Selasa, 28 Februari 2012

Penangkapan Suud Rusli

KILAS BALIK :  PENANGKAPAN SUUD RUSLI ( Mantan Anggota Denjaka )

Gunawan Santoso
Bukan hal mudah memburu Kopral Dua (Kopda) Marinir Suud Rusli. Terpidana mati kasus pembunuhan Dirut PT Asaba, Budyharto Angsono, telah sering melarikan diri dari Rumah Tahanan Militer. Untuk menangkap mantan anggota Marinir itu, TNI-AL menerjunkan tim khusus.

Pentingnya penerjunan tim khusus untuk menangkap kembali Suud Rusli, karena yang bersangkutan memiliki kemampuan teknis khusus sebagai anggota pasukan khusus TNI-AL. ''Karena dia (Suud Rusli) memiliki kemampuan khusus, maka TNI-AL juga menurunkan tim khusus untuk memburu dia sampai tertangkap,'' tegas Kepala Staf TNI-AL (KSAL) Laksamana Slamet Soebijanto kepada wartawan di Surabaya, kemarin.


Di lain pihak Kepala Dinas Penerangan TNI-AL Laksamana Pertama TNI Abdul M Yusuf menyatakan, Rusli melarikan diri dengan cara memotong jeruji sel tahanan pakai gergaji besi. ''Dia meloloskan diri dengan cara memanjat dinding sel memakai sambungan sarung-sarung di mushala rumah tahanan itu, lalu menuruni dinding sel dengan tali dari sarung tersebut,'' katanya.


Dengan kemampuan khusus yang dimiliki sebagai anggota pasukan khusus, Suud Rusli mampu meloloskan diri dari Rumah Tahanan Militer Cibinong. Padahal, selama berada di rumah tahanan tersebut, kedua kaki Suud dirantai.


Suud berhasil melepaskan ikatan rantai dari kedua kakinya lantas menggergaji jeruji besi di kamar tahanannya. Selanjutnya, Suud melompat pagar rumah tahanan tersebut untuk melarikan diri.


Pelarian Suud Rusli pada Lebaran silam merupakan kali kedua. Sebelumnya dia juga berhasil lolos dari rumah tahanan, namun sebulan kemudian tertangkap di Malang. Saat ditangkap di Malang, Suud sempat dihadiahi tembakan oleh petugas yang memburunya, karena berusaha meloloskan diri.


''Dengan keahlian khususnya dia mampu kabur. Makanya perlu kita terjunkan tim khusus untuk memburunya,'' tambah Laksamana Slamet. Tim khusus TNI-AL ini diterjunkan ke sejumlah tempat yang diduga sebagai lokasi pelarian Suud Rusli. Orang pertama di Mabes TNI-AL ini keberatan mengungkapkan lokasi mana yang jadi target buruan tim khusus untuk menangkap kembali Suud Rusli. ''Tak usahlah disebutkan,'' katanya.


Karena di Malang Suud Rusli pernah ditangkap saat pelariannya yang pertama, kemungkinan besar mantan anggota Marinir itu juga menjadikan Malang sebagai tempat pelariannya. Tapi, kemungkinan Suud Rusli tak lama berada di Malang.


Dia terus bergerak mobil untuk menghindari kejaran tim pemburu. KSAL mengakui, terpidana mati itu prajurit yang memiliki keahlian khsusus, sehingga sangat lihai mengelabui petugas.


Karena itu, pihaknya tidak mau kecolongan, makanya tim khusus diturunkan untuk mengimbangi kemampuan terpidana.


Apakah Suud Rusli akan ditembak tim pemburu jika melawan ketika akan ditangkap? Laksamana Slamet menyatakan, yang penting dilakukan tim pemburu adalah menangkap yang bersangkutan. Petugas yang memburu tentu sudah tahu bagaimana prosedur tindakan menangkap terpidana mati tersebut. Langkah proporsional tentu dilakukan tim.


Suud Rusli dan bekas Letnan Dua (Marinir) Syam Ahmad Sanusi melarikan diri pada 5 Mei 2005. Namun Suud tertangkap 31 Mei 2005 di Malang. Suud Rusli dan Syam Ahmad Sanusi 19 Juli 2003 terlibat dalam pembunuhan Dirut PT Asaba Boedyharto Angsono dan pengawalnya, Edy Siyep.


Suud dan Syam divonis mati oleh Pengadilan Militer. Keduanya sebetulnya sedang menunggu eksekusi dari Mahkamah Militer Garnisun I Jakarta. Kasus ini didalangi oleh Gunawan Santosa, menantu Boedyharto Angsono, yang juga divonis hukuman mati. Selain divonis hukuman mati, Suud dan Syam Ahmad juga dipecat dari dinas militer.

☆ Kisah Tragis Perburuan Mantan Pasukan Elit TNI AL

Jenasah mantan anggota pasukan elit TNI-AL
SETELAH hampir tiga tahun buron, akhirnya mantan anggota pasukan elit TNI AL itu menemui ajalnya setelah terlibat baku-tembak dengan aparat TNI AL.

Terkait masalah itu, Kepala Dinas Penerangan Angkatan Laut (Kadispenal) Laksamana Pertama TNI Sugeng Darmawan dan Komandan Pusat Polisi Militer Angkatan Laut Brigjen TNI (Mar) Sapardi memberikan keterangan kepada wartawan, tentang kronologis berhasilan penyergapan yang dilakukan Pomal TNI AL, terhadap pelaku penembakan pimpinan PT Asaba, Syam Ahmad Sanusi, buronan Pomal selama kurang lebih tiga tahun di Kampung Cibeunyi, Pandeglang, Banten, Senin (20/8).

Kadispenal menjelaskan keberhasilan Pomal dalam penyergapan Syam Ahmad Sanusi tersebut berkat informasi dan bantuan warga masyarakat serta kerja sama yang baik dengan pihak kepolisian. Menurut dia, Syam Ahmad Sanusi merupakan salah seorang tersangka yang sangat pintar dan lihai menghindar dari kejaran petugas karena disamping merupakan mantan tentara, Syam juga mantan salah seorang pasukan elite TNI AL.


Menurut Kadispenal, pada bulan Juli 2007, Tim Pomal Lantamal III melakukan koordinasi dengan Polres Pandeglang sehubungan dengan adanya informasi dari masyarakat tentang keberadaan Syam di wilayah tersebut selama kurang lebih 1 tahun. Tanggal 16 Agustus 2007, Pomal Lantamal III berhasil mendapatkan informasi keberadaan Syam di persembunyiannya di sebuah gubuk di pinggir Kampung Cibeunyi, Desa Cilaja, Pandeglang, Banten.

☆ Penyergapan


KOMANDAN Tim Pomal Lantamal III, Letkol Laut (PM) Ananta pada Jumat dinihari tanggal 17 Agustus 2007, memimpin penyergapan beranggotakan empat orang yaitu Lettu Laut (PM) Dodi Prionggo, SH; Pelda Pom Eko Budi S, Kopda Pom Iwan Setiawan, dan Kopda Pom Sunanto.


Saat pelaksanaan penyergapan tersebut, dua anggota Pomal yaitu Lettu (PM) Dodi Prionggo, SH dan Kopda Pom Iwan Setiawan mendekat ke gubuk dengan gerakan senyap, sementara Pelda Pom Eko Budi S dan Kopda Pom Sunanto tetap di posisi masing-masing untuk melakukan perlindungan dan mengantisipasi Syam melarikan diri. Kemudian Komandan Tim mendobrak pintu gubuk sambil berteriak ...jangan bergerak...!, dan menerobos ke dalam gubuk dengan pistol yang diarahkan ke Syam sambil menyalakan lampu senter ke wajah Syam. Namun diluar dugaan, dalam waktu singkat, Syam mengambil senjata dan menembak beberapa kali ke arah Komandan Tim yang mengenai tubuhnya. Atas tembakan tersebut, Komandan Tim melakukan tembakan balasan secara beruntun ke arah Syam, akibatnya Syam tersungkur.


Sementara itu, Lettu Laut (PM) Dodi dan Kopda Pom Iwan segera mendekat memberikan bantuan dengan melakukan penembakan ke arah posisi Syam, namun Syam masih sempat memberikan tembakan ke arah pintu gubuk yang mengenai Lettu Laut (PM) Dodi dan Kopda Pom Iwan. Aksi tembak menembak tersebut berlangsung selama kurang lebih 15 menit. Menyadari bahwa dirinya dan anggotanya terkena tembakan, Komandan Tim memerintahkan anggotanya untuk menjauh dari gubuk sementara dua anggota lainnya tetap berjaga-jaga di posisi masing-masing. Oleh karena rasa kuatir akan keselamatan kedua anak buahnya akibat luka yang dideritanya, maka Komandan Tim melapor kepada Komandan Pomal Lantamal III untuk mendapatkan arahan.


Komandan Pomal Lantamal III selanjutnya melapor kepada Wadan Puspomal yang selanjutnya segera meluncur ke TKP dan Tim Pomal selanjutnya menghubungi Polres Pandeglang dan Reskrim Polda Metro Jaya melalui telepon untuk meminta bantuan evakuasi anggotanya ke RS Pandeglang. Setelah mendapatkan informasi tersebut, Tim Reskim Polda Pandeglang dipimpin AKP Yusup Rahmanto meluncur ke TKP bergabung dengan Tim Pomal, selanjutnya Lettu Laut (PM) Dodi dan Kopda POM Iwan dievakuasi ke RS Pandeglang untuk mendapatkan perawatan. Sementara itu, Dan Tim tetap bertahan untuk memimpin proses penangkapan Syam. Atas saran Komandan Tim Polres dengan mempertimbangkan luka yang dideritanya, akhirnya Komandan Tim Pomal juga dievakuasi ke RSU Serang bersama kedua anggotanya yang selanjutnya dilarikan ke RSAL Mintohardjo dengan menggunakan ambulans dari Diskes Lantamal III dan Lanal Banten.


☆ Lima tembakan


PENGEPUNGAN terhadap Syam dilanjutkan dengan kekuatan tambahan dari Polres Pandeglang kemudian sekitar pukul 06.30 WIB setelah cuaca terang, Tim Pomal yang tersisa dibantu Tim Polres Pandeglang setelah melalui berbagai pertimbangan segera melakukan penyisiran atau pembersihan ke gubuk dengan memberikan tembakan ke dalam gubuk dan tidak ada lagi perlawanan dari Syam. Selanjutnya ditemukan Syam dalam posisi tergeletak di dekat tempat tidur dan sudah dalam keadaan tidak bernyawa lagi. Tim Pomal dan Tim Polres segera melakukan identifikasi dan olah TKP yang selanjutnya membawa jenazah Syam ke RSU Pandeglang untuk divisum dan membawa seluruh barang-barang milik Syam ke Polres Pandeglang.

Kemudian pada hari yang sama pukul 10.30 WIB jenazah Syam dibawa ke RSAL Dr Mintohardjo Jakarta dan pada pukul 12.00 WIB jenazah tiba di RSAL Dr Mintohardjo untuk selanjutnya dilakukan perawatan jenazah. Pada pukul 16.00 WIB jenazah selanjutnya diserahkan Wadan Puspomal kepada pihak keluarga yang diwakili oleh Lukas, adik kandung dari Syam. Kemudian dengan menggunakan ambulans RSAL Dr Mintohadjo dan pengawalan dari petugas Pomal jenazah Syam diberangkatkan ke kediaman orang tuanya di Desa Sukabakti, Curug, Tangerang, Banten untuk dimakamkan. Seluruh biaya perawatan jenazah ditanggung oleh Pomal. Disamping itu, pihak Pomal juga memberikan bantuan uang duka.

Akibat dari operasi penyergapan Syam, terdapat korban luka tembak yaitu Letkol Laut (PM) Ananta yang mengalami luka tembak di dada sebelah kiri, kemudian Lettu Laut (PM) Dodi Prionggo mengalami luka tembak di bagian perut tembus hingga belakang, kecuali Kopda POM Iwan yang mengalami luka tembak di lengan sebelah kanan dan proyektilnya masih bersarang, pada malam harinya proyektilnya sudah dapat dikeluarkan, Pada tubuh Syam didapati lima tembakan yaitu satu tembakan di dada di perut yang tembus ke belakang, satu di sekitar kemaluan dan juga di kaki sebelah kanan dan kiri masing-masing satu tembakan.


Selain memberikan keterangan pers kepada wartawan, pihak TNI AL juga memperlihatkan sejumlah barang-barang milik tersangka Syam yang dipergunakan selama pelariannya sebagai barang bukti, antara lain pistol jenis FN beserta 13 peluru dan selonsong 20 butir, satu set senjata tajam, satu kapak, satu gergaji, satu set perlengkapan lapangan, satu buah sepeda motor, satu buah sepeda gunung, dua pasang sepatu renang, satu baju PDL loreng TNI, dan beberapa peralatan militer lainnya.


☆ Suud Rusli, Terpidana Mati yang Jadi Instruktur Kedisiplinan di Lapas Porong

Terpidana mati Suud Rusli di Porong Foto Fedrik Tarigan/JP)
SUDAH lebih dari tiga tahun Suud menghuni blok D Lapas Porong. Itulah blok dengan sistem pengamanan tingkat tinggi. Menilik riwayat kejahatan Suud, wajar bila dia dijebloskan di sel dengan pengamanan superketat. Pria 43 tahun itu adalah narapidana kasus pembunuhan yang divonis mati!

Suud adalah salah seorang pelaku pembunuhan bos PT Asaba Boedyharto Angsono dan pengawalnya,  Edy Siyep, di Pluit, Jakarta Utara, pada 19 Juli 2003. Suud tidak beraksi sendiri. Dia "berkolaborasi" dengan sesama anggota Marinir, yakni Syam Ahmad (tertembak mati pada 17 Agustus 2007). Keduanya kemudian divonis mati oleh pengadilan militer.

Saat menunggu eksekusi, Suud dan Syam melarikan diri dari Rumah Tahanan Militer (RTM) Cibinong pada 5 Mei 2005. Suud tertangkap pada 31 Mei 2005 di Malang dengan dua tembakan di kaki. Lima bulan berselang, dia kembali melarikan diri dari RTM Cimanggis.

Namun, pelariannya tidak lama. Suud dibekuk pada 23 November 2005 dan menghuni Lembaga Pemasyarakatan Militer Pilang, Wonoayu, Sidoarjo. Pada pertengahan 2008, dia dipindah ke Porong.

Jenazah Dirut PT Asaba
Latar belakang Suud sebagai mantan personel militer membuatnya didapuk sebagai instruktur AO (admisi orientasi) di Lapas Porong. Itu adalah program pelatihan kedisiplinan untuk para napi. Mereka menjalani latihan kedisiplinan selama satu jam setiap Senin hingga Jumat.

Pada Selasa pagi (3/1), Suud nongol di lapangan. Dia tampak segar. Senyumnya mengembang. Suud mengenakan seragam instruktur AO berupa kaus lengan panjang warna cokelat muda dipadu celana hitam. Wibawanya sebagai seorang pemimpin begitu kentara. "Di sini tidak ada hukuman dengan penyiksaan," ungkap Suud.

Untuk melatih kedisiplinan, hukuman yang diberikan paling-paling berupa lari atau push-up. Metode latihannya bervariasi. Misalnya, kegiatan baris-berbaris dan mengibarkan bendera. Para napi juga dilatih teliti. Hal itu terlihat ketika mereka diminta untuk mengecek perlengkapan. Para napi pun bergegas memegang bagian tubuh, mulai kaki, lutut, dada, pundak, hingga kepala.

Suud mengatakan, sebenarnya dirinya sudah lama memiliki pemikiran untuk melatih sesama napi. Dia menginginkan ada kegiatan pembinaan yang bermanfaat. Semua itu berawal dari keprihatinnya melihat napi yang sering keluar masuk penjara.

Usut punya usut, Suud menyimpulkan bahwa hal itu terjadi karena napi tersebut memiliki mental yang kurang baik. Karena itu, pembinaan mental dilakukan lewat program AO.

Setiap napi wajib mengikuti AO. Bagi yang tidak hadir, mereka wajib lapor. Suud menerapkan aturan ketat. Napi yang absen dipanggil satu per satu. Dengan cara itu, kegiatam AO yang di back up bagian pengamanan lapas pun berjalan lancar. "Ada buku presensi untuk peserta AO," kata Suud.

Suud benar-benar bersemangat menjalankan tugas sebagai instruktur. Dia bahkan kerap mengabaikan kesehatannya sendiri. Belum lama ini dia baru saja menjalani operasi usus buntu di sebuah rumah sakit di Surabaya. Akibatnya, dia tidak bisa maksimal saat memberikan pelatihan. Suud tetap memaksakan diri dengan memimpin latihan dengan duduk di kursi.

Dalam setiap kesempatan, Suud memberikan semangat bagi para napi yang mengikuti kegiatan AO. "Kita ini bukan orang jelek. Mari tunjukkan bahwa kita bisa," katanya melalui pengeras suara.

Siapa sangka, program tersebut mendapat respons positif dari para napi. Meski kegiatan AO hanya diwajibkan selama tiga bulan, ternyata ada beberapa napi yang "ketagihan". Mereka tetap ikut AO meski sudah lewat dari tiga bulan.

Salah seorang napi yang terus mengikuti AO adalah Budi Santoso, 61. Napi kasus narkoba yang divonis penjara selama empat tahun itu mengaku senang dengan kegiatan AO. Meski usia sudah kepala enam, dia tetap fit dan betah berpanas-panas di lapangan. "Kalau tidak ada kegiatan, malah tidak enak," imbuh penghuni blok A itu.

Hal senada juga disampaikan Sugeng. Penghuni blok B itu malah pernah menitikkan air mata saat berhasil mengibarkan bendera. Dia merasa terharu karena selama ini tidak pernah mendapat pelajaran seperti itu. Karena itu, ketika tidak ada AO pada Sabtu dan Minggu, Sugeng malah sedih. "Diam saja membuat badan sakit," kata napi kasus narkoba itu.

Banyak dampak positif dari program AO. Selain meningkatkan disiplin, beberapa napi berhasil lepas dari ketergantungan kepada narkoba. Ada juga yang sukses menurunkan berat badan setelah mengikuti program AO.

Kalapas Porong Nur Achmad S. menyatakan senang dengan suksesnya program AO. Salah satu bukti sukses itu adalah prestasi kelompok pramuka mereka menjadi peringkat kedua nasional dalam Raimuna Pemasyarakatan se-Jawa-Bali di Cibubur.

Keberhasilan itu tidak terlepas dari peran Suud. Dia berhasil mendidik para napi anggota pramuka. "Suud baik sekali selama menjalani pembinaan di sini," kata Nur. (*/c4/ca)


Sumber :
  • rudy79
  • jpnn

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.