Minggu, 13 Mei 2012

Tragedi Sukhoi Superjet 100 (2)



Rest In Peace

 18 Kantong Terkumpul, 2 Kantong dalam Perjalanan

Jurnas.com | MEMASUKI hari kelima pasca-kecelakaan pesawat Sukhoi Superjet 100, sudah 18 kantong jenazah dievakuasi dari Gunung Salak ke Rumah Sakit Polri. Dua kantong jenazah saat ini masih dalam perjalanan.

Menurut Kepala Badan SAR Nasional (Basarnas) Marsekal Madya Daryatmo pada Minggu (13/5), sudah dua kantong jenazah tiba tadi pagi di RS Polri Kramatjati, Jakarta Timur.

"Saya dapat informasi lewat darat ada dua," kata Daryatmo di Landasan Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur.

Saat ini, katanya lagi, evakuasi masih terus dilanjutkan baik melalui jalur udara maupun jalur darat.

Tim SAR Gabungan dibantu oleh tim investigasi dari Rusia. Jumlahnya sekitar 40 orang. Tim di lapangan langsung mengumpulkan dan membawa jenazah yang ditemukan ke RS Polri.

"Kami tidak membukanya, kewajiban kami hanya mengumpulkan dan membawa," katanya.

Jika memang ada dua kantong jenazah lagi yang ditemukan, maka sudah 20 kantong jenazah yang diperiksa tim identifikasi Polri.
 Foto yang Beredar Bukan Korban Sukhoi

Jurnas.com | HEBOH foto korban kecelakaan pesawat Sukhoi Super Jet 100 beredar di dunia maya, pakar informatika, multimedia dan telematika Roy Suryo memastikan foto-foto tersebut bukan foto-foto korban kecelakaan pesawat buatan Rusia itu.

"Saya sudah pastikan foto-foto itu seratus persen palsu," ujar Roy di Rumah Sakit Bhayangkara Tingkat I Raden Said Sukanto, Kramat Jati, Jakarta Timur, Minggu (13/5).

Anggota Komisi I DPR itu menjelaskan foto-foto tersebut adalah foto-foto kecelakaan pesawat Airblue Pakistan pada tahun 2010. Foto-foto itu diambil dari sebuah website yang memang memuat soal kecelakaan transportasi di darat dan udara. "Memang web ini berisi kecelakaan darat dan udara," katanya.

Roy juga telah mengetahui siapa yang melansir foto-foto tersebut sebagai foto kecelakaan Sukhoi Super Jet 100. Ia adalah warga negara Indonesia berinisial YS. Dikatakan YS berjenis kelamin laki-laki dan tinggal di Lampung. YS mengupload pertama kali di akun twitternya. Namun sebelum 12 Mei, akun twitter milik YS telah ditutup oleh yang bersangkutan.

"Saya sudah capture sejak di upload pertama kali. Tapi saya sudah rekap semua bukti-buktinya," papar Roy.

Publikasi foto-foto tersebut kata dia bisa saja meresahkan keluarga korban. "Jangan sampai ada persepsi dari keluaraga korban bahwa bentuk jenazah seperti ini,"katanya.

Menurut Roy polisi bisa saja mengusut kasus ini bila dianggap meresahkan masyarakat. Ia juga mengimbau agar tidak ada pihak-pihak yang menyalahgunakan teknologi informasi untuk menyebarluaskan kabar-kabar kabar tidak benar.

Tidak aslinya foto ini juga ditegaskan oleh Direktur Eksekutif DVI (Disaster Victim Identification) Indonesia Mabes Polri Komisaris Besar Polisi Anton Castilani. Menurutnya, foto-foto korban kecelakaan pesawat Sukhoi Super Jet 100 tidak mungkin disebar luaskan.
 Butuh Satu Tahun untuk Ketahui Penyebab Jatuhnya Sukhoi

Jurnas.com | HINGGA kini penyebab jatuhnya pesawat Sukhoi Superjet 100 (SSJ 100) buatan Rusia di Gunung Salak, Bogor, Jawa Barat, pada Rabu (9/5) lalu masih belum diketahui. Tim Komisi Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Kementerian Perhubungan bersama tim Rusia saat ini terus menyelidiki.

"Semua juga bingung, itu pesawat supercanggih kenapa bisa ada kejadian seperti ini," kata Sunaryo, konsultan bisnis PT Trimarga Rekatama selaku agen Sukhoi di Indonesia, kepada wartawan di RS Polri Soekanto, Kramatjati, Jakarta Timur, Minggu (13/5).

Dia menuturkan, pengalamannya selama 35 tahun di Angkatan Udara sudah menangani puluhan masalah jatuhnya pesawat. Dan, untuk mengetahui penyebab jatuhnya pesawat seperti SSJ 100, membutuh penyelidikan data yang cukup lama.

"Penyebabnya bisa diketahui sampai satu tahun lagi. Itu juga sulit, terbukanya baru beberapa tahun kemudian. Selama ini begitu," kata Purnawirawan Marsekal Dua (Purn) Angkatan Udara tersebut.
 Belum Capai Jurang, Tim Belum Temukan Kotak Hitam

Lokasi Kecelakaan
Jurnas.com | TIM evakuasi di bawah koordinasi Badan SAR Nasional (Basarnas) belum menemukan kotak hitam pesawat Sukhoi Superjet 100 yang jatuh di Gunung Salak, Bogor, Jawa Barat. Saat ini fokus tim evakuasi pada pencarian korban.

"Saya katakan, (kotak hitam) belum ditemukan," kata Kepala Basarnas Marsekal Madya Daryatmo, Minggu (13/5), di Landasan Udara Halim Perdanakusuma.

Sebelumnya memang ada kesimpang-siuran informasi seputar keberadaan kotak penyimpan catatan percakapan pilot tersebut.

Kotak hitam tersebut, menurut Daryatmo, memang belum ditemukan karena tim evakuasi gabungan yang ada di Gunung Salak belum mencapai pusat lokasi jatuhnya pesawat buatan Rusia tersebut.

Dari serpihan yang ada, pesawat diduga menabrak tebing hingga hancur berkeping-keping. Serpihan tersebar termasuk di dasar jurang.

Tim evakuasi, katanya lagi, saat ini baru bisa mencapai 100 meter dari atas tebing. Sementara dari lokasi yang sudah dicapai sekarang ke dasar jurang, masih 150 meter lagi. "Kami perkirakan, black box ada di situ (dasar jurang)," ujar Daryatmo.

Saat ini tim masih fokus pada evakuasi korban tewas. Sebanyak 18 kantong jenazah sudah dibawa ke RS Polri Kramatjati, Jakarta, untuk diidentifikasi oleh Tim Disaster Victims Identification (DVI) Polri.

Sementara dua kantong jenazah masih dalam perjalanan melalui jalur darat. Evakuasi terus dilakukan oleh tim di bawah koordinasi Basarnas.
 Lagi, Tiga Kantong Jenazah Tiba di Halim

Jurnas.com | TIGA kantong jenazah korban kecelakaan pesawat Sukhoi Superjet kembali tiba di Landasan Udara Halim Perdanakusuma, Minggu (13/5). Menggunakan tiga unit ambulans, tiga kantong jenazah itu langsung dibawa ke RS Polri Kramatjati, Jakarta.

Kantong jenazah tiba sekitar pukul 12.15 WIB, diangkut menggunakan helikopter milik Palang Merah Indonesia (PMI). Personel TNI langsung mengangkutnya dengan menggunakan tandu.

Selanjutnya kantong jenazah dibawa keluar menggunakan tiga unit ambulans yang sejak pagi siaga di Halim Perdanakusuma. Dua dari kantong itu berwarna orange, sedangkan satu kantong berwarna biru tua.

Minggu pagi dua kantong jenazah juga dievakuasi dari lokasi jatuhnya pesawat buatan Rusia itu. Dengan bertambahnya 3 kantong jenazah ini, maka total kantong jenazah yang dievakuasi saat ini berjumlah 21 kantong.
 Kesigapan Tim Evakuasi Teruji

Tim Evakuasi korban
Jurnas.com | KESIGAPAN Tim Evakuasi korban begitu terlihat ketika mengevakuasi tiga kantong jenazah dari lokasi jatuhnya pesawat Sukhoi Super Jet 100 di kawasan Gunung Salak, Jawa Barat. Ketiga kantong mayat itu tiba di Helipad Cijeruk, Jawa Barat Minggu (13/5) siang.

Belum diketahui pasti apakah ketiga kantong itu berisi jenazah atau barang-barang milik para korban. Pasalnya, setibanya di Helipad Cijeruk, sejumlah petugas langsung menurunkan tiga kantong mayat itu dari helikopter Super Puma dan menaikkannya ke helikopter milik Palang Merah Indonesia (PMI) guna diangkut ke Bandara Halim Perdanakusumah, Jakarta.

Pantauan Jurnal Nasional, tiga kantong mayat yang diangkut helikopter Super Puma itu tiba di Helipad Cijeruk, sekitar pukul 12.00. Setelah dipastikaan mendarat, petugas yang di antaranya dari Palang Merah Indonesia langsung menurunkan tandu dengan kantong mayat. Petugas itu lalu menaikkanya ke helikopter berlogo PMI yang juga terparkir di Helipad.

Proses pemindahan ini terus berlanjut sebanyak dua kali. Setelah itu helikopter berlogo PMI tersebut tinggal landas menuju Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta.

Sebelumnya pagi tadi, tim evakuasi juga mengirim dua kantong mayat ke Bandara Halim Perdanakusumah. Sejauh ini diperkirakan sebanyak 22 kantong mayat telah dievakuasi dan dikirim ke Bandara Halim Perdanakusumah, Jakarta.
 Kantong Jenazah ke-22 Tiba di Halim

Evakuasi korban
Jurnas.com | SATU kantong jenazah korban jatuhnya pesawat Sukhoi Superjet 100 kembali tiba di Landasan Udara Halim Perdana Kusuma. Ini adalah kantong udara ke-6 yang tiba hari ini.

Kantong jenazah yang tiba sekitar pukul 13.30 WIB itu dibawa menggunakan helikopter milik Badan SAR Nasional (Basarnas). Sesaat setelah datang, kantong langsung dibawa menggunakan ambulans milik Pemda DKI Jakarta menuju RS Polri Kramatjati, Jakarta Timur.

Di rumah sakti, tim identifikasi Polri siap mengidentifikasi potongan jenazah korban kecelakaan pesawat asal Rusia itu.

Dengan demikian, secara keseluruhan kantong jenazah ini adalah kantong ke-22 yang berhasil dievakuasi petugas. Belum diketahui persis apakah ada korban yang selamat dalam kecelakaan di Gunung Salak, Bogor, tersebut.

Sejauh ini diketahui ada 45 penumpang di dalam pesawat yang melakukan demo terbang itu. Sebanyak 35 orang di antaranya adalah warga negara Indonesia. Sementara 10 orang lainnya meliputi warga negara Rusia (8), Amerika (1), dan Perancis (1).
 Tim Bantuan Rusia Harus di Bawah Koordinasi Basarnas

Jurnas.com | TIM evakuasi asal Rusia harus di bawah koordinasi Badan SAR Nasional (Basarnas). Meski punya kepentingan dalam mengungkap penyebab jatuhnya pesawat Sukhoi Superjet 100, bantuan Rusia diharap tidak bertentangan dengan kepentingan Indonesia.

Hal ini disampaikan Ketua Palang Merah Indonesia (PMI) Jusuf Kalla, Minggu (13/4) saat mengunjungi Landasan Udara Halim Perdana Kusuma. "Rusia tentu boleh membantu tapi tetap di bawah komando Basarnas," kata Kalla.

Jatuhnya pesawat yang hendak dipromosikan ke Indonesia itu memang harus diketahui penyebabnya. Sebagai negara pembuat, Kalla menambahkan, Rusia memang punya kepentingan. Namun kecelakaan ini terjadi di wilayah Indonesia dan memakan korban banyak warga negara Indonesia. "Karena di sini, dia mesti di bawah naungan kita," ujarnya.

PMI sendiri, menurut mantan wakil presiden ini, telah mengerahkan bantuan maksimal. Relawan dan ambulans serta helikopter dikerahkan untuk mencari dan mengevakuasi puing pesawat dan korban.

Ada 26 ambulans, 4 helikopter, dan 120 relawan yang dikerahkan PMI untuk membantu evakuasi korban. "Heli yang bekerja sekarang ada dua karena keterbatasan tempat, tapi berapa pun kami siapkan," kata Kalla.
 Kotak Hitam Harus Diperiksa di Indonesia

Black Box pesawat
Jurnas.com | KETUA Palang Merah Indonesia (PMI) yang juga mantan wakil presiden Jusuf Kalla berpendapat, kotak hitam Sukhoi Superjet 100 harus diperiksa di Indonesia. Selain jatuh di wilayah Indonesia, korban terbanyak adalah warga negara Indonesia.

"(Itu) harus, karena ini menyangkut kepentingan nasional," kata Kalla di Landasan Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Minggu (13/5).

Penelitian mendalam terhadap kotak penyimpan rekaman pembicaraan itu harus dilakukan untuk bisa mengungkap penyebab kecelakaan. Bisa jadi penyebabnya bukan karena teknis mesin pesawat atau cuaca buruk, melainkan karena faktor manusia yang mengendalikannya.

Meski Rusia punya kepentingan karena pesawatnya jatuh dan hancur, Indonesia punya kepentingan di sini mengingat banyak warganya yang menjadi korban. Tercatat ada 35 orang warga negara Indonesia di dalam pesawata tersebut. Sementara 10 sisanya adalah warga negara Rusia, Perancis dan Amerika.

Kepentingan yang dimaksud Kalla bukan hanya kepentingan jatuhnya korban jiwa dalam kejadian ini, juga kepentingan bisnis yang dibawa Sukhoi Civil Aircraft Company ke Indonesia saat melakukan demo terbang menggunakan pesawat nahas tersebut.
 45 Data Antemortem Sudah Lengkap

Jurnas.com | HINGGA pukul 13.00, sebanyak 18 kantong jenazah yang diterima tim Disaster Victim Indentification (DVI) Indonesia Mabes Polri dari tim evakuasi di Gunung Salak, Bogor, Jawa Barat.

Sementara, tiga kantong berikutnya berupa perkakas yaitu pakaian, perhiasaan, kartu identitas, perhiasaan dan lain-lain. Data tersebut sebelum kedatangan kantong terakhir pada pukul 13.30. Kantong terakhir belum diketahui apakah itu berupa jenazah atau perkakas.

"Tapi untuk (pemeriksaan) saat ini masih fokus pada kantong-kantong jenazah, " kata Kepala Pusat Kedokteran dan Kesehatan (Pusdokkes) Polri Brigjen (pol) Musadeq Ishak dalam jumpa pers di RS Polri Said Soekanto, Jakarta Timur, Minggu (13/5).

Musadeq mengatakan, sejak Sabtu (12/5) tim DVI Indonesia bersama dengan tim forensik Rusia sudah bekerja untuk melakukan identifikasi, termasuk pengambilan sampel DNA. "Malam ini diharapkan seluruh rangkaian pemeriksaan forensik akan kami selesaikan," kata Musadeq.

Sejauh ini tim DVI Indonesia sudah menerima data antemortem (data jenazah sebelum kematian) sebanyak 35 data dari warga Indonesia, satu orang Amerika Serikat, satu orang Perancis, dan delapan orang Rusia.

"Semuanya ada 45 korban, data antemortem sudah lengkap termasuk profil DNA yang kami harapkan," katanya.

Tim forensik terdiri atas antropologi forensik (proses identifikasi bila jenazah yang ditemukan sudah terlalu rusak, terlalu terurai, atau tinggal tulang-belulang). Kemudian, odontologi forensik untuk pemeriksaan gigi, serta patologi forensik berupa pemeriksaan secara umum untuk menilai lingkungan, situasi lokal, dan posisi serta kondisi mayat.

Pemeriksaan forensik terdiri dari tim DVI, tim forensik Rusia yang diketuai Andrey Kovalev, pakar forensik DNA Rusia Profesor. Ivanov, dan tim forensik dari beberapa universitas seperti Universitas Indonesia, Universitas Padjadjaran, Universitas Airlangga, dan lain-lain.

Dituturkan Musadeq, tim forensik Rusia masuk ke dalam tim DVI Indonesia yang berjumlah enam tim, di mana setiap satu tim terdiri atas dua ahli patologi forensik, satu ahli antorpologi forensik, dan satu odontologi forensik.

Menurut Musadeq, tim ahli forensik dari Rusia langsung bergabung dalam sistem yang telah dibentuk oleh tim DVI. "Kami akan mensinergikan dengan (forensik) Rusia, sehingga kita dapat berbagi dan mempercepat proses identifikasi ini," katanya.

Setelah pengumpulan data antemortem selesai, nantinya akan dilakukan pemeriksaan postmortem yaitu pencocokan data yang ada dengan korban yang ditemukan. "Proses ini yang akan memakan waktu, tapi semoga bisa lebih cepat," katanya.
 Dua Hari Lagi, Ahli Forensik DNA Rusia Tiba di Indonesia

Jurnas.com | DUA hari lagi atau Selasa (15/5) ahli forensik asam deoksiribonukleat, lebih dikenal dengan DNA, Profesor Ivanov akan tiba di Indonesia.

Menurut Kepala Pusat Kedokteran dan Kesehatan Mabes Polri Brigjen (Pol) Musadeq Ishak kedatangan ahli forensik DNA tersebut karena ada pembicaraan antara Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Presiden Rusia Vladimir Putin.

"Jadi kami tidak bisa menolak, tapi memang lebih baik kami bekerja sama, kami akan besinergi positif. Bukannya kami (Indonesia) enggak mampu melakukan identifikasi," kata Musadeq dalam jumpa pers di RS Polri Soekanto, Jakarta Timur, Minggu (13/5).

Sekedar diketahui, DNA dalam forensik terletak dalam darah, sperma, kulit, liur atau rambut dari tubuh manusia. Sementara itu Ketua Ahli Forensik Rusia Andrey Kovalev mengatakan, pihaknya berharap proses identifikasi bisa berjalan dengan cepat dalam waktu dua pekan.

Namu begitu, menurutnya, hal itu juga tergantung dengan kondisi potongan-potongan jenazah. "Sekarang susah mengatakan berapa lama penyelidikan berlangusng karena jumlahnya begitu banyak," kata Andrey dalam bahasa Rusia.

Dikatakan Andrey, proses identifikasi saat ini lebih pada menentukan identitas korban. Selain ahli forensik DNA, tim forensik Rusia juga mendatangkan ahli patologi forensik dan antropologi forensik.

"Kami akan identifikasi baik (potongan jenazah) yang kecil maupun besar," katanya, "Kami akan bekerja di sini, sampai semua teridentifikasi."

Kepala Bidang Penerangan Umum Mabes Polri, Kombes (Pol) Boy Rafli Amar mengharapkan proses identifikasi dapat 100 persen sesuai dengan data yang ada.

Setelah proses identifikasi selesai, pihaknya akan mengantarkan jenazah tersebut ke keluarga masing-masing. "Nanti akan diantar sampai rumah duka, tidak usah khawatir. Kami akan mempersiapkan semuanya," ujar Boy.
 Dua Anggota SAR Rusia Tak Kuat Mendaki

Mereka hanya mampu mencapai ketinggian 1.400 Meter di atas permukaan laut (Mdpl).

SEBANYAK dua anggota tim SAR Rusia, terpaksa kembali turun ke Posko 1 Cipelang, Bogor, Jawa Barat, karena tidak kuat mendaki Gunung Salak untuk mencapai lokasi jatuhnya pesawat Sukhoi Superjet 100, Minggu (13/5). Fisik kedua anggota tim SAR Rusia itu diduga terkuras akibat beban yang dibawa terlampau berat.

Mereka hanya mampu mencapai ketinggian 1.400 Meter di atas permukaan laut (Mdpl). Sementara 13 rekannya yang lain tetap melanjutkan perjalanan ke lokasi musibah pesawat tersebut, di titik 2.400 Mdpl.

Dengan nafas yang memburu, juga keringat yang terus membahasahi wajah dan tubuhnya, kedua anggota tim SAR Rusia itu langsung masuk ke ruangan posko utama pengendali.

Sesampainya di posko, keduanya diterima oleh ketua tim evakuasi yang juga menjabat Danrem 061 Badak Putih, Kolonel Inf AM Putranto.

"Keduanya ketemu dengan kami. Di ketinggian 1.400 Mdpl, mereka mengaku tidak kuat mendaki," kata Edi, anggota SAR yang hendak ke Posko 1 dari lokasi jatuhnya pesawat tersebut di kaki Puncak 1 Gunung Salak.

Seperti diketahui, Tim SAR Rusia yang terjun untuk membantu proses investigasi kecelakaan pesawat Sukhoi jenis Superjet 100 tiba di Lapangan Pasir Pogor, Cipelang, Sabtu (12/5) malam.

Mereka berjumlah 45 orang. Namun, dari jumlah tersebut, hanya 25 orang saja yang diperbolehkan naik ke lokasi pesawat jatuh.

Tak cuma itu, kegiatan mereka pun dibatasi. Mereka hanya dapat mengumpulkan serpihan pesawat selama tiga hari.(Berita Satu)
 Jenazah Co-Pilot Sukhoi Dievakuasi Lewat Jalur Darat

Tim SAR masih menunggu apakah akan ada lagi evakuasi lewat jalur darat

Jenazah co-pilot Sukhoi Superjet-100 yang jatuh akibat menabrak tebing Gunung Salak pada Rabu (9/5) dievakuasi melalui jalur darat.

Menurut anggota Brimob yang mengevakuasi jenazah copilot tersebut, hari ini, jenazah tersebut dievakuasi  melalui jalur pendakian Gunung Salak di Pos Murbai Taman Nasional Gunung Halimun Salak, kemudian dibawa ke helipad  di Kampung Pasir Pogor, Desa Cipelang, Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor.

"Dari jalur darat tepatnya di Pos Murbai kami mengevakuasi satu kantong mayat yang berisi jenazah korban," kata Kapolres Sukabumi, AKBP M Firman kepada Antara.

Sampai saat ini pihaknya masih siaga menunggu informasi apakah ada lagi evakuasi melalui jalur darat. 

Saat ini jenazah sudah diterbangkan ke Halim Perdana Kusuma, Jakarta dengan menggunakan helikopter milik Badan SAR Nasional (Basarnas) sekitar pukul 13.00 WIB melalui heliped di SMP 1 Cijeruk, Bogor.(Berita Satu)
 Kotak Hitam Ditemukan di Tebing Gunung

Terjalnya lokasi menghambat evakuasi
Tim evakuasi harus menyiapkan tambahan tali untuk dapat mengambilnya.

Kotak hitam (Black Box) pesawat Sukhoi Super Jet 100 sudah ditemukan. Namun, tim evakuasi belum mengambil black box karena sulit dijangkau.

"Hasil Paskhas yang mengintai barang itu. Black box sudah diketahui tempatnya tapi belum bisa diambil," kata Ketua Komite Nasional  Keselamatan Transportasi (KNKT), Tatang Kurnadi, di lapangan Helipad Pasir Pogor, Cijeruk Bogor, Minggu (13/05).

Tatang menjelaskan posisi black box sulit dijangkau karena berada di tebing gunung Salak. Tim evakuasi harus menyiapkan tambahan tali untuk dapat mengambilnya.

"Salah satu kemungkinan dengan raffling. Tapi harus dihitung dengan baik," kata Tatang.

Lebih lanjut Tatang menegaskan evakuasi penumpang pesawat Sukhoi menjadi  prioritas tim SAR.

"Saya selalu berharap mudah-mudahan Allah memberikan  mujizat masih ada yang selamat," harapnya.(Berita Satu)
 Bukti Pilot Manuver Kuat

foto sepihan pesawat
JAKARTA - Bukti bahwa pilot Sukhoi Superjet 100 (SSJ 100), Alexander Yablontsev terlalu pede dalam melakukan manuver-manuvernya saat penerbangan gembira (joyflight) makin kuat. Gerakan pilot senior yang disebut sebagai Godfather-nya Sukhoi Superjet itu dianggap berbahaya.

Hal itu diungkapkan oleh Presiden Federasi Pilot Indonesia, Manotar Napitupulu yang menilai banyak kejanggalan dalam penerbangan yang dipiloti mantan kosmonot itu. Dia mengaku heran mendengar pilot menurunkan ketinggian dengan cepat dari 10 ribu kaki ke 6 ribu kaki, "Sangat tidak lazim dalam joyflight menurunkan ketinggian setajam itu dalam sekali gerakan. Itu kan cuma butuh 40-45 detik," ujarnya.

Biasanya dalam penerbangan gembira, pilot akan berusaha membuat penumpang senyaman mungkin. Bahkan diusahakan penumpang bisa makan minum dengan tenang tanpa ada goncangan. Dalam joyflight Rabu lalu (9/5), Yablontsev nampaknya ingin mendekati Landasan Udara Atang Sanjaya, "Tapi kalau turunnya drastis, penumpang belakang bisa mual, tidak nyaman," katanya.    

Keputusan itu juga dianggap janggal oleh pilot Indonesia. Pasalnya sudah umum bahwa 25 mil kearah selatan Bandara Halim Perdanakusuma, pilot Indonesia akan menghindari terbang rendah. Para pilot Indonesia menyebutnya dengan istilah MSA (Minimum Safety Altitude) atau Ketinggian Aman Minimal, "Kearah selatan itu kita (pilot lokal) MSA-nya dibawah 6900 kaki, dibawah itu cuaca unpredictable (tidak bisa diprediksi)," ungkapnya.

Oleh karena itu Manotar meminta KNKT (Komite Nasional Keselamatan Transportasi) untuk menyelidiki lebih lanjut mengapa pilot tiba-tiba memutuskan untuk turun begitu drastis, apakah karena obstacle (hambatan) atau memang ingin menikmati pemandangan di pegunungan Salak, "ATC (Air Trafic Control) memberi izin karena memang kawasan udara di Atang Sanjaya sudah steril, tidak akan ada pesawat lain," lanjutnya.

Yang cukup mengherankan, ketika berada 6000 kaki diatas Lanud Atang Sanjaya, pilot meminta izin orbit (memutar) kearah kanan. Permasalahannya, apakah belok ke kanan itu masih diatas Lanud Atang Sanjaya? Ternyata tidak, pesawat malah menuju arah pegunungan Salak, "Antara Lanud Atang Sanjaya ke Gunung Salak itu memang cukup dekat hanya tujuh mil, kalau pakai Sukhoi paling satu menit," tandasnya.

Manotar menilai Yablontsev sengaja membawa penumpang ke atas pegunungan menunjukkan kelincahan manuver pesawat buatan Rusia itu.  Keputusan itu dinilai berisiko karena cuaca pegunungan dikabarkan sedang diselimuti kabut tebal, "Seharusnya kalau tahu cuaca berkabut tebal tidak usah memaksakan diri. Lurus saja ke Pelabuhan Ratu paling 3-4 menit, atau balik ke Halim saja," sebutnya.

Kemungkinan, kata Manotar, pilot Yablontsev sengaja ingin menikmati pemandangan di pegunungan Salak terlebih dahulu. Oleh karena itu dia meminta KNKT untuk menyelidiki apakah pesawat itu sengaja keluar dari zona aman diatas Lanud Atang Sanjaya? "Kemungkinan pilot itu terlalu 'pede', pengen bermanuver, padahal tidak mengenal medan. Apalagi saat itu tidak didampingi pilot lokal," tandasnya.

Deputi Manager Senior Angkasa Pura II, Mulya Abdi mengakui bahwa selama penerbangan joyflight kedua itu, pilot tiga kali melakukan komunikasi dengan ATC (Air Trafic Control). Pertama saat melakukan take off dari bandara Halim Perdana Kusuma. Kedua, saat meminta izin turun dari ketinggian 10 ribu kaki ke 6 ribu kaki, dan Ketiga saat meminta orbit (memutar) ke kanan, "ATC mengizinkan karena masih di area aman penerbangan," tandasnya.

Saat meminta izin menurunkan ketinggian dan berbelok itu, pesawat masih berada diatas kawasan Lanud Atang Sanjaya. Oleh karena itu, Mulya dengan tegas mengatakan bahwa pihak ATC sudah menjalankan prosedur yang benar dalam memandu penerbangan pesawat Sukhoi Superjet 100 itu. Namun pihak ATC kaget karena setelah itu pesawat kehilangan kontak (lost contact), "Saya dengan KNKT lagi dalam rangka untuk investigasi itu," pungkasnya.

Sementara itu, pilot senior Jeffrey Adrian menambahkan, semua pihak harus belajar banyak dari peristiwa kecelakaan SSJ 100. Salah satu yang harus menjadi pelajaran adalah jangan sampai pilot asing yang belum mengerti medan dan kondisi penerbangan di tanah air dibebaskan untuk melakukan berbagai manuver penerbangan.

"Kedepan, seharusnya pilot asing harus didampingi co-pilot lokal yang mengerti benar kondisi wilayah dan penerbangan di sini (Indonesia)," kata Jeffrey dalam sebuah diskusi di Jakarta kemarin.

Selain itu, kata Jeffery, seharusnya sebelum joy flight harus ada pembicaraan dulu dengan otoritas terkait untuk membicarakan hal-hal teknis penerbangan seperti rute, ketinggian, manuver apa saja. "Jadi harus ada flight approval dulu, baru boleh dilakakukan," imbuh suami Revi Regina itu.

Pria yang sudah 15 tahun berpengalaman sebagai pilot Garuda Indonesia itu menduga pilot Alexander belum memahami medan dengan baik. Meksi begitu, kata dia Alexander sudah berusaha semaksimal mungkin untuk mengikuti aturan yang berlaku.

Kata dia, permintaan turun dari 10 ribu kaki ke 6 ribu kaki dalam aturan penerbangan adalah seuatu yang sah. Asal, yang pilot bisa menguasai visual di lapangan. "Permintaannya (turun) di setujui ATC, pasti dia sudah menguasai pandangan," katanya.

Mungkin saat turun, lanjut Jeffery, tiba-tiba awan tebal menyelimuti pandangannya. Alexander pun melakukan manuver untuk mengamankan pesawatnya tetapi dia terlambat dan menabrak tebing. "Mungkin itu karena dia tidak tahu medannya," imbuh pria yang kini sedang menempuh pendidikan air racer.

Jeffery mengaku dirinya banyak memiliki pengalaman terbang di sela-sela pegunungan dengan ketinggian dibawah 6 ribu kaki. Terutama saat terbang di pegunungan Jaya Wijaya Papua. Dia berhasil melintasi pegunungan tersebut karena hafal dan paham benar dengan medan.

Sementara itu pengamat penerbangan Samudra Sukardi mengatakan, mayoritas teknologi ATC di bandara-bandara Indonesia sudah usang. Menurutnya, teknologi ATC sudah jauh tertinggal dengan teknologi pesawat yang kecanggihannya tidak bisa dibendung. "Jangankan di bandara daerah, di bandara ibukota seperti (Bandara) Soekarno Hatta saja teknologinya harus segera diperbaharui," katanya.

Selain masalah teknologi, Samudra juga menyorot soal jumlah sumber daya manusia (SDM) yang bertugas di ATC kurang. Kata dia, kekurangan jumlah sumber daya manusia mengakibatkan para petugas yang ada harus bekerja melebihi waktu yang seharusnya. Akhirnya mereka kelelahan dan tidak berkonsentrasi. Padahal untuk mengatur lalu lintas penerbangan, petugas ATC harus memiliki konsentrasi tinggi. (wir/kuh)(jpnn)
 Pagi Ini, Tim SAR Kembali Evakuasi 3 Kantong Jenazah

Jurnas.com | WALAU hujan sempat mengguyur kawasan Gunung Salak, Bogor, namun evakuasi korban Sukhoi tetap dilakukan Tim SAR gabungan, pagi ini. Tim berhasil mengevakuasi 3 kantong jenazah.

"Walaupun sempat hujan namun proses evakuasi tetap berjalan. Pagi ini tim sudah berhasil mengevakuasi tiga kantung jenazah dari tim evakuasi di lapangan,"kata Marsekal Pertama (Marsma) Tabri Santoso, Komandan Lanud Atang Sanjaya, di Cijeruk, Bogor, Senin (14/5).

Ketiga kantong jenazah itu dipindahkan ke Heli Balko PMI untuk selanjutnya diterbangkan ke Lanud Halim Perdanakusumah, Jakarta Timur. Ia mengatakan, evakuasi terus dilakukan selama cuaca memungkinkan.

Dengan dievakuasinya tiga kantong jenazah tersebut, maka hingga kini sudah ada 25 kantong yang berhasil dievakuasi oleh Tim SAR.
 Kesehatan Menurun, Dua Wartawan Asing Peliput Sukhoi Dievakuasi

Wartawan peliput evakuasi
Jurnas.com | DUA wartawan asing yang sedang melakukan peliputan di lokasi jatuhnya pesawat Sukhoi Superjet-100 yang jatuh di kawasan Gunung Salak, Kabupaten Bogor dievakuasi karena kondisi kesehatan mereka yang menurun.

"Kami mendapatkan laporan adanya dua orang yang sakit di lokasi jatuhnya pesawat, setelah kami berkoordinasi dan diperiksa ternyata kedua orang tersebut merupakan wartawan asing dari Rusia yang tengah melakukan peliputan," kata Danrem 061 Suryakencana Bogor Kolonel (Inf) AM Putranto kepada wartawan di Posko Desa Cipelang, Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Senin (14/5).

Menurut dia, kedua wartawan tersebut bisa naik atas izin dari pihaknya, namun karena tidak mampu melanjutkan akhirnya mereka meminta untuk dievakuasi dari Puncak Salak I.

"Mereka dievakuasi melalui jalur udara dengan menggunakan helikopter Super Puma dan tiba di 'helipad' yang berada di Lapang SMPN I Cijeruk, Kampung Pasir Pogor, Desa Cipelang, Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor sekitar pukul 10.00 WIB," ujarnya, menambahkan.

Sampai saat ini kondisi kedua wartawan tersebut sudah membaik.

Sementara itu, 13 orang dari tim SAR Rusia yang tengah berada di lokasi akan membuka tenda, namun tidak dimungkinkan untuk membuka tenda.

"Kami telah intruksikan kepada Tim SAR Rusia agar jangan dahulu membuka tenda di puncak, karena tidak memungkinkan," kata Putranto. Antara
 Basarnas: Black Box Belum Ditemukan

Jurnas.com | BLACK box atau kotak hitam pesawat Sukhoi Superjet 100 sampai saat ini belum berhasil ditemukan. Hal itu ditegaskan Kepala Basarnas, Marsekal Madya Daryatmo, saat jumpa pers di Bandar Udara Halim Perdanakusumah, Senin (14/5).

Diakuinya, Tim SAR gabungan sudah mencapai lokasi yang diperkirakan tempat keberadaan black box tersebut, yakni di sekitar pecahan ekor pesawat.

"Kami memang sudah berhasil mencapai puingan ekor pesawat, tapi black box belum bisa ditemukan," ujarnya.

Ia menjelaskan, Tim SAR gabungan hanya mengambil barang bukti di sekitar pecahan ekor pesawat Sukhoi. "Yang ditemukan hanya berupa GPS, alat komunikasi serta alat pendukungnya," katanya.

Sebelumnya Tim SAR berasumsi ekor pesawat masih utuh, tidak hancur. Namun, ternyata didapati ekor pesawat sudah hancur. "Jadi, semua barang yang ditemukan di sekitar pecahan ekor pesawat, kami ambil semua," ujar Daryatmo.

Nantinya, benda-benda yang dikumpulkan akan diserahkan kepada tim Dissaster Victim Identification (DVI) untuk proses identifikasi. Ia meyakini, pencarian black box Sukhoi akan berhasil dilakukan. "Kalau telaten dan pantang menyerah untuk berhenti, kami yakin bisa menemukannya," katanya.

Jika berhasil ditemukan, black box Sukhoi akan langsung diserahkan pada Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) untuk diperiksa.
Berita bersambung di Tragedi Sukhoi Superjet 100 (3)
(Jurnas)/(Berita Satu)/(jpnn)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.