Sabtu, 31 Maret 2012

303 - Pengabdian Prajurit Sejati

erka Suwanto dilahirkan di Ngawi, 36 tahun yang lalu. Dia merupakan anak ke-2 dari 3 bersaudara Berdinas di TNI mulai 1992, sebagai Ta Kipan A Yonif 303/13/1 Kostrad di Cibuluh, Garut. Selama masa tugasnya, Serka Suwanto telah melaksanakan 5 kali tugas operasi, antara lain ke Irian Jaya (1997, 2003), Ambon (1999), Aceh Tengah (2002) dan Aceh Selatan (2005). Suwanto mengakhiri masa lajangnya pada tahun 1998 dengan menikahi Nanik Maryani dan dikarunia 2 orang putri. Karena prestasinya di Kipan A Yonif 303 sebagai penembak tingkat Kostrad, pada tahun 2000, Suwanto mengikuti pendidikan Secaba dan kembali sebagai Danru Kipan A Yonif 303.

Saat ini, Serka Suwanto menjabat sebagai Bamin Kipan A Yonif 303/13/1 Kostrad. Menurutnya, menjadi Bamin tidak terbayang sebelumnya, karena Suwanto semenjak Tamtaman sudak aktif di peleton. Salah satu dari sekian pengalamannya di berbagai operasi adalah pada saat bertugas sebagai Dantim 5 Kipur A Satgaskul Yonif 303 Kostrad di Aceh selatan pada tahun 2005 lalu.

Saat itu dia memimpin tim berkekuatan 10 orang. "Kami sudah bergerak 10 hari, dari rencana gerak 12 hari," kata Suwanto. Pada hari itu, Kipur A yang di pimpin oleh Kapten Inf Imam PH mendapat tugas melakukan pengejaran terhadap GSA (Gerakan Separatis Aceh) yang sering mengganggu ketentraman rakyat kec. Kluet selatan Kab Aceh Selatan.

Tim 5 dan Tim 2 yang bergerak di sektor kanan dari operasi Kipur A bergerak saling menutup untuk mengejar dan menghancurkan GSA yang di tenggarai bersembunyi di sekitar KV2349. Pada pukul 3 siang hari, pengintai depan Tim 5 melaporkan kepada Suwanto (saat bertugas masih berpangkat Sertu), bahwa dia melihat 3 orang GSA dengan sepucuk senjata AR-15. Suwanto pun langsung berkoordinasi dengan Dantim 2 Sertu Koesdiadi, yang berposisi tidak jauh darinya untuk melaksanakan penyergapan.

Tak lama kemudian, Tim 2 merapat ke kedudukan Tim 5. Dengan sangat rahasia, Suwanto memerintahkan anggotanya untuk melepas ransel, menunjuk kelompok pengaman ransel, lalu bergerak perlahan berhadapan dengan GSA di seberang sungai, yang tidak mengetahui gerakan TNI yang akan menyergapnya. Sedangkan Tim 2 bergerak menyisir sungai, tepat membentuk formasi "L".

"Kira-kira pukul 3.40, setelah saya meyakinkan kedudukan anggota saya dan Tim 2 sudah masuk kedudukan, Tim, saya perintahkan buka tembakan", kata Suwanto. Keheningan hutan Kluet terpecah. Seketika dengan letusan SS1 para prajurit 303 Kostrad. Kelompok GSA yang berada di seberang sungai Tim 5 terkejut karena pernyergapan mendadak tersebut, sehingga 2 orang langsung tewas di tempat, 1 orang kabur kearah ketinggian sebelah kanan sungai.

Rupanya di ketinggian tersebut terdapat kelompok GSA yang lain, langsung membalas tembakan TNI dengan membabi buta. "Saya perkirakan saat itu terdapat senjata RPD", ujar Suwanto. Untuk memastikan posisi dan arah tembakan lawan, Suwanto mencoba mengintai ke depan. "Posisi tempat kami menyergap sangat rimbun, sehingga saya perlu meyakinkan ke depan, mengetahui posisi musuh untuk memperhitungkan langkah selanjutnya", kata Suwanto.

Tanpa disadarinya, saat merangkak kedepan untuk mengintai, terdengar letusan dan Suwanto langsung mengaduh. Tangan kirinya tertembus proyektil AK-47. "Saat itu saya masih sadar, saya lihat tangan saya berdarah, saya segera tiarap dan mencari perlindungan, lalu membalas tembakan," ujar Suwanto.

Pratu Burhamudin, anggota Tim 5 Suwanto menyampaikan, saat itu Suwanto masih mampu membalas tembakan kelompok GSA. Tak disangka, Dantim 2 Sertu Koesdiadi, juga tertembak, saat memimpin timnya untuk bergerak membantu Tim 5 yang mendapat tembakan gencar. Dari gencarnya tembakan, diperkirakan ada 20-an orang kelompok GSA bersenjata antara 15-17 pucuk senjata, dengan 2 pucuk senjata otomatis. Pada akhirnya, disinyalir kelompok GSA tersebut adalah kelompok pimpinan Panglima Sago Kluet Selatan, Zul Karmaini.

Dengan kondisi tertembak, Suwanto masih mampu memimpin anggotanya untuk membalas tembakan. "Saya perintahkan anggota menembak ke arah musuh, dibantu SO (senjata otomatis) Minimi," ujar Suwanto. setelah 30 menit bertempur sengit. kelompok GSA mundur ke arah ketinggian Lawe Sawah. Sambil diberikan pertolongan pertama, Suwanto memerintahkan anggotanya untuk melakukan pembersihan, melaporkan ke Kotis Mobil Satgaskul Yonif 303 Kostrad dan merencanakan evakuasi, karena dirinya maupun Sertu Koesdiadi tertembak. Setelah pembersihan, ditemukan 1 pucuk senjata AR-15 berserta 70 butir amunisi 5,56 mm dan 2 mayat anggota GSA.

Setelah meyakinkan Sertu Koesdiadi ditandu dan anggotanya lengkap. Suwanto memimpin kedua Tim tersebut untuk turun ke kampung terdekat, dimana sudah menunggu Tim Waltis dan Kesehatan di pimpin langsung oleh Dansatgaskul Yonif 303, Letkol Inf M. Shokir. Tepat pukul 6 sore, 2 Tim mencapai titik temu dengan Tim Waltis, Suwanto dan Koesdiadi langsung di evakuasi ke RS Yuliddin Away, Tapaktuan Aceh Selatan. Dokter yang menangani langsung mengadakan operasi terhadap keduanya.

Selesai operasi jam 11.30 malam, dokter menyatakan bahwa luka Suwanto dan Koesdiadi cukup parah, sehingga perlu perawatan di rumah sakit yang lebih lengkap. Esok harinya pukul 6 pagi, Suwanto dan Koesdiadi di evakuasi dengan menggunakan Helikopter Koops TNI menuju RS Putri Hijau, Medan. Sekali lagi Dokter di RS Putri Hijau Medan menyatakan bahwa lukanya parah dan harus di evakuasi ke RSPAD, Jakarta. Esoknya Suwanto dak koesdiadi devakuasi ke Jakarta dengan penerbangan sipil.

Selama perawatan di RSPAD, Jakarta, Suwanto mendapat 2 kali operasi, karena proyektil tersebut membuat tulang lengan bawahnya pecah dan mencederai otot serta syaraf lengan kirinya. Dengan perawatan intensif di RSPAD selama 3 bulan dan dilanjutkan terapi jalan serta dukungan dari keluarga, rekan maupun pimpinan, Suwanto sekarang sudah berangsur sehat, walaupun pin di dalamnya belum di cabut.

Berkat pengabdian dan pengorbannya di medan tempur, Panglima TNI menganugerahkan penghargaan Kenaikan Pangkat Medan Tempur (KPMT) kepada Suwanto dan Koesdiadi, masing-masing kenaikan pangkat luar biasa dari Sertu menjadi Serka dan piagam penghargaan. Suwanto dan Koesdiadi juga diangkat sebagai Bintara terbaik selama penugasan Satgaskul Yonif 303 Kostrad. Ibu Nanik, istri Suwanto juga merasa bahagia dan bangga terhadap suaminya, "Saya bersyukur suami saya pulang selamat dari NAD, saya juga berterima kasih kepada bapak-bapak Pimpinan TNI yang menghargai pengabdian suami di medan tugas".

Karena keterbatasaannya dalam kegiatan di lapangan, saat ini Suwanto menjabat sebagai Bintara Administrasi Kompi Senapan A Yonif 303/13/1 Kostrad. "Prinsip saya, sejak saya mendaftar menjadi prajurit TNI, pengabdian adalah yang Utama, bahkan pengorbanan pikiran, keringat bahkan darah di medan tempur bagi saya adalah suatu kewajiban bagi setiap prajurit", jelas Suwanto. Baginya, penghargaan bukanlah tujuannya dalam bekerja. "Saya di ajarkan bekerja dengan sebaik-bainya, bagaimanapun kondisi saya:, ujarnya.

"Harapan saya kepada pimpinan Kostrad, supaya untuk kedepannya, lebih di tingkatkan lagi kesejahteraan prajurit, karena apabila prajurit sejahtera, maka akan makin banyak prajurit yang berkonsentrasi dalam bidang kedinasannya dan lebih prestasi".

Di lingkungan kerjanya, Suwanto dikenal tegas dan bertanggung jawab. "Bamin saya sangat tekun dalam bekerja dan tidak pernah mengeluh, dia menempatkan diri baik saat mengatur anggota atau mengatur kegiatan Persit Kipan A", kata Kapten inf Parada WN, Dankipan A yonif 303/13/1 Kostrad.

Pada posisisnya sekarang, dia di tuntut untuk mengatur administrasi prajurit dan keluarganya. "Tugas Bamin gampang-gampang susah, gampang apabila kita mengetahui teknik dalam bekerja dan susah bila kita tidak mau belajar dan memahami karakter prajurit dan keluarganya", kata Suwanto.

Semangat dan ketekunannya dalam bekerja membuat Suwanto selalu meraih nilai kepribadian tertinggi di satuannya.

"Serka Suwanto merupakan Bintara yang bisa dijadikan contoh bagi rekan dan anggotanya, dengan keterbatasannya mampu menunjukan etos kerja dan semangat pengabdian yang tinggi, salah satunya mampu mendukung Kipan A Yonif 303/13/1 Kostrad sebagai kompi dengan administrasi terbaik hasil penilaian Tin Wasrik Kostrad", Letkol Inf Faharudin, Danyonif 303/13/1 Kostrad menjelaskan.

Demikian sekilas profil dari Serka Suwanto, prajurit Kostrad yang pantang menyerah, dan mempunyai semangat serta etos kerja yang tinggi dalam mengabdi.


(Majalah Defender, Juni 2007)

Selama lebih kurang 16 bulan berada di NAD, Satgas 300/RBK berhasil melumpuhkan 54 orang, menangkap hidup 15 orang dan menerima 17 orang pembrontak GAM yang menyerahkan diri, menyita 44 pucuk senjata api, diantaranya AK-47, M-16A1, GLM, RPG, pistol dan granat, HT, motor dan mobil hasil curian GAM berserta 5 kilogram ganja kering. Di pihak prajurit Yonif 300/RBK tidak ada yang gugur, hanya lima orang yang terluka tembak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.