Senin, 26 Maret 2012

◉ Prestasi Membongkar Jaringan Teroris

    Dipagi hari, Rabu 9 November 2005, di kawasan Batu, Malang, yang biasa tenang, tiba-tiba gempar. Bunyi rentetan tembakan terdengar, bahkan ledakan bom pun membuat kawasan tersebut menjadi mencekam. Itulah peristiwa penangkapan gembong teroris, Dr Azahari yang dicari-cari pemerintah Indonesia bersama Malaysia.

    Pada peristiwa penggerebekan itu pasukan polisi bersenjata lengkap mengepung sebuah rumah yang diduga tempat Dr Azahari bersama gerombolannya.

    Terlihat polisi berseragam hitam dengan gear khusus pertempuran. Mereka adalah satuan khusus pertempuran yang bertanggung jawab atas penumpasan aksi-aksi teroris yang terjadi di Indonesia. Personil satuan khusus yang menggunakan penutup wajah ini adalah Detasemen khusus 88 anti teror.

♞ Pra-Penyergapan Dr Azahari

Dr Azahari
    Sebelum penangkapan Azahari, sebenarnya Densus 88 telah berhasil menguntit dua orang menjadi kaki tangan Azahari. Mereka adalah Yahya Cholil dan Anis.

    Gerak-gerik keduanya terus dipantau, hingga ke Batu, Malang. Suatu hari saat mereka keluar Villa Nova di jalan Flamboyan mereka langsung di ikuti oleh unit intelijen Polri. Belakangan diketahui bahwa tempat inilah tempat persembunyian Dr Azahari, dan Semarang akan menjadi tujuan aksi teror komplotan ini.

    Saat mengikuti memasuki wilayah Semarang, mobil yang di kemudikan Cholil berhenti, bertemulah mereka dengan seseorang yang ternyata Noordin M Top. Saat itulah 12 orang anggota Detasemen 88 berhamburan dengan dua mobil menyergap mereka.

    Tiba-tiba, 'Dor ! Dor ! Dor !' Orang yang ditenggarai sebagai Noordin M Top itu menembak lebih dahulu. Anggota Detasemen pun tidak kalah gesitnya, terjadilah tembak-menembak di tempat terbuka di pinggir jalan. Sayang, Noordin berhasil meloloskan diri.

    Namun Cholil dan Anis berhasil dibekuk dan dimasukan ke dalam mobil yang kemudian berlalu menuju Ke Polda Jawa Tengah. Dari mereka, Densus 88 menemukan sebuah tas ransel yang cukup berat. Berulangkali ditanya mereka menjawab isi tas itu pakaian. "Masa pakaian seberat ini?" tanya anggota saraya akan membuka tas tersebut. Tiba-tiba Cholil menyela, "Itu bom pak! Siap ledak!".

    Spontan mobil yang berjalan itupun berhenti dan semua penumpang berhamburan keluar. tak kecuali Cholil dan Anis. Beruntung para petugas sadar, mereka memegangi Cholil dan Anis agar tidak melarikan diri.

♞ Menggulung tersangka pembom Kedutaan Australia

    Aksi gagah dan heroik Detasemen Khusus 88 juga terjadi pada penangkapan Rois dan Sogir, tersangka kasus peledakan bom di depan Kedubes Australia, Kuningan, Jakarta pada tanggal 9 September 2004.

    Proses penangkapan terjadi ketika Tim Cobra Kepolisian Daerah Metro Jaya dan Detasemen Khusus 88 Anti Teror datang ke kontrakan para tersangka di Bogor.

    Mereka langsung mengepung rumah itu. Para personil Densus 88 menunggu di pinggir jalan Leuwiliang, Bogor. Sedangkan personil Tim Cobra berupaya memancing para tersangka keluar.

    Rois dan Sogir ditangkap anggota Detasemen Khusus 88 setelah sempat mencoba kabur ke jalan raya Leuwiliang. Saat di ringkus, Rois dan Sogir sempat mengeluarkan pistol dari tas pinggang yang juga berisi bom berdaya ledak tinggi. Untuk melumpuhkan keduanya, 12 personil Detasemen Khusus 88 turun tangan. Beberapa diantaranya memegang tangan dan kaki keduanya tersangka. Sebagian lagi memotong sabuk tas pinggang berisis bom.

    Penyergapan persembunyian Rois dan Sogir berhasil di peroleh berkat di tangkapanya Yasin, Buchari, dan Fatahullah oleh tim Densus 88 Polda Metro Jaya di Pekalongan, Jawa Tengah pada 17 November 2005.

♞ Segudang Prestasi

    Penangkapan Azahari, pengukapkan kasus bom kuningan bukan satu-satunya prestasi dari Densus 88. Penangkapan Imam Samudera dan Amrozi cs, tersangka kasus bom Bali hingga sederet nama lainnya yang menjadi aktor peledakan bom di Indonesia adalah torehan prestasi pasukan khusus ini. Dan bisa dipastikan, penangkapan-penangkapan yang dilakukan Detasemen Khusus 88 Anti Teror selalu dramatis dan penuh dengan resiko.

    Kualifikasi Densus 88 yang dirancang dalam menangani segala bentuk aksi teror, mulai dari ancaman bom, penyanderaan maupun urban raid menjadi kebanggaan bagi kepolisian RI khususnya dan masyarakat sebagai mitra Polri pada umunya.☆


Sumber :
    ▣ Majalah Defender

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.