Jumat, 30 Maret 2012

Bobol, Penjaga Gawang Fretilin

pasukan Kopasandha di Timtim
DUA teman lama itu kembali bertemu pekan lalu: Abilio Jose Osorio Soares dan Jose Xanana Gusmao. Keduanya, yang sama-sama kelahiran Manatuto 45 tahun lalu, adalah teman SMP (Primeiro Ciclo do Ensino Secindario) di Dili. Di situ, Xanana dikenal sebagai penjaga gawang dalam tim sepak bola Academica. Dua-duanya pernah pula ikut wajib militer Portugal, Tropaz. Di masa pergolakan, Abilio masuk Apodeti yang pro Indonesia dan Xanana memilih Fretilin yang mau merdeka.

Nasib mereka berbeda. Kini, Abilio Soares adalah gubernur Timor Timur, dan Xanana sebagai tahanan aparat keamanan. Ia dianggap memimpin gerakan melawan Indonesia. Wartawan TEMPO di Dili melaporkan, keduanya sempat berbincang-bincang di rumah Pangkolakops Brigjen. Theo Syafei di Pantai Varol, Dili -- dengan suguhan makanan ringan dan minuman kaleng. Toh itu bukan saat menyenangkan buat Xanana. Ia ditangkap Jumat pagi pekan lalu, setelah diburu 16 tahun. Penangkapan Xanana diduga erat kaitannya dengan pembubaran Fitun -- organisasi pelajar sayap Fretilin yang sering terlibat demonstrasi, termasuk yang mengakibatkan insiden Santa Cruz, 15 November lalu.
 
Menurut sumber TEMPO, dari Fitunlah didapat info tempat Xanana bersembunyi (meski menurut aparat keamanan itu berkat informasi masyarakat), yaitu di rumah seorang polisi, Kopral Satu Agusto Pierera, di Desa Labane Barat, Dili Barat. Rumah berukuran 80 meter persegi ini hanya 30 meter dari pos penjagaan pasukan pemukul Batalyon 623. Di dalam rumah itu dibuat lubang persembunyian bawah tanah berbentuk L, sekitar semeter dalamnya. Syahdan, Xanana sudah dua bulan ngumpet di sana. Untuk penyamaran, ia mencukur klimis cambang dan kumisnya yang lebat.

Xanana Gusmão
Jumat itu rupanya hari nahasnya. Pemimpin gerilyawan yang konon bisa menghilang dan berubah rupa itu bangun tidur pukul 6 pagi. Xanana baru saja selesai mandi, tatkala pasukan baret merah menggertak : "Buka pintu". Xanana menguak pintu seraya mengacungkan pistol. Namun, belum sempat pistolnya menyalak, beberapa laras M-16 disorongkan ke wajahnya. Xanana menyerah.

Dari persembunyiannya, ditemukan handy talky dan tiga peti barang lainnya. Juga sekarung dokumen. Ia langsung dibawa ke rumah Theo Syafei.

Nama Xanana mulai mencuat dalam daftar musuh aparat keamanan sejak 1978, setelah menggantikan posisi orang pertama Fretilin, Nikolaus Lobato, yang tertembak mati kala itu. Menurut Alexo Cotreal, tokoh masyarakat yang mengenal dan pernah menjadi pengikutnya, Xanana sebenarnya biasa saja. "Kalau sekarang dia jadi pemimpin karismatik, karena tak ada lagi tokoh seangkatannya di Fretilin," ujar Alexo.

Dulu, Xanana adalah seorang wartawan koran Avez de Timor (Suara Timor) pada masa Portugal. Ia memegang rubrik drama dan puisi. Semasa SMP Xanana memang sering menjuarai lomba baca puisi. Tulisannya kerap menyerang penjajah. "Puisinya sangat tajam menentang pemerintah Portugal," cerita Alexo. Pernah, gara-gara kritik Xanana pada Portugal, Avez de Timor dituntut ke pengadilan. Pemerintah Portugal menang. Koran itu didenda 30.000 escudo, tapi tak dibredel. Kemudian, Xanana membuat koran sendiri, Nakroma (Terang). Sebelum masuk hutan, Xanana sempat menjadi juru ketik di salah satu instansi swasta di Dili. Tahun 1973, ia pergi ke Australia. Tak banyak berita tentang kegiatannya di hutan. September 1990, Robert Domm, pengacara Australia, mengaku menemui Xanana dan merekam perbincangannya dalam enam kaset.

pasukan Kopasandha di Timtim
Wawancaranya diterbitkan oleh Australian Council for Overseas Aid pada Februari 1991. Tempat persembunyian Xanana, menurut Domm, dijangkaunya setelah berkendaraan setengah hari dari Dili dan jalan kaki sekitar 20 kilometer. Agar tak terlihat tentara Indonesia, ada "upacara menghilangkan jejak" sebelum naik gunung. Xanana digambarkan sebagai seorang yang cerdik, cerdas, dan tahu banyak berita sekitar Tim-Tim. Diakui Xanana, pihaknya sangat terjepit oleh ABRI. Penangkapan Xanana tentu membuat geger.

Dari Portugal, Presiden Mario Soares mendesak PBB agar minta Indonesia membebaskan Xanana. Sabtu lalu, di depan konsulat Indonesia di Melbourne, sekitar 150 simpatisan Fretilin berseru serupa. Dalam demo di tengah hujan dan angin deras itu, ikut pula dua anak Xanana, Nito (21 tahun) dan Zenilda Gusmao (18 tahun). Emilia, 41 tahun, istri Xanana, sejak dua tahun lalu memang berada di Melbourne bersama kedua anaknya. Ketika wartawan TEMPO Dewi Anggraeni mengunjungi rumahnya, Emilia tampak sembab matanya dan hanya duduk termenung bersandar di kursi panjang.

Dia, yang hanya bisa berbahasa Portugis, pada reporter televisi ABC berkata, "Saya mohon agar Australia membantu pembebasan suami saya, dan agar dia tak diperlakukan sebagai penjahat politik." Emilia juga tengah menghadapi soal rebutan dana perjuangan US$ 75.000 di sebuah bank Portugal dengan pimpinan pucuk Fretilin Ramos Horta. Xanana, kabarnya, sudah diterbangkan ke Jakarta. Namun, Kapuspen ABRI Brigjen. Nurhadi Purwosaputro membantahnya. Xanana, katanya, masih di Dili. Pangab Jenderal Try Sutrisno telah pula terbang ke Dili dan sempat melihat lokasi penangkapan Xanana, Jumat siang lalu. Dari Dakar, Senegal, masuk kawat ucapan selamat Presiden Soeharto atas penangkapan ini.

Suasana Dili tampak tenang. Namun, rupanya ada mitos bahwa Xanana adalah orang sakti. Hingga awal pekan ini, sebagian orang Tim-Tim masih belum percaya Xanana bisa tertangkap. Apa Brigjen. Theo mesti menayangkannya di televisi?  
Toriq Hadad (Jakarta), Ruba'i Kadir (Dili)

Dari majalah TEMPO, Edisi 39/22 , Halaman 30, Rubrik Nasional, 28 Nov 1992
(Sumber rudy79)

Penangkapan Xanana Gusmão

Try Sutrisno menerangkan penangkapan Xanana Gusmão
Xanana Gusmão ditangkap oleh militer Indonesia pada tanggal 20 November 1992 disebuah rumah Aliança Araujo di Lahane, Dili. Berita tersebut menyebar dengan cepat ke seluruh Timor-Leste dan dunia. Pada awalnya ia dibawa ke Bali, dan kekhawatiran pertama para pendukung adalah keselamatan fisiknya. Di Dili orang-orang yang diduga melindungi Xanana Gusmão ditahan. Sebuah kampanye internasional untuk menekan Indonesia agar menjamin keselamatannya mulai dijalankan. Xanana Gusmão ditampilkan dalam sebuah wawancara Televisi Indonesia pada tanggal 25 November dimana ia sepertinya menyatakan menolak perjuangan Resistensi. Ia dibawa kembali ke Dili untuk diadili pada bulan Mei 1993, dan pada tanggal 17 Mei, dia berdiri untuk membacakan pembelaannya. Hakim pengadilan menghentikannya hanya selang beberapa menit setelah ia mulai membacakan pembelaannya, dengan menyatakan bahwa pembelaannya “tidak relevan”. Dia dijatuhi hukuman penjara seumur hidup dan dibawa ke penjara Cipinang di Jakarta yang dijaga ketat. Namun, pembelaan Xanana Gusmão sepanjang dua puluh tujuh halaman diselundupkan ke luar negeri dan disebarluaskan ke dunia internasional. Ia menolak klaim Indonesia atas Timor-Leste dan mengulangi seruan perjuangan penentuan nasib sendiri rakyat Timor-Leste.

Penangkapan Xanana Gusmão merupakan pukulan telak bagi pihak Resistensi, dan penguasa Indonesia yakin bahwa itu akan menjadi akhir dari perjuangan kemerdekaan. Akan tetapi, hal tersebut justru menciptakan kondisi bagi dia untuk tampil sebagai seorang pemimpin terhormat dunia, setelah 17 tahun di pegunungan dan hutan-hutan Timor-Leste, sementara ia terus memimpin Resistensi dari sel penjaranya. Xanana Gusmão mengatakan kepada Komisi bahwa ia banyak belajar selama di penjara Cipinang, tempat ia ditahan bersama dengan para tahanan politik Indonesia dari seluruh pelosok Indonesia. Dia memberitahu Komisi bahwa pengalaman tersebut memberinya :
Kesempatan untuk meraih pengetahuan lebih baik tentang perjuangan rakyat Indonesia untuk demokrasi dan kebebasan. Ini membantu saya untuk mengurangi dan kemudian menghilangkan rasa benci yang terakumulasi di hutan selama 17 tahun. Saya menjadi mengerti persamaan obyektif yang menyatukan kita dengan rakyat Indonesia…Pengertian ini memungkinkan saya bahkan untuk berbicara dengan bekas-bekas musuh dan Jenderal-Jenderal Indonesia.


[sumber sejarah konfik.scribd]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.