Senin, 27 Februari 2012

Sorot 74 : "Teroris Tak Bisa Hidup di Aceh"

☆ Wawancara Gubernur Aceh Irwandi Yusuf

 

Irwandi Yusuf (VIVAnews/Tri Saputr
PERDAMAIAN di Aceh terancam oleh ulah sekelompok orang bersenjata di bukit Jalin, Janthoe, Aceh Besar, akhir Februari lalu. Mereka bukan bekas kombatan Gerakan Aceh Merdeka (GAM), yang pernah mengangkat senjata hampir tiga dekade. Dari bukti temuan polisi di lapangan, kelompok itu punya jalinan dengan Al-Qaeda Asia Tenggara, organisasi bawah tanah pimpinan Usamah bin Ladin.

Tentu, aksi itu membuat banyak warga di ujung Pulau Sumatera berang. Aceh baru saja pulih dari konflik, dan juga bangkit dari bencana tsunami. Itu sebabnya Gubernur Aceh Irwandi Yusuf mendukung operasi penangkapan gerombolan bersenjata itu. “Saya minta Polri mengejar mereka semua,” ujar Irwandi saat berada di Jakarta, 9 Maret 2010.

Bekas juru bicara dan pengatur strategi militer GAM itu, juga mengerahkan para bekas kombatan GAM di sekujur Aceh agar membantu mengungkap jaringan teroris. Lalu, apa yang dicari kelompok teror itu di Aceh? Berikut wawancara Irwandi Yusuf, dia ditemani mantan Panglima GAM Muzakkir Manaf, dengan para wartawan di Hotel Borobudur, 9 Maret 2010.  Pada waktu berbeda wawancara juga dilakukan Nezar Patria dari VIVAnews, di Hotel Mulia, Jakarta. Petikannya:

☮ Anda pernah mengatakan sudah mencium gerakan ini sejak awal di Aceh?
Betul. Kami sudah memantau mereka sejak setahun sebelumnya. Mereka mungkin menyusup lewat pelatihan sukarelawan untuk membela Palestina. Ada organisasi berpusat di Jawa tapi punya cabang di Aceh, merekrut sukarelawan itu. Mereka berlatih paramiliter. Nah, kalau kita melihat mereka yang tertangkap, mereka berasal dari luar Aceh. Ada satu dua putra Aceh yang direkrut. Tapi jelas semua tak ada kaitan dengan GAM.

☮ Anda memantau sendiri?
Tidak sendiri tentu. Jaringan bekas kombatan tersebar di seluruh Aceh. Kami punya jalur memantau kegiatan yang berupaya mengacaukan Aceh. Mereka yang bikin ulah itu semua orang luar. Dari Pandeglang, Solo dan beberapa tempat lain.
 

☮ Lalu, apa langkah mencegah kelompok itu beraksi?
Kami berkoordinasi dengan Polri. Informasi kita teruskan ke polisi, dan aparat memang mencari waktu yang tepat untuk menindak. Soalnya, waktu itu jumlah terdeteksi masih kecil. Ditunggu momen tepat untuk bergerak ke tempat mereka. Saya juga terjun ke lokasi kejadian di Lamkabeu (Aceh Besar) setelah menerima informasi ada konflik senjata di sana. Kami ingin memastikan tak ada eks kombatan GAM terlibat kelompok itu.

☮ Kenapa kelompok bersenjata seperti itu bisa masuk ke Aceh?
Yang terpenting, kasus ini bukan orisinil kasus Aceh. Ini kasus datang dari luar. Para teroris itu salah menduga, disangkanya karena Aceh itu muslim semuanya, dia bisa mudah masuk. Kemudian, karena Aceh ada GAM, mereka mengira bisa berlindung dibalik GAM. Ternyata tidak semudah itu. Informasinya masuk ke saya, dan saya teruskan ke polisi.

☮ Ada kaitan teroris di Aceh dengan Jamaah Islamiyah?
Itu Kapolri nanti yang jawab. Pada saat mereka masuk, tentu tidak mengatakan siapa mereka sebenarnya. Mereka mengangkat isu Palestina, Ambon, dan Poso, kemudian mereka latihan. Pada saat latihan itu pun sebenarnya sudah cukup alasan bagi kita dan Polda mengambil tindakan. Sebab mereka berlatih menembak.

☮ Apa target mereka?
Tidak jelas. Dari wawancara kami dengan para tahanan yang ditangkap,  ada informasi para teroris itu masuk membuat drama akhlakul karimah. Untuk Aceh, mereka masuk melalui isu syariat. Tapi, masyarakat Aceh langsung curiga. Makanya mereka tak bisa hidup di Aceh.

☮ Apakah kekuatan mereka di Aceh cukup besar?
Yang ikut latihan kurang lebih 50 orang. Ini ada tingkatannya, lanjutan, atau pemula. Pemula-pemula pada berpencar, mereka ditangkap di jalan raya melalui sweeping. Bisa jadi juga lebih dari itu, karena latihan sudah beberapa kali.

☮ Kaitannya penggerebekan Pamulang?
Kelihatannya yang ditangkap di Aceh ada yang berasal dari Pamulang. Tapi saya tidak bisa menjawab pertanyaan ini.

☮ Mereka kabarnya ingin menjadikan Aceh sebagai basis aksi teror di Asia Tenggara?
Rencana awal mereka memang menjadikan Aceh sebagai basis Asia Tenggara. Mereka pikir gampang. Aceh itu kan Muslim, dan ada GAM. Ternyata mereka salah kira.  Aceh tidak bisa dijadikan basis teroris.

☮ Mereka ada yang memakai senjata jenis AK-47. Senjata itu kira-kira dari mana?
Kita belum tahu. Aceh letaknya strategis, senjata bisa masuk dari mana saja.

☮ Kalau senjata eks kombatan GAM sekarang sudah habis?
Sejak MoU Helsinki kita sudah serahkan sesuai kesepakatan. Memang ada beberapa yang beredar di tangan masyarakat, mungkin titipan waktu konflik. Setelah MoU semua senjata itu illegal. Penggunaannya bisa ditindak sebagai aksi kriminal. Saya bekerjasama dengan Polda untuk terus melakukan himbauan agar senjata illegal itu diserahkan.

☮ Ada hasilnya?
Alhamdulillah. Selama beberapa bulan, ada penyerahan senjata hampir 500 pucuk dari seluruh Aceh. Senjata itu milik bekas milisi, ada juga milik eks kombatan. Ini bukti warga Aceh komit dengan perdamaian sesuai MoU.

☮ Kembali ke soal jaringan teroris itu.  Apa langkah selanjutnya untuk mengatasi kelompok itu?
Kita terus berkoordinasi dengan Polda. Kita tak mau perdamaian Aceh rusak, dan nama Aceh tercemar sebagai basis teroris. Polisi harus memburu gerakan itu sampai tuntas di Aceh.


Sumber :
  • VIVAnews

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.