengan radar darat, radar laut dan radar terbang.

Pesawat dilengkapi Head Up Display layar lebar terbaru yang kompatibel dengan Helmet Mounted Cueing System dan Night Vision Google sebagai kelengkapan penerbang kita.

Pesawat juga dilengkapi navigation dan targeting pod canggih seperti Sniper/ Litening untuk operasi tempur malam hari seperti layaknya siang serta mampu melaksanakan missi Supression Of Enemy Air Defence (SEAD) untuk menetralisir pertahanan udara musuh.

Kontrak pembelian juga meliputi pengadaan spare parts, ground support equipment dan training. Peralatan JMPS (Joint Mission Planning System) berfungsi dalam perencanaan operasi pertahanan atau penyerangan udara sesuai manajemen perang udara modern menghadapi lawan dalam situasi perang elektronika serta malam hari.

Sedangkan peralatan RIAIS (Rackmount Improve Avionic Intermediate System), AME (Alternate Mission Equipment) dan PMEL (Precision Measurement Equipment Laboratory) memungkinkan perawatan, kalibrasi dan perbaikan avionic pesawat tingkat sedang dan berat agar tidak tergantung dari luar.

Dilengkapi kemampuan sistem avionic canggih dan senjata udara modern serta keunggulan daya jangkau operasi membuat pesawat ini sanggup untuk menghadang setiap penerbangan gelap atau menghantam sasaran, baik di luar atau dalam wilayah kedaulatan kita, pada saat siang atau malam hari.

Pengalaman dan pemahaman dari aplikasi penggunaan tehnologi perang udara modern yang didapat dalam pengoperasian F-16 CD 52ID niscaya akan membantu kita untuk memperbaiki perencanaan, pengadaan, pelatihan serta doktrin dan taktik perang udara TNI AU.

TNI Angkatan Udara merencanakan armada baru F-16 C/D 52ID ini akan melengkapi Skadron Udara 3 Lanud Iswahjudi Madiun dan Skadron Udara 16 Lanud Rusmin Nuryadin Pekanbaru.

Diharapkan pada saat pesawat tempur masa depan IFX sudah siap dioperasikan maka berbagai prosedur, taktik, pengalaman dan ilmu pengetahuan yang didapat dari pengoperasian pesawat F-16 C/D 52ID bisa kita terapkan untuk menyamai dan bahkan mengungguli kekuatan udara calon lawan dan pesaing negara kita.

Pesawat-pesawat canggih ini akan menambah kekuatan tempur TNI Angkatan Udara sebagai tulang punggung Air Power (Kekuatan Dirgantara) Negara kita demi menjaga Keamanan Nasional Indonesia.

   TNI AU  

Indonesia, Estonia dan Finlandia kembangkan pertahanan cyber

http://suara.com/media/2014/05/Cyber-700x475.jpgKerjasama pertahanan dan keamanan di bidang cyber merupakan topik utama pembahasan dalam pertemuan Menhan RI Purnomo Yusgiantoro dengan Menhan Estonia, Sven Mikser di Tallinn, ibukota Estonia dan dengan Menhan Finlandia, Carl Haglund di Helsinki, Finlandia.

Menhan RI bersama Delegasi Kemhan RI melakukan kunjungan kerja ke Estonia dan Finlandia dalam rangka mengembangkan kerjasama di bidang pertahanan dan keamanan antara Indonesia dengan Estonia dan Finlandia, demikian Sekretaris Pertama Bidang Pensosbud KBRI Helsinki, Made P. Sentanajaya kepada Antara London, Sabtu.

Dalam pertemuan dengan Menhan Estonia, Sven Mikser di Tallinn, Menhan Purnomo Yusgiantoro menyampaikan keinginan Indonesia untuk dapat mengembangkan kerjasama pertahanan dan keamanan di bidang cyber dengan Estonia, yang merupakan salah satu negara dengan Center of excellent pengembangan pertahanan cyber di kawasan Eropa.

NATO Cooperative Cyber Defense Center of Excellent (NATO CCD-COE) yang merupakan pusat pelatihan dan penelitian NATO di bidang pertahanan dan keamanan cyber telah didirikan di Tallinn, sejak tahun 2008.

Menhan Estonia sangat menyambut baik keinginan kerjasama dari pihak Indonesia dan dalam waktu dekat pembahasan kerjasama akan ditindaklanjuti dengan pertukaran informasi dan peningkatan saling kunjung di tingkat staf.

Sementara dalam pertemuan dengan Menhan Finlandia, Carl Haglund di Helsinki tanggal 16 Juli 2014, selain mengupayakan kerjasama di bidang pertahanan dan keamanan Cyber, Menhan juga menginginkan adanya peningkatan kerjasama antara Indonesia dengan Finlandia di bidang Peace Keeping Operation, Penelitian dan pengembangan Industri Pertahanan, serta kerjasama pendidikan dan pelatihan bagi staf TNI.

Sebagai tindak lanjut dari upaya kerjasama yang ditawarkan, kedua negara telah sepakat untuk segera menuangkan langkah-langkah kerjasama di bidang hankam tersebut dalam sebuah Letter of Intent.

Dalam kunjungan kerja ke Finlandia,dari tanggal 14 sampai 16 Juli Menhan RI juga berkesempatan meninjau Finnish Defense Forces International Center (FINCENT) di Tuusula, Finlandia yang merupakan tempat pelatihan dan pendidikan bagi pasukan penjaga perdamaian Finlandia untuk misi-misi perdamaian PBB, serta mengunjungi industri militer strategis Finlandia.

Keinginan Indonesia dalam mengembangkan kerjasama pertahanan cyber dengan Estonia dan Finlandia dilandasi kondisi semakin maraknya gangguan keamanan saat ini yang dilakukan melalui perantara internet.

Kerjasama Indonesia dengan Estonia dan Finlandia dibidang pertahanan dan keamanan cyber diharapkan dapat meningkatkan kemampuan Indonesia dalam menanggulangi potensi gangguan keamanan yang dilancarkan melalui internet tersebut.

   Antara  

[World News] Kapal Baru LMV Singapura

Littoral Mission Vessel 80 mLittoral Mission Vessels (LMV) Angkatan Laut Singapura (photo : ST Marine)Littoral Mission Vessels (LMV) Angkatan Laut Singapura (ST Marine)

Singapura akan membangun total 8 kapal yang disebut Littoral Mission Vessels (LMV), yang ditargetkan mulai operasional tahun 2016 hingga 2020, menggantikan 11 kapal patroli kecil fearless class 500 ton, yang dibangun Singapore Technologies (ST) Marine pada tahun 1990-an.

Desian dan konstruksi dari korrabley LMV dibuat oleh Shipbuilding Division State Association Singapore Technologies – Anak perusahaan ST Marine, yang konstruksinya dilakukan di Galangan Benoi Yard (Keppel Shipyard), Singapura.

Desain kapal ini akan dibimbing oleh perusahaan Jerman yang tergabung dalam ThyssenKrupp Marine Systems (TKMS), untuk membangun, superstructure (komposit) kapal.

Kapal Tipe LMV ini memiliki bobot 1200 ton, panjang 80 meter, lebar 12 meter, yang digerakkan dua mesin disel MTU 20V 4000 M93L dengan kapasitas 11.532 tenaga kuda yang memberikan Kecepatan maksimum 27 knot. Daya jelajah 5000 nautical miles pada kecepatan jelajah 15 knot.
Littoral Mission Vessel -2Di bagian tengah kapal terdapat tempat pendaratan, untuk ruang bagi helikopter anti-kapal selam Sikorsky S-70B Seahawk, juga tempat bagi dua speed boats yang dapat dinaik turunkan dengan cepat. Di bawah helipad tersimpan ruang untuk mengakomodasi berbagai peralatan. Kru Kapal Misi Litoral /LMV berjumlah 30 orang dan bisa menampung 30 orang lainnya.

Persenjataan dasar kapal ini termasuk senjata otomatis super cepat 76mm Oto Melara, dua senjata otomatis berkemampuan remote 25mm (kemungkinan, Rafael Typhoon) serta dua senjata mesin 12,7mm (remotely) Oto Melara HITROLE.
Dual-band radar antenna generic detection Thales NS 100 AFAR, yang akan diinstal di Kapal baru LMV Singapura. (photo : Thales)Dual-band radar antenna generic detection Thales NS 100 AFAR, yang akan diinstal di Kapal baru LMV Singapura. (Thales)

Kapal ini juga menyediakan tempat untuk menampung SAM dan SCRC. Kapal akan dilengkapi radar baru deteksi generik, Thales NS (Naval Smarter) 100 AFAR yang beroperasi di S-dan X-band yang dipasang di tiang terpadu (mast) dan menerima sistem pengendalian tembakan elektro-optik serta memiliki sistem komunikasi satelit Sagem, Airbus Defence and Space SCOT Patrol.(VPK)

   JKGR