Jumat, 11 Mei 2012

Tragedi Sukhoi Superjet 100 (1)


Rest In Peace

 Pesawat Penumpang Sukhoi Superjet 100 Hilang

Jurnas.com | TERBANG perkenalan (joy flight) pesawat Sukhoi Superjet 100 hilang di sekitar Gunung Salak, Bogor, Jawa Barat. Pesawat komersial buatan Rusia itu hilang setelah sudah beberapa kali joy flight dari Bandara Halim Perdanakusumah.

Joy flight bertujuan memperkenalkan pesawat ini pada maskapai pemesan di Indonesia. Informasi sementara, jumlah penumpang di dalamnya ada 40-an orang terdiri pejabat Indonesia dan Rusia.
 Serpihan Sukhoi Sudah Terlihat dari Helikopter

Danlanud Foto Lokasi Pesawat
Jurnas.com | SERPIHAN pesawat Sukhoi sudah terlihat dari helikopter di kawasan Gunung Salak dengan koordinat 06,42,612 dan titik 1064441,2, sekitar 3,5 kilometer posko Cijeruk, Kabupaten Bogor, Kamis pagi.

Ketua Koordinator Posko Utama Taman Nasional Gunung Halimun Salak, Ketut Purwa mengatakan Kamis (10/5) bahwa ia telah mendapat konfirmasi dari helikopter Super Puma yang secara fisik telah melihat serpihan itu dari ketinggian 2500 feet.

"Kami segera menuju lokasi itu," kata Ketut Purwa.

Helikopter Super Puma TNI Angkatan Utara dikerahkan oleh Lanud Atang Sendjaja dari Semplak Bogor untuk mencari pesawat Shukoi yang hilang di kawasan Gunung Salak tersebut.(Antara)
 Agen Sukhoi Ralat, Jumlah Penumpang Pesawat Jadi 45 Orang

Suasana joyflight pertama
Jurnas.com | KONSULTAN Trimarga Rekatama yang merupakan Agen Sukhoi di Indonesia meralat jumlah penumpang yang ikut terbang bersama pesawat Sukhoi Superjet 100. Dari data atau List of Passangers SSJ100, ada empat nama yang dicoret.

"Nama yang dicoret itu tidak jadi ikut penerbangan," ujar Sunaryo, Konsultan Trimarga Rekatama di Jakarta, Kamis (10/5).

Keempat nama yang dicoret adalah Syafruddin dari Carpediem Mandiri, Andika Monoarfa dari Sigap Dasa Perkasa, Suharso Monoarfa dari Manhattan Group, dan Edy Saryoko dari Gatary.

Sunaryo mengatakan data yang diumumkan semalam belum tentu benar. Sebab saat itu ia hanya menempel daftar tamu yang jumlahnya 50 orang.

Kemudian dari data itu berkembang informasi bahwa ada orang yang tak jadi ikut penerbangan. "Andika dan lainnya tidak ikut penerbangan. Edy Saryoko telpon ke kantor saya dia tidak ikut penerbangan," ucapnya.

Berikut daftar nama yang ikut penerbangan Sukhoi Superjet 100 :

1. Kornel Sihombing dari PT DI
2. Edie dari pelita Air
3. Darwin Pelawi dari Pelita air
4. Gatot Purwoko dari Air Fast
5. Budi Rizal dari Putera Artha Dirgantara
6. Herman Suladji dari Air Maleo
7. Donardi Rahman dari Aviastar
8. Anton Daryanto dari Indonesia Air Transportation
9. Arief Wahyudi dari PT Trimarga Rekatama
10. Haidir Bachsin dari PT Catur Daya Prima
11. Rully Darmawan dari Indo Asia
12. Ahmad Fazal dari Indo Asia
13. Insan Kamil dari Indo Asia
14. Edo M dari Indo Asia
15. Stephen Kamaci dari Indo Asia
16. Ismie - Trans TV
17. Aditya Sukardi dari Trans TV
18. Dody Aviantara Majalah Angkasa
19. DN Yusuf dari Majalah Angkasa
20. Femi dari Bloomberg News
21. Ganis Arman Zuvianti dari Indonesia Air Transport
22. Capt. AAN dari - Sky Aviation
23. Yusuf Ari Wibowo - Sky Aviation
24. Henny Stevani - Sky Aviation
25. Mai Syarah - Sky Aviation
26. Dewi Mutiara - Sky Aviation
27. Sussana Vamel - Sky Aviation
28. Nur Ilmawati - Sky Aviation
29. Rossy Withan - Sky Aviation
30. Anggi - Sky Aviation
31. Aditya - Sky Aviation
32. Salim K - Sky Aviation
33. Ade Arisanti - Sky Aviation
34. Raymond Sukando - Sky Aviation
35. Santi - Sky Aviation
36. Yabloncev awak Sukhoi dari Rusia
37. Kirkin awak Sukhoi dari Rusia
38. Kochetkov awak Sukhoi dari Rusia
39. Rakhimov awak Sukhoi dari Rusia
40. Shvetsov awak Sukhoi dari Rusia
41. Martishenko awak Sukhoi dari Rusia
42. Grebenshikov awak Sukhoi dari Rusia
43. Kurzhupova awak Sukhoi dari Rusia
44. Peter Adler dari Siriwijaya berkewarganegaraan US
45. Anam Tran dari SNECMA berkewarganegaraan Perancis.
 Tabrak Tebing, Sukhoi Superjet 100 Hancur

Jurnas.com | PESAWAT Sukhoi Seperjet 100 yang hilang di wilayah Gunung Salak, Bogor Jawa Barat telah ditemukan. Badan SAR Nasional (Basarnas) menemukannya di koordinat 0642612 dan 10644412 pada ketinggian 2.500 kaki, 3,5 kilometer dari Cijeruk.

"Kondisi pesawat itu hancur berkeping-keping," ujar Juru Bicara Basarnas, Gagah Parkoso di Jakarta, Kamis (10/5).

Ia juga mengatakan pesawat itu hancur karena menabrak tebing puncak gunung salak.

Menurut Gagah, pesawat menabrak tebing Gunung Salak karena menurunkan ketinggian dari 10 ribu kaki menjadi enam ribu kaki. Pesawat itu menurunkan ketinggian terbangnya guna menghindari cuaca buruk.

"Sukhoi itu request untuk turun. Dia menghindar cucaca buruk. Jadi bukan persoalan siapa yang memberi izin turun. Tapi itu hanya permintaan dia," ucap Gagah.
  Kemenhub Pastikan Sukhoi Superjet 100 Laik Terbang

Jurnas.com | KEMENTERIAN Perhubungan (Kemenhub) memastikan, pesawat Sukhoi Superjet 100 yang jatuh di lereng Gunung Salak, Rabu Kemarin, telah mengantongi izin terbang sebelum melakukan demo terbang atau joy flight. Perizinan yang disebut flight aproval ini dikeluarkan ATC (Air Traffic Controller) bandara terkait.

Izin tersebut menjadi legitimasi bagi pesawat bersangkutan untuk mengudara pada rute tertentu. Sementara Kemenhub berwenang mengeluarkan perizinan bagi pesawat tersebut untuk mengudara di wilayah Indonesia.

"Kalau izin yang dari perhubungan ini saya sendiri tidak tahu kapan keluarnya, belum tahu sampai detil kesitu," kata Kepala Pusat Komunikasi Publik Kemenhub, Bambang S Ervan saat dihubungi Jurnal Nasional, Kamis (10/5).

Guru Besar Hukum Penerbangan Universitas Tarumanegara (Untar), K Martono, membenarkan, bahwa sebelum melaksanakan joy flight, Sukhoi harus mengantongi izin dari penyelenggara negara. "Kalau sudah diberi izin dari penyelenggara negara, maka pesawat tersebut sudah memenuhi persyaratan untuk terbang di Indonesia," tuturnya.

Sukhoi Superjet 100 tersebut berada di Jakarta dalam rangka menggelar road show ke beberapa negara, termasuk Indonesia.
 Sukhoi Tabrak Gunung Salak dengan Kecepatan 800 Km Per Jam

Jurnas.com | PESAWAT Sukhoi Superjet 100 diketahui terbang dengan kecepatan 800 km perjam sebelum akhirnya menabrak tebing puncak Gunung Salak di Bogor, Jawa Barat, Rabu kemarin. Hal itu dikatakan Juru Bicara Badan SAR Nasional (Basarnas), Gagah Prakoso, di Jakarta, Kamis (10/5).

Dikatakannya, sebelum menabrak tebing gunung Salak, Sukhoi memberi pesan request turun dari ketinggian 10 ribu kaki menjadi enam ribu kaki. Sukhoi menurunkan ketinggian terbang guna menghindari cuaca buruk.

Menurut Gagah, cuaca buruk bisa bermacam-macam, misalnya awan tebal, angin kencang, dan lain-lain. Akan tetapi, hingga saat ini belum bisa dipastikan jenis cuaca buruk apa yang dihindari Sukhoi buatan Rusia tersebut.

Gagah mengatakan, tinggi Gunung Salak mencapai 7.200 kaki. Hal itu bertolak belakang dengan keputusan menurunkan ketinggian terbang Sukhoi menjadi enam ribu kaki.

Namun Gagah tidak mempermasalahkan soal siapa yang memberi izin menurunkan ketinggian terbang. "Bukan siapa yang memberi izin. Pesawat itu menghindari cuca buruk. Menghindarinya bisa dengan menaikkan dan menurunkan ketinggian, atau ke kiri dan kanan. Itu permintaan dia, dan dilakukan dengan cepat," ucap Gagah.
 Kemenhub: Sukhoi Keluar Rute Terbang yang Dianjurkan

Jurnas.com | RUTE yang dilalui pesawat Sukhoi Superjet (SSJ) 100 saat melakukan demo terbang (joy flight) kemarin, Rabu (9/5), dipastikan aman oleh Kementerian Perhubungan (Kemenhub) selaku otoritas penerbangan RI. Dari lokasi penemuan bangkai SSJ 100 di antara Gunung Gede-Pangrango dan Gunung Salak, kemungkinan besar pesawat jatuh di luar rute yang direncanakan.

Namun belum dapat dipastikan penyebab SSJ 100 sampai keluar rute yang ditentukan. "Kalau mereka memilih terbang di atas Atang Sandjaya saja itu aman. Tapi ternyata ditemukan di luar rute itu. Mereka keluar jalur, kenapa itu, kami belum tahu," kata Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kemenhub, Herry Bakti S Gumay, di Jakarta, Kamis (10/5).

Herry mengatakan, keputusan pilot Sukhoi untuk menurunkan ketinggian pesawat dari 10.000 feet ke 6.000 feet bukan kesalahan. "Penurunan ketinggian itu bukan hal keliru asalkan pesawat tetap berada di atas Atang Sandjaya," ujarnya.

"Saya tahu ada permintaan pilot untuk menurunkan ketinggian. Jawaban ATC (Air Traffic Control) 'approve' atau tidak saya belum tahu, belum dengar rekamannya. Karena mereka kan sebelumnya mempunyai flight plan," kata Herry.

Rute yang dipakai SSJ 100 untuk demo terbang bukan ditentukan Kemenhub, namun pilihan mereka sendiri. Karena awalnya pesawat memang hanya berencana mengudara di atas Lanud (Pangkalan Udara) Atang Sandjaya. "Untuk rute itu mereka buat flight plan dan kita menyetujuinya. Saat pesawat ini terbang tak ada penerbangan berjadwal yang berencana terbang lewat wilayah yang sama. Tapi kalau untuk penerbangan tak berjadwal tidak tahu," ucap dia.

Saat SSJ 100 hendak mengudara cuaca diketahui cukup berawan. Jarak pandang saat itu sekitar 4 km yang idealnya 5 km. "Pesawat Sukhoi ini bukanlah terbang dalam rangka uji coba melainkan sudah terbang komersil," ucap Herry.
 Pilot SSJ 100 Dipastikan Sudah Kuasai Medan

Pilot SSJ 100
Jurnas.com | DIRJEN Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan, Herry Bakti S Gumay, tak meragukan kompetensi pilot Rusia yang mengemudikan SSJ 100. "Sebelum mereka menerbangan pesawat ke suatu negara, tentu mereka mempelajari kondisi medannya dulu," ujarnya di Jakarta, Kamis (10/5).

Herry justru meragukan jika pesawat tersebut dibawa oleh pilot lokal. Alasannya, pilot dalam negeri justru belum dilatih untuk menerbangan superjet 100.

Herrypun tak meragukan kualitas pesawat SSJ 100 ini. Pasalnya, armada SSJ 100 telah berhasil mendapat sertifikat dari badan sertifikasi Rusia (Russian certification institute / IAC AR) dan otoritas penerbangan Uni Eropa (EASA) sehingga pesawat tersebut dijamin laik terbang. "Sertifikasi dari EASA Eropa didapat pada 2011 sedangkan dari Rusia diperoleh pada Februari 2012," kata Herry.

Guru Besar Hukum Penerbangan Universitas Tarumanegara, K Martono, pun menegaskan, bahwa pesawat yang hendak terbang di negara lain terlebih dulu harus diizinkan penyelenggara negara tujuan. "Sebelumnya harus diakui oleh negara tempat dia datang, tapi selain itu negara tempat asalnya juga harus mengakuinya," tuturnya.

Dengan demikian, pemerintah RI jelas berhak untuk memeriksa kelaikan Sukhoi Superjet 100 sebelum melakukan demo terbang. Hal ini wajib dilakukan meski oleh negara pembuatnya sudah disertifikasi, termasuk oleh otoritas penerbangan Uni Eropa. "Untuk lakukan joy flight bukanlah memakai AOC (Air Operator Certificate), tapi pakai izin khusus, " ucap Martono.
 Basarnas: Belum Ada Korban yang Ditemukan

Tim SAR TNI
Jurnas.com | BADAN SAR Nasional (Basarnas) mengklarifikasi pernyataan mereka sebelumnya mengenai penemuan korban tewas pada kecelakaan pesawat Sukhoi Super Jet 100. Menurut Kepala Basarnas, Marsekal Madya Daryatmo, sampai saat ini belum ada korban yang berhasil dievakuasi. "Kalau tadi dibilang sudah sampai, itu tidak benar,"ujar Daryatmo kepada wartawan di Bandar Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Kamis (10/5).

Daryatmo menjelaskan, baik tim SAR darat maupun udara, belum ada yang berhasil mencapai lokasi jatuhnya pesawat untuk kemudian mengevakuasi korban. Ini diakibatkan cuaca di lokasi yang buruk. Evakuasi melalui jalur udara dengan tiga kali penerbangan pun tak berbuah hasil.

Sedangkan evakuasi melalui jalur darat, dikatakannya, tim SAR sebenarnya sudah mencapai ketinggian 1900 meter di atas permukaan laut. Namun angin yang kencang ditambah awan tebal dan hari mulai gelap membuat proses evakuasi melalui jalur darat pun sulit diteruskan. Apalagi, lanjutnya, kemiringan lokasi jatuhya pesawat mencapai 85 derajat. Sebanyak 78 anggota tim SAR darat pun diinstruksikan untuk beristirahat di lokasi akhir pendakian. "Kami naik seperti pendaki gunung karenanya akan berbahaya kalau diteruskan. Saya putuskan mereka untuk istirahat di lokasi,"imbuhnya.

Kondisi cuaca di Gunung Salak itu pula lah, kata Daryatmo, yang membuat lokasi itu rawan terjadi kecelakaan.

Proses evakuasi baik melalui jalur darat dan udara yang dilakukan hari ini dihentikan sejak pukul 17.10 wib tadi. Selanjutnya proses evakuasi akan dimulai lagi besok pagi. Dijadwalkan tim mulai bergerak pukul 06.30 wib. "Karena pukul 06.00 wib kondisi biasanya masih gelap dan terjadi fog,"ujar Daryatmo.

Skema evakuasi besok pagi, kata Daryatmo, tim akan mendrop pasukan khas TNI AU ke lokasi jatuhnya pesawat. Paskhas akan mengidentifikasi dan memberikan informasi mengenai kondisi korban. Sementara itu proses evakuasi darat juga berjalan. "Kami akan buat helipad. Kalau bisa selesai, korban segera dibawa ke Halim kemudian diserahkan ke DVI," katanya.
 Tim SAR Evakuasi Korban Secepatnya

Jurnas.com | TIM SAR menyatakan akan segera melakukan evakuasi terhadap para penumpang pesawat Sukhoi Super Jet 100 (SSJ 100) yang jatuh. Dengan ditemukannya lokasi jatuhnya pesawat tersebut, tim SAR melakukan evakuasi melalui jalur darat dan udara.

"Kami akan secepatnya mengevakuasi korban,"ujar Kepala Badan SAR Nasional (Basarnas) Marsekal Madya Daryatmo di Terminal Kedatangan Bandar Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Kamis (10/5).

Ia mengakui tidak gampang untuk mengevakuasi korban. Selain lokasi jatuhnya pesawat di daerah tebing, juga karena faktor cuaca di sekitar lokasi pesawat jatuh sering berkabut. "Siang hari mulai berkabut. Tapi apapun kendalanya evakuasi akan dilakukan secepatnya,"tegasnya.

Ia menjelaskan, dari lokasi jatuhnya pesawat, korban akan dibawa menggunakan Super Puma 332 menuju Cidahu. Kemudian dari Cidahu akan diterbangkan ke Jakarta menggunakan pesawat yang ukurannya lebih kecil. Di Jakarta, korban akan diserahkan kepada pihak DVI dan perwakilan Trimarga Rekatama, selaku penghubung pembelian pesawat SSJ.

Pesawat SSJ 100 tersebut hilang kontak saat melakukan uji terbang dari Bandar Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Rabu (9/5). Uji terbang tersebut menjadi bagian dari tur promosi pesawat penumpang perdana Sukhoi itu ke beberapa negara Asia.

Pesawat tinggal landas dari Bandar Udara Halim Perdanakusuma sekitar pukul 14.12 wib. Pesawat dijadwalkan terbang ke arah kawasan Pelabuhan Ratu, Kabupaten Sukabumi kemudian kembali ke Bandara Halim Perdanakusuma. Namun selang kira-kira 21 menit dari waktu lepas landas, pesawat kehilangan kontak dengan menara pengendali lalu lintas. Kontak terakhir terjadi saat pilot meminta izin ke menara pengendali lalu lintas udara untuk menurunkan ketinggian pesawat dari 10.000 kaki ke 6.000 kaki.

Informasi terakhir Kamis (10/5) pesawat membawa 47 orang yang terdiri dari 8 awak pesawat asal Rusia dan 39 undangan dari pejabat maskapai penerbangan, perwakilan industri dirgantara dan lima jurnalis. Kelima jurnalis adalah itu dua dari Trans TV, dua dari majalah Angkasa, dan satu dari Bloomberg.(Jurnas)
 KNKT Investigasi Sukhoi Bersama Rusia dan Prancis

Jurnas.com | KOMISI Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) belum bisa memastikan penyebab jatuhnya pesawat Sukhoi Super Jet 100 yang melakukan joy flight atau uji terbang pada Rabu (10/5). Namun dari kondisi tebing, terdapat seperti bekas benturan pesawat. "Terlihat medannya seperti ada benturan dengan pesawat," kata Kepala KNKT, Marsekal Muda Tatang Kurniadi kepda wartawan , Kamis (10/5).

Untuk mengetahui penyebab jatuhnya pesawat, tim KNKT Indonesia bekerja sama dengan komisi serupa dari Rusia dan Prancis melakukan investigasi. KNKT Indonesia secara langsung memimpin investigasi tersebut. Saat ini tim investigasi Rusia masih dalam perjalanan dari Bangkok ke Jakarta dan diperkirakan akan tiba malam ini.

Tatang menegaskan, investigasi yang dilakukan berdasarkan tiga asas yaitu no blame, no judicial dan no reliability."Investigasi tidak bertujuan untuk mencari pihak yang disalahkan, pihak yang harus mengganti dan pihak yang bertanggung jawab ke pengadilan. Tapi untuk mengetahui sistem apa yang kurang. Ini yang akan direkomendasikan untuk diperbaiki,"paparnya.

Pihaknya juga masih belum mengetahui alasan pilot meminta untuk menurunkan ketinggian pesawat. "Itu salah satu yang kami ungkap. Kenapa ada permintaan ini,"imbuhnya.

Sementara permintaan untuk menurunkan ketinggian pesawat harus mendapat persetujuan dari Aviation Traffic Control (ATC).

Pesawat SSJ 100 tersebut hilang kontak saat melakukan uji terbang dari Bandar Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Rabu (9/5). Uji terbang tersebut menjadi bagian dari tur promosi pesawat penumpang perdana Sukhoi itu ke beberapa negara Asia.

Pesawat tinggal landas dari Bandar Udara Halim Perdanakusuma sekitar pukul 14.12 wib. Pesawat dijadwalkan terbang ke arah kawasan Pelabuhan Ratu,Kabupaten Sukabumi kemudian kembali ke Bandara Halim Perdanakusuma. Namun selang kira-kira 21 menit dari waktu lepas landas,pesawat kehilangan kontak dengan menara pengendali lalu lintas. Kontak terakhir terjadi saat pilot meminta izin ke menara pengendali lalu lintas udara untuk menurunkan ketinggian pesawat dari 10.000 kaki ke 6.000 kaki.(Jurnas)
 Miliki Data Lengkap 35 Penumpang WNI, Polri Siap Identifikasi Jenazah

Jurnas.com | TIM identifikasi Polri sudah menerima semua data identifikasi korban warga negara Indonesia (WNI) jatuhnya pesawat Sukhoi Superjet 100 yang jatuh di Gunung Salak, Bogor. Sementara untuk korban warga negara asing, tim masih menunggu dari kedutaan besar negara asal korban.

Kepala Divisi Humas Polri Irjen Pol Saud Usman Nasution, Jumat 11/5) mengatakan, data identifikasi 35 orang WNI sudah diserahkan keluarga.

Data-data antem mortem seperti sidik jari, catatan gigi, sampel DNA dan benda-benda yang dikenakan korban saat naik pesawat sudah diterima tim identifikasi. Tim identifikasi ini terdiri dari tim Disaster Victims Identification (DVI) dan Indonesia Automatic Fingerprint Identification System (INAFIS).

"Sudah terkumpul seluruh data korban dari 35 orang WNI, tes DNA dan data gigi dan barang-barang yang dibawa saat naik pesawat," kata Saud di Mabes Polri.

Dengan lengkapnya data identifikasi ini, Saud menyatakan proses identifikasi atau pengenalan jenazah korban akan cepat dilakukan. Dengan begitu proses penyerahan kepada keluarga bisa cepat dilakukan.

Sejauh ini memang belum ada informasi korban yang ditemukan dan dibawa ke RS Polri Kramatjati untuk diidentifikasi. Meski lokasi jatuhnya pesawat sudah diketahui, namun tim evakuasi di bawah koodinasi Badan SAR Nasional (Basarnas) belum bisa mencapainya. Sulitnya medan Gunung Salak menjadi kendala tersendiri.

Selain itu, cuaca juga tidak mendukung untuk dilakukan evakuasi melalui jalur udara menggunakan helikopter.

Belum bisa dipastikan apakah ada penumpang yang selamat atau tidak. Polri menurut Saud, saat ini hanya bersiap-siap untuk proses identifikasi ini. RS Polri juga sudah menyiapkan fasilitasnya untuk kepentingan pengenalan jenazah korban.(Jurnas)
 Korban Sukhoi Dapat Asuransi US$ 50 Ribu

Jurnas.com | KORBAN jatuhnya pesawat Sukhoi Super Jet 100 akan mendapatkan asuransi dari Sukhoi.

Menurut Sunaryo, dari PT Trimarga Rekatama, besar asuransi US$ 50 ribu atau sekitar Rp 460 juta.

"Sukhoi sebelumnya sudah mengasuransikan setiap penumpang yang ikut,"ujarnya di Bandar Udara Halim Perdanakusuma, Jumat (11/5).

Sunaryo menjelaskan, asuransi dibayarkan setelah seluruh proses identifikasi selesai dilakukan. Data dari proses identifikasi kemudian dicocokan dengan daftar manifes pesawat.

"Pastikan dulu kasus selesai. Identifikasi selesai dan kemudian dicocokan dengan manifesto itu,"imbuhnya.

Ia menambahkan, sejauh ini seluruh biaya untuk mengurus jenazah seperti peti jenazah, kain kafan dan sebagainya ditanggung pihak Trimarga Rekatama selaku agen Sukhoi di Indonesia.

Pesawat Sukhoi Super Jet 100 jatuh di sekitar Gunung Salak, Cijeruk, Jawa Barat, pada Rabu (9/5) saat melakukan uji terbang. Pesawat berpenumpang 45 orang yang terdiri dari 8 awak pesawat dari Rusia, 2 penumpang WN Prancis dan Amerika Serikat dan 35 penumpang WN Indonesia.(Jurnas)
 Enam Tim Forensik Siap Identifikasi Korban Sukhoi

Logo Sukhoi terindetifikasi
Jurnas.com | ENAM tim yang terdiri dari sembilan orang sudah dipersiapkan untuk mengidentifikasi jenazah korban Sukhoi Superjet (SSJ) 100.

"Sembilan orang terdiri dari dokter forensik, analis DNA, Finger Print, dan tim teknis," ujar Triroso Adi Waluyo, Kepala Forensik RS Bhayangkara Dr. Sukamto, Kramat Jati, Jumat (11/5).

Ia mengatakan, tim forensik sudah siap sepenuhnya, hanya tinggal menunggu kabar lanjutan dari proses evakuasi di Bogor dan posko tim Dissaster Victim Identification (DVI) di Bandar Udara Halaim Perdanakusumah. ""Belum ada kabar atau instruksi lagi, tunggu saja," katanya.

Nantinya, setelah proses identifikasi dimulai, Tri juga tidak bisa mengatakan lama waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan identifikasi.

"Tergantung kondisi jenazah, bisa saja badannya utuh, tapi mukanya hancur atau ruas jari dan bagian tubuh lainnya hilang," katanya menjelaskan.

Ia menambahkan, jika proses identifikasi secara visual tidak bisa dilakukakan, maka jalan terakhirnya adalah melalui proses identifikasi DNA. "Nah, kalau sudah seperti itu bisa makan waktu berminggu-minggu," ujarnya.

Saat ini situasi di sekitar ruang forensik Dr. Sukamto sudah mulai ramai dengan personil tim DVI. Mereka mulai melengkapi tenda darurat yang dibangun dengan jaringan saluran air untuk proses identifikasi. Selain itu, wartawan yang meliput juga sudah tidak diperbolehkan mendekati atau pun masuk ke tenda identifikasi.

Hingga kini, 12 jenazah korban telah ditemukan dan berhasil dievakuasi oleh tim evakuasi.
 AP II Enggan Jelaskan Percakapan Pilot Sukhoi dengan ATC

Angkasa Pura II
Jurnas.com | TERKAIT informasi permintaan pilot Sukhoi SSJ 100 untuk turun ketinggian dari 10.000 feet ke 6.000 feet kepada menara kontrol, pihak Angkasa Pura II enggan menanggapi. Menurut mereka, semua hal terkait dengan jatuhnya pesawat tersebut telah diserahkan kepada KNKT.

Hal itu disampaikan Senior GM Bandara Soekarno-Hatta PT Angkasa Pura II Mulya Abdi, di Jakarta, Jumat (11/5) malam.

"Itu subyeknya KNKT, jadi karena itu kewenangan KNKT maka saya tidak bisa beri statement agar berita tidak simpang siur. Semua data akan diserahkan, termasuk percakapan dengan ATC (Air Traffic Control), ke KNKT," tuturnya.

Informasi terakhir, evakuasi 12 jenazah korban kecelakaan ke Jakarta ditunda hingga besok, Sabtu (12/5) pagi. Hal itu disebabkan karena buruknya cuaca penerbangan sore ini.

"Belum bisa dievakuasi semua tapi helikopter sudah menuju ke sana. Sampai sekarang tetap diusahakan. Ini terkendala medan yang sulit dan cuaca yang mengganggu sekali," kata Menteri Perhubungan (Menhub) EE Mangindaan, di Jakarta, Jumat (11/5).

Terkait perizinan demo terbang (joy flight) SSJ 100 di Indonesia, Menhub mengatakan, pesawat tersebut sama sekali tak melanggar regulasi manapun karena telah mengantongi izin khusus dari seluruh pihak terkait, yakni Kemlu, Kemenhub, dan TNI AU.

Mangindaan dan Duta Besar Rusia Aleander Ivanov menyampaikan belasungkawa atas kecelakaan ini. "Saya sampaikan duka cita mendalam terkait jatuhnya pesawat Sukhoi 100. Kami sampaikan pula, pertama bahwa pihak Rusia serius ingin bersama kita untuk sama-sama menginvestigasi. Kedua, sampai kini kami dari Basarnas dan KNKT berusaha seoptimal mungkin mengevakuasi para korban," ucap Mangindaan.

Ivanov mengimbuhkan, "Atas nama pemerintah Rusia, sebagai Dubes saya turut berduka cita terhadap semua saudara-saudara kita di pesawat itu. Kami dengan instansi terkait sudah sepakati program kerja sama investigasi kasus ini".

Kepala Basarnas Marsekal Madya TNI AU Daryatmo mengatakan, kendati evakuasi 12 jenazah ke Jakarta tertunda sampai besok, namun penyisiran Tim SAR di TKP terus dilakukan. "12 korban belum dievakuasi ke Jakarta karena cuaca masih jelek. Evakuasi mereka melalui udara akan dilanjutkan besok pagi. Tapi sampai malam ini dan besok pagi tim SAR tetap bekerja untuk temukan korban lain," ujarnya.
 Pesawat Rusia Ilyushin Mendarat di Halim, Bawa 2 Helikopter

Ilyushin 76
Jurnas.com | UNTUK membantu evakuasi korban Sukhoi Superjet 100 di Gunung Salak, Rusia mengirimkan dua helikopter dengan menggunakan pesawat besar pengangkut berjenis Ilyushin 76.

Dari pantauan Jurnal Nasional pesawat besar yang hampir mirip dengan pesawat Hercules ini mendarat di terminal selatan bandara Halim Perdanakusuma. Berdasarkan sumber dari petugas bandara, pesawat tersebut berjenis Iluyshin.

"Itu pesawat Ilyushin. Katanya membawa dua helikopter di dalam," kata salah seorang petugas kepada wartawan di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta, (12/5).
 Bukan Jalur Layak, Sukhoi Terbang di Atas Gunung Salak Dinilai Janggal

Jurnas.com | WILAYAH udara Gunung Salak, Bogor dinilai bukan jalur penerbangan yang layak. Terbangnya Sukhoi Superjet 100 di atasnya dinilai sebuah kejanggalan.

Hal ini dikatakan Presiden Asosiasi Pilot Garuda (APG) Stephanus Gerardus Setitit, Jumat (11/5). "Ya sedikit janggal juga,” kata Stephanus saat dihubungi Jurnal Nasional.

Menurutnya, secara umum wilayah Bogor layak untuk dijadikan zona terbang. Pasalnya di Bogor terdapat pangkalan udara Atang Sanjaya. Ketinggian 6.000 kaki untuk pesawat masih dianggap aman.

Namun tidak dengan Gunung Salak. Dengan ketinggian gunung 6.200 kaki, tentu sangat berbahaya saat pilot menurunkan pesawat dari ketinggian 10 ribu kaki ke ketinggian 6.000 kaki.

Dengan ketinggian Gunung Salak 6.200 kaki, pilot, menurut Stephanus, masih boleh terbang di atasnya dengan ketinggian 8.000 kaki. Itupun dengan catatan jarak pandang saat itu cukup baik. "Agar kita bisa bermanuver belok dengan baik jika ada sesuatu di depan,” katanya.

Pesawat buatan Rusia itu terakhir kontak dengan menara pengawas Bandara Soekarno Hatta di koordinat 06° 43' 08" Lintang Selatan dan 106° 43' 15" Bujur Timur. Koordinat tersebut berada di Desa Cidahu, Gunung Salak, Bogor.

Saat itu pilot Aleksandr Yablontsev mengontak menara pengawas untuk menurunkan ketinggian pesawatnya. Setelah hilang kontak, diketahui pesawat jatuh menabrak tebing di Gunung Salak. Pesawat ditemukan hancur, sudah 12 orang korban tewas ditemukan. Belum diketahui adanya korban yang selamat.
 Tim Penyelamat Belum Temukan Kotak Hitam Pesawat

Black Box pesawat
Jurnas.com | UPAYA tim penyelamat sudah menemukan jasad dan barang-barang identitas penumpang pesawat Sukhoi Super Jet 100.

Namun sejauh ini tim belum benda penting lainnya, seperti black box. “Tim sampai saat ini belum menemukan black box atau kotak hitam pesawat,” kata Pangdam III/Siliwangi Mayjen Sonny Wijaya di Pusat Evakuasi Balai Embrio Ternak Kementerian Pertanian Desa Cipelang, Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Sabtu (12/5).

Meski begitu, Ia menegaskan evakuasi korban akan diupayakan tuntas secepatnya. ”Tidak ada target tertentu.Tapi yang jelas akan diupayakan secepatnya,” katanya.

Sejauh ini, tim evakuasi telah berhasil mengevakuasi 16 kantong mayat. Yakni 12 kantong dievakuasi Jumat (11/5) kemarin, plus empat kantong lainnya dievakuasi pagi tadi.

Meski begitu jumlah kantong mayat yang dievakuasi tidak mewakili jumlah jenazah korban. Pasalnya 16 kantong yang dievakuasi dikabarkan berisi bagian tubuh jenazah korban yang terpencar di beberapa titik lokasi.

"Saya menerima informasi itu kantong mayat bukan jumlah jenazah dan diinformasikan pula jenazah tidak ada yang utuh dan belum ada kabar tentang korban selamat,” kata Sonny.
 Dua Kantong Jenazah Tiba di RS Polri Jakarta

Jurnas.com | PROSES evakuasi terhadap korban jatuhnya pesawat Sukhoi Superjet 100 di Gunung Salak, Bogor, Jawa Barat masih terus dilakukan sampai Minggu (13/5) pagi ini. Tim SAR sampai hari kemarin sudah mengevakuasi sebanyak 16 kantong jenazah korban yang kemudian dibawa ke RS Polri Kramat Jati, Jakarta Timur.

Minggu pagi, sekitar pukul 07.45, dua kantong jenazah kembali tiba di RS Polri Jakarta dan langsung dibawa ke ruang pemeriksaan Disaster Victim Identification (DVI).

Sejak proses evakuasi kemarin banyak keluarga korban yang berdatangan ke RS Polri. Namun pagi ini, di tenda yang disiapkan oleh Posko Tim DVI Indonesia tidak terlihat keluarga korban.

Menurut Tarmin, salah satu petugas jaga di area ruangan pemeriksaan, keluarga korban diminta untuk tetap tinggal di rumah. "Soalnya proses identifikasi ini masih lama, barangkali bisa sebulan," kata Tarmin.

Area di gedung tempat pemeriksaan diberi garis polisi sehingga tidak semua orang bisa mendekat saat ambulans menurunkan jasad korban. Bagi keluarga korban maupun wartawan yang meliput hanya diperkenankan berada di luar garis polisi.

Seperti diketahui, pesawat Sukhoi Superjet 100 menabrak tebing Gunung Salak, Bogor, pada Rabu (9/5) lalu saat pesawat tersebut melakukan joyflight atau terbang promosi di Indonesia. Diperkirakan sekitar 45 orang berada di dalam pesawat tersebut, tapi jumlah tersebut masih belum pasti, sebab manifes atau data jumlah awak pesawat ikut terbawa di dalam pesawat.
 Tim SAR Rusia Hanya Diizinkan Evakuasi Material

Tim SAR Rusia
Jurnas.com | TIM SAR Rusia akan ikut serta dalam proses evakuasi korban jatuhnya pesawat Sukhoi Super Jet 100 di daerah Gunung Salak, Jawa Barat.

Namun menurut Kepala Dinas Operasional Lapangan Udara Atang Sendjaya Kolonel Penerbang Fachri Z, Tim SAR asal Rusia hanya akan diizinkan untuk mengevakuasi material dan membantu investigasi lanjutan penyebab jatuhnya pesawat.

”Mereka tidak dibenarkan untuk mengevakuasi korban, hanya sebatas evakuasi material dan membantu investigasi lanjutan penyebab kecelakaan,” ujar Fachri di Helipad Cijeruk, Jawa Barat, Minggu (13/5).

Tujuan dan kedatangan tim asal negara pembuat pesawat Sukhoi untuk mengumpulkan material itu sebelumnya juga telah diungkapkan saat mendatangi Posko Pusat Evakuasi Cijeruk, Sabtu (12/5) malam. Menurut Koordinator Koordinator Pusat Evakuasi Cijeruk, Kolonel Infanteri AM Putranto, tim penyelamat asal negeri beruang merah itu memang akan fokus mengumpulkan material di sekitar lokasi.

”Saya belum dapat perintah tentang pelaksanaan evakuasi bersama tim asal Rusia. Tapi saat mendatangi kami tadi malam guna meminta izin, mereka mengatakan untuk memungut material,” katanya.

Putranto menegaskan, apabila tim tersebut bersikeras untuk ikut dalam operasi evakuasi korban maka disarankan meminta izin kepada Badan SAR Nasional (Basarnas). Putranto juga tidak setuju dengan keinginan tim Rusia untuk turut menurunkan helikopter dalam proses evakuasi.

”Kalau mau ikut evakuasi korban izin dulu ke Basarnas. Terkait pengerahan helikopter itu akan sulit, karena kemampuan helikopter kita sudah bisa ke lokasi dan operasi berjalan baik. Jadi kalau mereka hanya untuk kerjasama material lebih baik kerjasama dengan KNKT,” ujarnya.

Berdasarkan pemantauan Jurnal Nasional, personel Tim SAR asal Rusia ini telah mendirikan tenda tak jauh dari Helipad Cijeruk.

Menurut informasi yang diperoleh, Tim SAR Rusia akan mengerahkan 50 personel. Sebanyak 25 personel lengkap dengan peralatan telah tiba di sekitar lokasi Helipad Cijeruk tadi malam. Sementara 25 orang lainnya menyusul hari ini. Ikut sertanya tim asal Rusia tersebut diperbolehkan lantaran ada warga negara negara itu yang turut menjadi korban.
... Bersambung Ke Tragedi Sukhoi Superjet 100 (2) ...
(Jurnas)

1 komentar:

  1. TEMPO.CO, Jakarta - Penyebab kecelakaan pesawat Sukhoi Superjet 100 yang menabrak Gunung Salak mulai terkuak. Pengawas udara diduga kurang memandu pilot yang tak paham medan.

    Laporan utama majalah Tempo, "Musabab Jatuhnya Sukhoi", edisi Senin, 18 Juni 2012, memuat isi rekaman percakapan terakhir antara pilot Sukhoi Superjet 100, Aleksandr, dan N, petugas pengatur lalu lintas udara di Terminal East Bandar Udara Soekarno-Hatta, Cengkareng, Banten. (Baca juga: Pilot Sukhoi Sempat Berteriak: Ya Tuhan Apa Ini!)

    “Tower 36801 good afternoon, establish Radial 200 degrees VOR ten thousand feet…(Selamat siang tower 36801, ada di ketinggian 10.000 kaki)” ucap sang pilot pada pukul 14.24. Petugas menara pengatur lalu lintas udara (Air Traffic Controller), sebut saja bernama N menjawab, “RA36801 radar contact, maintain ten thousand proceed area. (RA36801 kontak rada, jaga ketinggian di 10.000 kaki di area itu)” Sesuai dengan prosedur, pilot Aleksandr mengulang instruksi petugas: “Maintain level 10.000 feet 36801 (jaga ketinggian di 10.000 kaki).”

    Jet baru itu melaju menuju Pelabuhan Ratu sesuai dengan tujuan penerbangan. Pilot menerbangkan pesawatnya dengan status Instrument Flight Rules. Artinya, pilot mengikuti panduan alat navigasi di kokpit dan panduan petugas pengatur lalu lintas udara.

    Dua menit terbang di ketinggian 10 ribu kaki, pilot menghubungi petugas: “Tower, 36801 request descend 6.000 feet. (Tower, 36801 meminta turun di 6.000 kaki).” Petugas N menjawab, “36801 say again request (36801 kembali meminta turun).” Pilot Aleksandr mengulang permintaan untuk menurunkan pesawat ke ketinggian 1.828 meter di atas permukaan laut. N segera membalas, “Ok, 6.000 copied. (Ok. 6.000 kaki diterima).” Sang pilot mengulang, “Descend to 6.000 feet 36801 (turun ke 6.000 kaki).”

    Di radio, ketika jam berdetak pada pukul 14.28, pilot Aleksandr terdengar kembali meminta persetujuan. “Tower, 36801 request turn right orbit present position.” Tak menanyakan alasan pilot memutarkan pesawatnya ke kanan, N langsung setuju: “RA 36801 approve orbit to the right six thousand (RA 36801 setuju orbit ke kanan ke 6.000 kaki).” (Baca juga: Pemandu ATC di Insiden Sukhoi Belum Diizinkan Bekerja Lagi)

    Permintaan memutarkan pesawat itu merupakan komunikasi terakhir pilot. Hampir lima menit setelahnya, pesawat menabrak tebing. Dari rekaman kotak hitam, menurut seorang penyelidik dari Rusia, sesaat setelah permintaan memutar disetujui, pilot menjerit.

    Ketua Komite Nasional Keselamatan Transportasi Tatang Kurniadi tak menampik ketika dimintai konfirmasi soal komunikasi pilot dan pemandunya itu. “Percakapan ini normatif, tak ada petunjuk apa pun. Kami punya yang lebih lengkap,” kata dia, Selasa pekan lalu.

    Menurut Tatang, semua data komunikasi, rekaman radar, juga kotak hitam pesawat telah diserahkan kepada lembaganya. “Semua petugas juga telah dimintai keterangan.”

    Seorang investigator Rusia yang mengetahui analisis sementara kotak hitam mengatakan Yablontsev berniat melakukan manuver setelah permintaan turunnya disetujui menara Cengkareng. "Dia mau terbang di celah dua puncak gunung," katanya. Salak punya tiga pucuk dengan lembah-lembahnya yang curam.

    Seorang petugas di Cengkareng menyimpulkan, pemandu memiliki andil dalam kecelakaan. "Semestinya pemandu tak menyetujui permintaan pilot berbelok ke kanan karena di monitor radar sebenarnya tercantum gunung," ujarnya. Selengkapnya baca laporan utama majalah Tempo, Musabab Jatuhnya Sukhoi.

    BalasHapus

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.