Sabtu, 07 September 2019

TNI AL Kerahkan 23 Kapal Perang, 14 Pesawat, dan 139 Alutsista Marinir

Dalam Latgab 2019https://i2.wp.com/www.airspace-review.com/wp-content/uploads/2019/09/Apel-Latgab-TNI-2019.jpg?w=822&ssl=1Antara/Moch. Asimd

Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut (TNI AL) mengerahkan 23 kapal perang, 14 pesawat udara, 139 alutsista tempur Marinir, dan 4.242 prajurit TNI AL dalam Latihan Gabungan TNI Dharma Yudha Tahun 2019 yang akan segera dilaksanakan.

Sebelum pelaksanaan Manuver Lapangan (Manlap), seluruh unsur yang dilibatkan dalam latihan gabungan ini, baik dari TNI AD, TNI AL, dan TNI AU terlebih dahulu melaksanakan Apel Gelar Pasukan guna mengukur kesiapan alutsista dan Prajurit.

Gelar Pasukan dipimpin Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Andika Perkasa mewakili Panglima TNI di Dermaga Koarmada II Ujung, Surabaya, Jawa Timur, Kamis (5/9).

Turut hadir dalam kesempatan ini adalah Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana TNI Siwi Sukma Adji, Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal TNI Yuyu Sutisna serta para pejabat tinggi di jajaran TNI.

Dinas Penerangan Angkatan Laut (Dispenal) dalam rilis berita yang dilayangkan kepada redaksi Airspace Review hari ini menerangkan, Panglima TNI menyampaikan amanatnya yang dibacakan oleh KSAD.

Dikatakan Panglima TNI, Latgab TNI merupakan latihan untuk menguji kesiapsiagaan TNI dalam rangka melaksanakan kampanye militer untuk menghadapi kemungkinan kontijensi yang akan terjadi.

TNI AL dalam Latgab TNI kali ini akan melaksanakan sejumlah serial latihan yang dilaksanakan oleh Komando Tugas Laut Gabungan (Kogaslagab), Komando Tugas Gabungan Amfibi (Kogasgabfib), Pasukan Pendarat Marinir (Pasratmar), maupun Komando Tugas Gabungan Pendaratan Administrasi (Kogasgabratmin).

 ♖ Airspace Review  

Rabu, 04 September 2019

TNI Gelar Latihan Pasukan Pemukul Reaksi Cepat

Di Jayapura dan WamenaSebanyak 94 Pasukan Pemukul Reaksi Cepat (PPRC) TNI melakukan latihan penerjunan di Lanud Silas Papare, Jayapura dan Wamena, Jayawijaya, Rabu (4/9/2019). [Foto/iNews TV/Edy Siswanto]

Sebanyak 94 Pasukan Pemukul Reaksi Cepat (PPRC) TNI melakukan latihan penerjunan di Lanud Silas Papare, Jayapura dan Wamena, Jayawijaya, Rabu (4/9/2019).

Latihan penerjunan di dua lokasi ini dilakukan serentak pada pukul 07.30 hingga 09.00 WIT, dengan masing masing-masing 92 penerjun di Lanud Silas Papare dan 92 penerjun di Bandara Wamena. Keseluruhan pasukan yang diterjunkan dari Batalyon Lintas Udara 501/BY.

Latihan PPRC TNI ini dihadiri langsung oleh Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahyanto, Kapolri Jenderal Pol M Tito Karnavian, pejabat di lingkungan Mabes TNI dan Polri, pimpinan TNI Polri di Papua serta unsur Muspida.

Panglima TNI mengatakan bahwa latihan PPRC TNI 2019 dimaksudkan untuk kesiapsiagaan pasukan PPRC di wilayah Indonesia Timur.

"Untuk profesionalitas kesiapsiagaan PPRC TNI, mulai dari tahap perencanaan hingga pelaksanaan operasi. Selain itu juga, latihan PPRC ini diperuntukkan untuk menyikapi perkembangan global yang cepat dab dinamis, yang berdampak bergesernya hakekat ancaman serta kontijensi," katanya.

Latihan PPRC TNI Tahun 2019 dikoordinatori oleh Divisi 2 Kostrad di Malang Jawa Timur. di tahun 2019 ini dilakukan penerjunan di Divisi 3 wilayah Timur.

"Alhamdulillah semua berlangsung dengan lancar, dan aman dan tujuan dari latihan ini tercapai," kata Hadi Tjahyanto.

Dengan adanya latihan PPRC ini, maka jadwal penerbangan beberapa maskapai dari maupun akan ke Bandara Sentani dan Wamena ditunda beberapa waktu, sesuai dengan waktu penerjunan.

Pihak Perhubungan Bandara klas 1 Sentani mengeluarkan Notam untuk latihan tersebut, dengan nomor B4379/19 Notam N yang ditandatangani langsung oleh Kepala Bandara Sentani Anthonius Widyo Praptono. Delay penerbangan dilakukan sebelum dan sesudah dari waktu latihan. (shf)

   sindonews  

Bakamla Libatkan Unsur Zona Maritim Barat

Dalam Latihan Bersama SEACAT 2019Sejumlah personel Bakamla RI/ Indonesian Coast Guard (IDNCG) yang bertugas di wilayah Zona Maritim Barat, mengikuti Latihan Bersama South East Asia Cooperation and Training (SEACAT) di perairan Asia Tenggara (Singapura dan Filipina) beberapa hari lalu.

Latihan bersama Command Post Exercise (CPE) dan Field Training Exercise (FTX) digelar sejak 26 hingga 30 Agustus 2019.

Selama menjalani lima hari pelatihan dengan instruktur Amerika, para peserta mempelajari materi latihan tentang Hukum Laut serta mempertajam kemampuan boarding party dan peran pemeriksaan penggeledahan terhadap kapal target.

Adapun unsur yang terlibat dalam pelatihan ini antara lain ABK KN Bintang Laut 401, personel Zona Maritim Barat Batam, dan Special Response Team (SRT).

Kegiatan yang dilaksanakan Direktorat Latihan Bakamla RI ini merupakan latihan multilateral yang diprakarsai Amerika Serikat di bidang keamanan maritim (Maritime Security/ MARSEC) dan information sharing di wilayah Asia Tenggara. Latihan bersama ini digelar untuk meningkatkan kemampuan sumber daya Bakamla khususnya pengawak kapal patroli Bakamla.

Bakamla mulai terlibat dalam Latma SEACAT sejak 2017. Pada 2018, Bakamla berpartisipasi dengan mengirimkan KN Belut Laut 4801, satu tim VBSS dan dua Liaison Officer (LNO).

KN Belut Laut 4801 melaksanakan latihan boarding terhadap kapal target (Vessel of Interest / VOI) dengan menurunkan tim VBSS gabungan bersama tim VBSS TNI AL.

Pada 2019 Latma SEACAT melibatkan satu unsur KN Bintang Laut 401 beserta RHIB yang berada di Batam, ABK serta satu Tim VBSS.

Latihan bersama SEACAT bertujuan untuk meningkatkan kerja sama negara-negara Asia Tenggara dalam mengatasi tindak pidana di laut, meningkatkan kerjasama, interoperability dan krisis respon diantara Angkatan Laut, Coast Guard dan Instansi Penegakan Hukum Laut di wilayah Asia Tenggara.

   angkasa news  

[Video] Javelin and Carl Gustav Range

♞ Garuda Shield 2019Javelin and Carl Gustav Range at Garuda Shield 19
PUSLATPUR MARINE BASE, INDONESIA
08.22.2019
Video by Pfc. Ezra Camarena
U.S. Army Pacific Public Affairs Office

Soldiers from U.S. Army Forces and Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI-AD Indonesia Armed Forces) conduct a joint range using javelin and M3 Carl Gustav missiles at Puslatpur Marine Base in Indonesia. Soldiers from 1-27 Infantry Regiment, Wolfhounds, 2nd Infantry Brigade Combat Team, 25th Infantry Division conducted the range with TNI-AD Indonesia Armed Forces a part of the ongoing training conducted during Exercise Garuda Shield.

Garuda Shield is an annual, bilateral military exercise sponsored by the U.S. Army Pacific and hosted annually by Tentara Nasional Indonesia. This year marks the thirteenth iteration of this continuing effort to promote regional peace and security. (U.S. Army Video by Pfc. Erza Camerana, 28th Public Affairs Detachment, Hawaii)


  Youtube  

Selasa, 03 September 2019

Pindad Sudah Mengantongi Kontrak Senilai Rp 4 triliun

♞ Di Semester I Tahun 2019MT Harimau Pindad [Pindad] ★

PT
Pindad (Persero) sudah mengantongi kontrak senilai Rp 4 triliun di semester I 2019. Dengan demikian, realisasi perolehan kontrak sudah mencapai 49,38 % dari target perolehan kontrak sebesar Rp 8,1 triliun di tahun 2019.

Kontrak yang diperoleh terdiri dari kontrak senilai Rp 2,7 triliun untuk alat-alat persenjataan yang digunakan keperluan pertahanan dan keamanan (hankam), serta kontrak senilai Rp 1,3 triliun alat-alat berat yang digunakan untuk keperluan industrial business.

Kontrak pembelian alat persenjataan terdiri atas kontrak penjualan kendaraan tempur sebesar 65%, amunisi sebesar 20% dan senjata sebesar 15%. Adapun pihak yang melakukan kontrak pembelian antara lain meliputi TNI dan Polri.

Sementara itu, pihak yang melakukan kontrak pembelian alat-alat berat untuk keperluan industrial business meliputi pelaku-pelaku bisnis di sektor swasta.

Untuk mengejar target perolehan kontrak sebesar Rp 8,1 triliun hingga akhir tahun, Pindad tengah memproses kontrak penjualan medium tank dan infantry fighting vehicle (8x8) serta alat-alat berat di sektor swasta.

Pada semester I 2019, Pindad mencatatkan pertumbuhan penjualan 38,88% secara tahunan dari Rp 936 miliar pada semester I 2018 menjadi Rp 1,3 triliun di semester I 2019. Penjualan ini merepresentasikan 25,49% dari target penjualan Pindad di sepanjang tahun 2019 yang sebesar Rp 5,1 triliun.

Sebagian besar penjualan masih didominasi oleh penjualan dalam negeri dengan persentase sebesar 85%. Sementara itu, sebanyak 15% sisanya terdiri atas penjualan ekspor.

Pindad telah melakukan ekspor sejak tahun 2006 ke beberapa negara seperti Kamboja, Nigeria, Malaysia, Australia, Korea Selatan, Singapura, Timor Leste, Filipina, Laos dan lain-lain.

Direktur Utama Pindad Abraham Mose mengatakan, ke depannya Pindad akan terus memperluas pasar ekspor di wilayah Asia Tenggara dan Timur Tengah. Pemilihan kedua wilayah didasari pertimbangan besarnya permintaan di wilayah tersebut.

Sementara itu, penjualan domestik terdiri atas penjualan alat-alat di bidang hankam dan industrial business dengan komposisi persentase yang hampir seimbang.

Sebagian besar penjualan alat-alat di bidang hankam berasal dari penjualan amunisi dengan persentase sebesar 70%. Sementara itu, sebanyak 30% sisanya terdiri dari penjualan senjata dan kendaraan tempur.

Sementara itu, penjualan alat-alat di bidang industrial business terdiri atas penjualan eskavator, alat pendukung kereta api, dan bahan peledak komersial. Adapun pihak-pihak yang melakukan pembelian antara lain terdiri dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Kementerian Pertanian, dan perusahaan-perusahaan di sektor swasta.

 Gandeng Perusahaan Korea dan Kanada 

Amunisi buatan Pindad (Detik)PT Pindad akan menggandeng investor dari Korea Selatan dan Kanada. Hal itu dilakukan untuk memenuhi kebutuhan amunisi TNI dan Polri.

Setiap tahun kebutuhan amunisi bagi prajurit TNI dan Polri mencapai 400 juta butir, dengan menggandeng investor asing, PT Pindad memproyeksikan akan memiliki kapasitas produksi amunisi hingga 400 juta butir per tahun pada tahun 2023 mendatang.

Saat ini, rencana tersebut sudah memasuki tahapan pengkajian teknis untuk pemilihan teknologi.

Hal ini kemudian berlanjut dengan tahapan penyusunan feasibility studies untuk memenuhi proses perizinan yang dibutuhkan.

Harapannya, proyek itu bergulir pada semester kedua tahun depan.

  Kontan  

KRI Kujang-642 Ikuti SEACAT 2019

KRI Kujang 642 TNI AL ★

KRI
Kujang-642 ikuti Latihan Bersama (Latma) Multilateral South East Asia Cooperation and Training (SEACAT) yang diselenggarakan mulai tanggal 19 s.d. 31 Agustus 2019.

Latihan ini merupakan salah satu bentuk latihan multilateral yang dilaksanakan setiap tahun antara US Indopacom dalam hal ini dilaksanakan oleh US COMLOG WESTPAC dan 8 angkatan laut negara-negara kawasan Asia Tenggara selama 2 minggu.

Seacat dilaksanakan setiap tahun dengan tujuan latihan untuk mempererat hubungan kerja sama dan latihan angkatan laut di kawasan dalam mengatasi tantangan keamanan maritim secara efektif seperti tindak kekerasan bersenjata di laut, perompakan, penyelundupan dan penangkapan ikan ilegal.

Laksamana Muda Joey Tynch US COMLOG WESTPAC dalam sambutannya mengatakan bahwa kami tidak bisa memberikan contoh yang lebih baik jika negara-negara melaksanakan kerja sama dalam tujuan tertentu, dan hal itu adalah apa yang kita lihat saat ini.

Dalam Latihan Seacat 2019 ini yang dikedepankan adalah pertukaran dan mengumpulkan informasi dari negara-negara kawasan yang mengarah kepada peningkatan maritime domine awarness negara-negara Kawasan Asia Tenggara.

Seacat melaksanakan latihan di Filipina, Singapura, Perairan Malaysia, Perairan Thailand, dan Perairan Utara Pulau Bintan dalam rangka meningkatkan kerja sama militer.

Latihan Seacat 2019 ini juga diisi dengan kegiatan workshop dan latihan VBSS yang melibatkan US, Indonesia, Singapura, Malaysia, Thailand, Filipina, Vietnam dan Bangladesh.

VBSS workshop dilaksanakan di Manila Filipina, seluruh peserta bertukar pengalaman dalam pelaksanaan operasi VBSS serta melaksanakan diskusi study kasus pada operasi VBSS.

Kegiatan Workshops dan seminar maritime security dan maritime domain awarness diikuti oleh LO IFC negara- negara peserta, dengan tujuan meningkatkan sharing informasi dan pengolahan data informasi dari berbagai sumber dalam menjamin kemanan laut.

Latihan manouver lapangan dilaksanakan 15 kali operasi VBSS yang bertujuan untuk melatih peserta latihan kedalam situasi yang sebenarnya dengan skenario tantangan layaknya menghadapi kondisi sebenarnya. skenario tersebut memanfaatkan sharing informasi dari pengelolaan data informasi LO IFC di Singapura.

Setelah latihan dinyatakan selesai selanjutnya akan dilaksanakan kaji ulang di Changi Singapura.

  TNI AL  

TNI AL Pensiunkan KRI Pulau Rote-721

[TNI AL] ★

K
apushidrosal Laksamana Muda TNI Dr. Ir. Harjo Susmoro, S.Sos., S.H., M.H. mewakili Kasal Laksamana TNI Siwi Sukma Adji, S.E., M.M., memimpin upacara penghapusan KRI Pulau Rote-721 dari kedinasan aktif TNI AL di Dermaga JICT, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Rabu (28/ 08) pekan lalu.

Ini merupakan momentum membanggakan dan sekaligus mengharukan bagi sejarah TNI AL. KRI Pulau Rote ini merupakan jenis kapal survey penyapu ranjau yang bertugas sejak tahun 1993 bersama Pushidrosal.

KRI Pulau Rote-721 telah secara aktif mendukung pelaksanaan tugas pokok TNI AL secara signifikan. Tugas-tugas operasi servei dan pemetaan yang diemban oleh KRI tersebut sesuai dengan fungsi azasinya sebagai kapal bantu Hidro-oseanografi (BHO), telah menunjang tugas-tugas survei dan pemetaan hidro-oseanografi Pushidrosal.

Upacara penghapusan KRI, hakikatnya adalah untuk mengantar alut sista memasuki masa purnabaktinya setelah sekian tahun mengabdi kepada TNI Angkatan Laut. Oleh karena itu mari kita renungi dan mengambil hikmah dari upacara penghapusan ini, bahwa hanya dengan pengabdian terbaik sajalah maka nama dan bakti kita akan abadi dalam sejarah TNI Angkatan Laut”, ujar Kasal.

Upacara penghapusan ini merupakan bagian dari siklus daur ulang alutsista yang merupakan program TNI AL dalam pengembangan kekuatan dan juga peremajaan alutsista, sesuai dengan tuntutan serta kompleksitas dinamika lingkungan strategis saat ini. Hal ini ditujukan untuk mencapai visi Angkatan Laut dalam melaksanakan proyeksi secara regional dengan komitmen global.

  TNI AL  

Senin, 02 September 2019

HAPs Bisa Menjadi Alternatif Teknologi Telekomunikasi

Solusi murah selain Satelit Zephyr T and Zephyr S UAVs [Airbus]

Deputi Bidang Koordinasi Komunikasi, Informasi dan Aparatur Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan Marsda TNI Rus Nurhadi Sutedjo mengatakan pada era high-tech saat ini pemanfaatan udara sebagai wilayah kedaulatan NKRI semakin dikaji dari segi kelayakan dan aspek kemanfaatannya. Salah satu teknologi yang dapat dimanfaatkan di posisi ini adalah teknologi Wahana Dirgantara Super atau High Altitude Platform (HAPs) sebagai sebuah alternatif wahana atau media teknologi telekomunikasi pada era digital.

HAPs merupakan stasiun yang berlokasi pada ketinggian 20 hingga 50 km pada titik spesifik, nominal dan fixed dari permukaan bumi.

Kelebihan utama HAPs yaitu dapat memanfaatkan teknologi Jaringan Aman Mandiri (JAM) yang saat ini merupakan pionir kemandirian teknologi telekomunikasi dan informatika di Indonesia.

High Altitude Platform (HAPs) merupakan sebuah teknologi wahana terbaru yang mampu mengangkut berbagai jenis teknologi telekomunikasi broadband,” kata Rus Nurhadi saat membacakan sambutan Menko Polhukam pada acara Forum Koordinasi dan Konsultasi (FKK) di Bandung, Senin (26/08/2019).

Dalam FKK bertema ‘Wahana Dirgantara Super Sebagai Teknologi Pendukung Jaringan Aman Mandiri Dalam Mewujudkan Kedaulatan Informasi Negara’ tersebut, Rus Nurhadi juga menyampaikan bahwa telah dilakukan beberapa kajian agar HAPs dapat menjadi solusi alternatif untuk mengatasi keterbatasan infrastruktur telekomunikasi terutama telekomunikasi terestrial.

HAPs memiliki potensi yang besar sebagai teknologi penunjang dalam mendukung infrastruktur jaringan aman pemerintah, karena dapat menjadi backhaul atau backbone jaringan aman pemerintah selain satelit. HAPs selain memiliki keunggulan efisiensi biaya, sangat cocok untuk menjangkau wilayah rural dan wilayah perbatasan maritim di Indonesia,” kata Rus.

Dirinya mengatakan bahwa pemerintah selaku penyelenggara pemerintahan tidak hanya bertugas sebagai regulator, administrator, fasilitator dan akselerator, namun juga harus mampu menjadi inisiator gagasan serta ide-ide baru dalam teknologi.

High altitude platform systems (HAPS)High altitude platform systems (HAPS). (Indomiliter)

Rus menambahkan, jika Indonesia mampu secara aktif memproduksi dan memanfaatkan teknologi terbaru maka Indonesia memiliki sebuah kesempatan untuk menyumbangkan beberapa gagasan yang dapat dijadikan standar internasional, serta meningkatkan daya saing Indonesia pada umumnya. Hal ini juga seiring dengan semangat menciptakan kedaulatan informasi melalui azas kemandirian dalam penguasaan teknologi.

Teknologi HAPs ini ke depan akan sangat kita butuhkan. Sebagai negara yang berdaulat dan ingin sejajar dengan negara-negara maju tetunya juga harus melihat aspek kemanjuan teknologi supaya bisa bersama-sama membangun. Kedepannya, (saya harap) komunikasi dan informasi yang berada di jaringan aman dan mandiri ini bisa berjalan dengan baik sehingga kita akan sedikit mereduksi hal-hal yang memungkinkan terjadinya kebocoran informasi yang bisa disalahgunakan pihak-pihak tertentu,” kata Rus.

Selain itu, Kepala Forum Penggiat Indonesia-ITU Edy Setiawan mengatakan teknologi dapat membuka kesempatan bagi kita untuk memecahkan masalah ditengah kesenjangan digital saat ini, salah satu solusi yang bisa diterapkan adalah dengan menggunakan teknologi HAPs tersebut.

HAPs bisa menjadi solusi, ini teknologi baru yang walaupun di seluruh dunia belum ada yang operasional, namun kita perlu bersiap. Pada saat teknologi ini datang, kita siap dengan regulasi, kita siap dengan SDM, kita siap dengan penerima teknologi. Karena penerima teknologi itu juga ada aspek socioculture, sehingga kita perlu persiapkan supaya bisa kita manfaatkan dengan maksimal,” kata Edy.

 Kohanudnas Siap Menjamin Penggunaan HAPs 

Sedangkan dari aspek keamanan, Assops Komando Pertahanan Udara Nasional Indonesia (Kohanudnas) Kolonel pnb Yosta Riza mengatakan siap menjamin penggunaan HAPs secara aman sehingga tidak ada kebocoran. “HAPs ini posisinuya masih di wilayah udara sehingga (kami) meyakinkan benar-benar HAPs ini digunakan untuk kepentingan kita tanpa ada kebocoran, kami menjamin untuk keamanannya dan tentunya ini berada di kontrol kita sehingga ancaman-ancaman yang mungkin datang dari HAPs ini yang harus Kohanudnas selaku pengawas di negara ini melakukan tugasnya,” kata Yosta.

  ★ Polkam  

Latihan Maritim Pertama Antara ASEAN dan AS

8 Kapal Perang Bersama 1000 Pasukan Ilustrasi

Delapan kapal perang, empat pesawat, dan lebih dari 1.000 personel tentara dari Amerika Serikat (AS) dan 10 negara Asia Tenggara akan bergabung dengan latihan maritim yang dimulai Senin (2/9/2019).

Latihan Maritim ASEAN-AS (AUMX) pertama antara ASEAN dan AS ini berlangsung selama lima hari, dimulai dari Pangkalan Angkatan Laut Sattahip di Thailand dan berakhir di Singapura.

Latihan tersebut dilakukan di tengah keterlibatan AS yang kian meningkat di wilayah itu; serta pengakuan antara China dan negara-negara Asia Tenggara atas Laut Cina Selatan, yang diklaim oleh Brunei, Malaysia, Vietnam, dan Filipina.

Dipimpin bersama oleh Angkatan Laut AS dan Kerajaan Thailand, latihan itu akan merentang ke perairan internasional di Asia Tenggara, termasuk Teluk Thailand dan Laut China Selatan sebelum berakhir di Singapura,” demikian pernyataan dari kedutaan AS di Bangkok, seperti dilaporkan AFP, Senin (2/9/2019).

AUMX membangun keamanan maritim yang lebih besar di atas kekuatan ASEAN, kekuatan ikatan navy-to-navy kami, dan kekuatan kepercayaan kita bersama dalam Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka,” kata Laksamana Muda Joey Tynch, yang mengawasi kerja sama keamanan Angkatan Laut AS di Asia Tenggara.

Ke-10 anggota ASEAN akan ambil bagian dalam latihan yang meliputi simulasi operasi pencarian dan penyitaan.

China mengklaim menguasai sebagian besar Laut China Selatan, yang merupakan rute pelayaran internasional.

Dalam perjalanan ke Thailand bulan lalu, Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mendesak negara-negara Asia Tenggara untuk menekan China terkait klaim tersebut.

  ★ I News  

Minggu, 01 September 2019

[Dunia] China Bikin Drone Canggih

Untuk Hancurkan Jet Tempur Siluman F-35 AS https://cdn.sindonews.net/dyn/620/content/2019/08/31/41/1435263/ini-drone-canggih-china-untuk-hancurkan-jet-tempur-siluman-f-35-as-YLT.jpgDrone target siluman LJ-I China yang dipamerkan di MAKS-2019 di Rusia. Foto/Asia Times

Di saat Amerika Serikat (AS) dan sekutunya membanggakan pesawat jet tempur siluman F-35, China diam-diam mempersiapkan metode untuk menghancurkannya. Senjata canggih Beijing ini adalah drone target siluman LJ-I.

Drone atau pesawat nirawak LJ-I yang memiliki kemampuan sembunyi-sembunyi dipamerkan di Russian International Aviation and Space Salon (MAKS)-2019 di Zhukovsky.

Gambaran simulasi pertempuran dari senjata canggih Beijing ini adalah ketika di medan perang yang dibayangkan, F-35 lepas landas dari markasnya, menuju sasarannya dan tidak sadar sedang dilacak oleh pasukan drone canggih LJ-I.

Dengan cekatan diluncurkan dari pesawat pengebom, tujuan drone itu adalah untuk menjebak pesawat musuh pengganggu dan menghancurkannya. Kecil, tidak terdeteksi, mematikan. Dengan kata lain, jika terjadi pertempuran antara LJ-I dan F-35 maka salah satunya akan mati.

Menurut para ahli militer, drone LJ-I akan memberikan pengalaman militer China dengan pengalaman menghadapi jet tempur siluman seperti F-35, dan mungkin lebih canggih di masa depan.

Dipamerkan di stan Northwestern Polytechnical University, LJ-I adalah drone target subsonik tinggi yang mampu mensimulasikan manuver pesawat generasi keempat maupun generasi kelima.

LJ-I dapat terbang untuk waktu yang lama, memiliki kemampuan manuver yang tinggi dan dilengkapi dengan sistem penanggulangan elektronik serta kemampuan pengacau. Klaim itu dipaparkan Northwestern Polytechnical University dalam sebuah pernyataan yang dikirim kepada Global Times, yang dikutip Asia Times, Sabtu (31/8/2019).

Menurut pernyataan tersebut, drone sepanjang 4,7 meter, lebar 2,5 meter ini juga hemat biaya. Beberapa LJ-I juga dapat membangun formasi untuk mensimulasikan pertempuran nyata.

Sumber yang mengetahui program drone tersebut mengatakan pesawat nirawak LJ-I dapat bertahan hingga 9G atau 6G selama 30 detik dan memiliki daya tahan penerbangan 60 menit. Kecepatan jelajahnya antara 400 knot (741 km/jam) hingga 533 knot. Pesawat mendarat menggunakan parasut.

AS telah menjual F-35 kepada sekutunya di wilayah Asia-Pasifik, termasuk Jepang, Korea Selatan dan Australia, dengan AS sendiri juga mengerahkan jet tempur tersebut pada kapal induk dan kapal serbu amfibi.

Analis militer mengatakan, AS sedang mencoba untuk membentuk "lingkaran teman-teman F-35" di wilayah Asia-Pasifik, yang dapat menjadi ancaman bagi pertahanan nasional China.

Dengan memiliki drone target siluman, China bisa berlatih teknik dan taktik, dan mengembangkan senjata baru berdasarkan hasil pelatihan Tentara Pembebasan Rakyat (PLA).

Beberapa ahli mengatakan kekuatan terbesar F-35—juga merupakan kelemahan terbesar—ini pada dasarnya adalah sebuah komputer di angkasa. Sedangkan komputer, seperti diketahui secara umum, bisa diretas.

Menurut analisis situs web Fighter Sweep, setiap F-35 di dunia—apakah milik cabang militer Amerika atau sekutu asing—menyampaikan informasi kembali ke AS melalui setidaknya dua jaringan aman. Yang pertama adalah jaringan Autonomic Logistics Information System atau atau ALIS.

ALIS memungkinkan perbaikan atau pemeliharaan F-35 yang cepat tanpa penundaan yang disebabkan oleh kekurangan suku cadang atau menunggu peralatan.

Musuh musuh yang mendapatkan akses ke sistem ALIS dapat mendatangkan malapetaka pada penjadwalan perbaikan dan pemeliharaan, membuat banyak pesawat tidak beroperasi. Ancaman yang lebih besar adalah peretas menggunakan jaringan ALIS untuk menemukan jet-jet tempur F-35 di seluruh dunia dan mendapatkan informasi penting tentang operasi yang mereka lakukan.

Jaringan yang kedua adalah Joint Reprogramming Enterprise atau JRE, yang menyediakan "perpustakaan" yang diperbarui terus-menerus tentang sistem dan kemampuan senjata musuh yang dimaksudkan untuk membantu memberi informasi yang lebih baik kepada pilot F-35 ketika mereka menuju ke pertempuran.

Peretas yang mendapatkan akses ke sistem JRE berpotensi menjatuhkan F-35 atau meninggalkan F-35 tanpa salah satu alat yang paling berharga, atau bahkan mengubah data yang disediakannya untuk menunjukkan celah dalam pertahanan yang tidak benar-benar ada. Akibatnya, JRE dapat digunakan untuk memancing pilot F-35 yang tidak curiga ke dalam perangkap. (mas)

  SINDOnews