Selasa, 24 April 2012

Pengganti Kuda Liar

EMB-314 Super Tucano

 Modernisasi Pesawat TNI-AU

KEKUATAN alat utama sistem persenjataan di udara Nusantara terus dibenahi, ditambah, bahkan dipermodern, seiring dengan perencanaan TNI-AU, yang dalam kurun waktu 2005-2024 akan mengganti sejumlah pesawat tempur dan angkut yang berusia 20-30 tahun.

Modernisasi alutista suatu negara, tidak bisa dipungkiri, harus terus dilakukan, meskipun anggaran mungkin menjadi kendala. Apa pun alasannya, modernisasi pesawat terbang harus dilakukan.

Kepala Staf TNI Angkatan Udara (Kasau) Marsekal Imam Sufaat mengungkapkan, pergantian pesawat memang akan dilakukan mulai dari OV-10 Bronco yang kini telah di-grounded. Hal itu sebagai dampak dari beberapa musibah yang terjadi menimpa putra bangsa yang harus gugur dalam latihan. 

OV-10 Bronco TNI AU
Sebanyak 16 pesawat tempur taktis OV-10 F Bronco buatan North American Rockwell Amerika Serikat, dengan ciri khasnya memiliki dua ekor, kali pertama datang ke Indonesia tahun 1976, dengan tugas penting, yakni mendukung operasi di daerah Timor Timur.

Kini, pesawat-pesawat itu berada di Skuadron Udara 21 Lanud Abdulrachman Saleh Malang dan mengakhiri tugasnya di sana. Nasibnya benar-benar berujung di ladang tebu pada Juli beberapa tahun lalu setelah terjadi musibah jatuh.

Dipameran pertahanan dan keamanan Indonesia (Indo-Defence 2010) pada 10-13 November lalu, Kemenhan menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) pembelian satu skuadron pesawat EMB-314 Super Tucano dari Embraer-Brazil. Indonesia akhirnya memilih pesawat dari Brasil ini untuk pengganti OV-10 Bronco.
 EMB-314 Super Tucano

Pesawat ini jadi begitu menarik meski masih menggunakan baling-baling (propeller). Berbekal pengalaman Si Kuda Liar yang memiliki prestasi gemilang dalam melakukan pertempuran taktis, perang gerilya di Timor Timur ataupun di Aceh semasa operasi GAM, pesawat ini sangat berperan. Dari pengalaman dan kemampuannya itulah, salah satu keputusan untuk mencari pengganti OV-10F adalah dengan beragam kriteria yang mendekati kemampuan yang dimiliki OV-10.

Kepastian pengganti OV-10 disampaikan Marsekal Pertama TNI Irawan Supomo, Komandan Pangkalan Udara Abdulrachman Saleh waktu itu. Setelah dilakukan serangkaian uji kinerja terhadap beberapa calon pengganti Bronco, sepertinya lebih cocok dengan Super Tucano.

Irawan menuturkan, ada lima jenis pesawat yang dilirik TNI Angkatan Udara sebagai penggantinya. Yakni KO-1 dari Korea, K-8 Karakorum produksi bersarna China dan Pakistan, EMB-314 Super Tucano buatan Brasil, T-6B Texan II (Amerika Serikat) dan Pilatus PC-9 buatan Swiss. “Hanya dua yang diajukan ke Departemen Pertahanan, yaitu Tucano dan KO-1,” katanya waktu itu.
 Alih Teknologi

Su 25/39, pesawat Sukhoi buatan Rusia, merupakan pesawat mesin jet ganda untuk dukungan serangan udara jarak pendek. L-159B buatan Cheko merupakan penempur ringan yang dirancang bisa dipergunakan untuk segala fungsi. Pesawat latih berkursi ganda (pengembangan L159A) didesain sebagai pesawat latih lanjut (Advanced and Operational/Lead-In Fighter Training).

L159B dapat dikonfigurasi sesuai spesifikasi kebutuhan negara pemesan. Selain mengadopsi peran pesawat latih jet, pesawat ini dapat diubah fungsi sebagai pesawat tempur ringan, termasuk membawa rudal darat-udara dan udara-udara, juga melakukan misi-misi lain, seperti kombatan, patroli udara dan intai/mata-mata. Pesawat ini menggunakan mesin jet buatan Honeywell/ITEC F124-GA-100 yang disebut-sebut sebagai mesin terbaik dikelasnya.

Calon lainnya adalah M346 buatan Italia, K8P buatan China dan KO1B buatan Korea. TNI-AU sudah tahu karakterisitik pesawat buatan Korea, di antaranya sudah digunakannya K0-1 Wongbee di Skuadron Pendidikan (Skadik) 102 Lanud Adisucipto, Yogyakarta.

Dari lima jenis pesawat sebagai pembanding, ditinjau dari sisi essential dan kriteria tambahan, ternyata EMB-314 paling unggul dibanding lainnya, seperti Sukhoi 25/39, L159A, YAK 130, K8P dan KO-1. Misalnya dalam kemampuan melaksanakan manuver dengan kecepatan tinggi dan rendah. EMB-314 lolos, sementara Yak 130 gagal. Juga dalam kemampuan melaksanakan operasi malam hari, kemampuan terbang malam tanpa eksternal tangki. Juga mampu membawa senjata, baik berupa bom, roket maupun senapan mesin.

Kriteria lainnya, pesawat dapat digunakan untuk jangka waktu minimal 25 tahun, dukungan operasional dapat dilaksanakan oleh pesawat C-130 Hercules. Mudah dalam suku cadang dan peralatan lainnya. Hal ini memang tertuang dalam klausul alih teknologi, di mana suku cadang bisa diproduksi di PT Dirgantara Indonesia.

Dengan sudah ditandatangani kontrak pembeliannya, hanya dalam hitungan bulan, langit Nusantara akan dihiasi dengan pesawat tempur taktis Super Tucano EMB-314.

Kehebatan dan kekaguman terhadap pesawat ini seperti yang dilontarkan pilot senior TNI AU, Marsda TNI Ganjar Wiranegara yang pernah mencoba kehebatan pesawat ini di Brasil pada tahun 2007 lalu. Meskipun pesawat tidak memiliki radar, avionik Super Tucano mampu menerima data link-nya (send/receive tracks/waypoint), weapon system status, present position transmission, transmit aircraft systems status, operational coordination serta intelligence information tentang targets dan avoidance area.

Bahkan untuk terbang malam, Super Tucano juga telah dilengkapi Night Vision Goggles (NVG) Gen III, di mana external dan internal lights full NVG compatible.

EMB 314 Super Tucano adalah pesawat buatan pabrikan Embraer Brasil. Pesawat ini masuk kategori pesawat antigerilya dan serangan udara-darat. Pada operasionalnya, pesawat ini lebih banyak digunakan untuk membantu pergerakan pasukan darat, terutama infantri, kavaleri dan artileri.

Komandan Skuadron 21 yang lama, Letkol Pnb Fairlyanto juga mengungkapkan keunggulan pesawat buatan Brasil ini. Service life 12.000 hingga 18.000 jam, dapat operasi malam. Bahkan mampu take off dan landing pada landasan minimal 1500 meter.

Kedatangan tim Mabes Angkatan Udara ke Brasil, termasuk di dalamnya Komandan Skuadron 21 Pangkalan udara Abdulrachman Saleh Malang yang baru, Mayor Pnb James Yanes Singal pada awal Juli lalu mempertegas bahwa EMB-314 adalah yang dipesan pemerintah Indonesia menggantikan OV-10 F Bronco. Kedatangan di sana diartikan sebagai Design Review Meeting (DRM) yang dimaksudkan sebagai penentu akhir sebelum pesawat itu dirakit.

“Artinya, dengan adanya DRM, itu berarti sudah final bahwa pesawat EMB-314 Super Tucano dengan kondisi seperti itulah yang dipesan oleh Indonesia,” kata James Yanes. Memang masih kosongan tanpa amunisi, tapi paling tidak pesawat itu sudah di install untuk pemasangan beragam persenjataan.

Kini, personel sudah disiapkan, baik penerbang, ground crew, dan personel lainnya, untuk pemeliharaan tingkat ringan dan sedang. Bahkan kemampuan bahasa pun sudah diarahkan ke percakapan sehari-hari dalam bahasa Inggris. Tinggal pelaksanaannya pengiriman personel ke Brasil.

Besar harapan KSAU, 9 April 2012 di langit Nusantara akan dihiasi minimal empat pesawat Super Tucano mewarnai ulang tahun TNI-AU.

Kementerian Pertahanan RI tengah mengupayakan adanya alih teknologi dalam pengadaan pesawat “Super Tucano EMB-314″ yang akan menggantikan pesawat OV-10 Bronco TNI Angkatan Udara, kata Sekjen Kementerian Pertahanan Marsekal Madya TNI Eris Herryanto di Jakarta, Rabu.

Kepada ANTARA ia mengemukakan, klausul mengenai alih teknologi itu akan dimasukkan dalam kontrak pengadaan 16 unit “Super Tucano” bagi TNI Angkatan Udara. “Karena itu, masih memerlukan waktu agar kontraknya selesai dan pengadaan `Super Tucano` dapat segera dilaksanakan,” ujar Eris.

Ia mengungkapkan, pihak Embraer Brasil sebagai produsen “Super Tucano” hanya mengizinkan PT DI untuk mengerjakan sejumlah pekerjaan non aeronautika. Sedangkan Kemhan RI terutama PT DI menginginkan, Embraer memberikan ijin untuk pembuatan suku cadang pesawat.

“Dengan begitu, jika sewaktu-waktu TNI Angkatan Udara sebagai pengguna, memerlukan suku cadang pesawat akan lebih cepat dan murah. Tidak perlu kita harus menunggu lama. Ini yang masih kita negosiasikan. Setelah disepakati kedua pihak, baru kita masukkan dalam kontrak agar ada dasar hukum yang jelas dan tidak timbul masalah di waktu mendatang,” kata Eris.

Ia menambahkan, pihaknya memahami kebutuhan TNI Angkatan Udara untuk segera mengganti pesawat OV-10 yang telah lama dihanggarkan namun Kementerian Pertahanan tidak mau gegabah. “Pemerintah telah menetapkan dalam setiap pembelian alat utama sistem senjata dari mancanegara, harus menyertakan alih teknologi. Ini yang sedang diupayakan pula dalam pengadaan pesawat Super Tucano dan lainnya,” ujar Eris menegaskan.
 TNI AU Pastikan Beli 16 Pesawat Tempur Brasil

Tahun ini TNI AU pastikan membeli pesawat EMB-314 Super Tucano dari Brasil untuk menggantikan pesawat OV-10 Bronco yang sudah di grounded. "Kami berencana membeli 16 pesawat "Super Tucano" atau satu skuadron. Kami telah mengajukan anggaran pembelian pesawat tersebut kepada pemerintah, mudah-mudahan disetujui," kata KSAU Marsekal Madya TNI Imam Sufaat di Lanud Iswahyudi, Maospati, Magetan, Minggu (24/07/11) pagi.

Seusai rapat tertutup membahas tentang Alutsista di ruang breifing Lanud Iswahyudi, rapat yang juga dihadiri Menhan Purnomo Yusgiantoro, Menristek Suhana Suryapranata, dan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional, Kepala Bapenas Armida Alisjahbana. Marsekal Madya TNI Imam Sufaat mengungkapkan, pengadaan pesawat Tucano tersebut merupakan program prioritas TNI AU.
 Indonesia Pesan 8 Super Tucano

Pada pameran industri pertahanan Indo-Defence 2010 lalu, perusahaan penerbangan Brasil, Embraer, mengumumkan telah memenangkan kompetisi untuk menyediakan delapan pesawat serang ringan bermesin turbojet Super Tucano bagi TNI AU di Kemayoran, Jakarta pada Rabu (10/11).

Sejauh ini Embraer tidak membeberkan berapa besar nilai perjanjian tersebut, tetapi koran lokal Brazil menyebutkan angka 10 juta dollar AS. Perjanjian itu mencakup sarana pendukung dan paket logistik yang terintegrasi. Rencananya pengiriman pesawat dimulai tahun 2012.

"Kami sangat senang bahwa TNI AU menjadi pelanggan terbaru dari Sistem Pertahanan Embraer," kata Orlando Jose Ferreira Neto, Wakil Presiden Eksekutif Embraer. "Super Tucano merupakan pesawat serang ringan yang sudah terbukti dan pesawat latih yang sudah maju, yang saat ini sudah digunakan oleh lima angkatan udara. Kami yakin, pesawat itu sangat sesuai dengan kebutuhan Indonesia," tambahnya.

Sebelumnya pada bulan April 2008, TNI AU menyatakan ketertarikannya mengakuisisi 16 unit pesawat Super Tucano untuk menggantikan pesawat  OV-10F Bronco di Skuadron 21, Malang, yang telah di kandangkan karena habis masa pakainya. Kedepannya TNI AU berharap pemerintah akan melengkapi jumlah pesawat ini menjadi 1 skuadron (16 unit).

Komandan Pangkalan Udara (Lanud) TNI-AU Abdul Rahman Saleh Malang, Marsekal Pertama Dwi Putranto pernah mengatakan bahwa pesawat Super Tucano akan ditempatkan di Skuadron 21 yang sebelumnya diisi OV-10F Bronco.

Oktober 2010 lalu persiapan sudah dilakukan, dan dalam waktu dekat tim dari Embraer akan datang ke Lanud Abdul Rahman Saleh guna melihat fasilitas yang ada.

Fasilitas yang akan disempurnakan di antaranya hanggar dan parkir pesawat di Skuadron 21, serta menyiapkan segala sesuatu yang diperlukan. "Diharapkan pada 2011 sudah ada pembangunan fasilitas untuk 16 pesawat," tegasnya.

Pilot-pilot yang akan menerbangkan Super Tocano nantinya akan dilatih di negara produsennya, Brasil. Sebelumnya pilot OV-10 untuk sementara waktu disebar ke beberapa satuan TNI AU. "Setelah Super Tocano datang, mereka akan ditarik kembali," tukasnya. 

Akhirnya berita terakhir memberitakan bahwa enam pesawat EMB-314 Super Tucano buatan Brasil akan tiba pada Agustus 2012 di Pangkalan TNI Angkatan Udara Abdurahman Saleh, Kabupaten Malang, Jawa Timur.

Kepastian itu dikatakan Panglima Komando Operasi TNI-AU II (Pangkoopsau II), Marsekal Muda Ismono Widjajanto, di Malang usai upacara serah terima jabatan (Sertijab) Komandan Lanud (Danlanud) Abduracham Saleh.

"Pengiriman pesawat buatan Brasil ini akan dilakukan secara bertahap, dan dari total 16 pesawat taktis yang dipesan, enam pesawat dipastikan tiba bulan Agustus 2012," katanya.

Pesawat Super Tucano akan digunakan untuk misi operasi taktis dalam membantu pasukan di darat sebab pesawat tersebut memiliki keunggulan "close air support".

Pesawat Super Tucano memiliki mesin tunggal buatan Empresa Braziliera de Aeronautica, dan memiliki kemampuan menembakkan asap ke darat secara cepat untuk menunjukkan posisi musuh.

Pesawat itu tidak hanya sebagai pesawat latih, namun juga memiliki kemampuan untuk misi penghancuran.
- sumber dari berbagai media -

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.