Sabtu, 19 Mei 2012

Yudha Dharma : Ranjau Tipuan

Banyak Cara yang dilakukan gerombolan pemberontak bersenjata Gerakan Aceh Merdeka (GAM) untuk mengecoh dan memenangkan pertempuran melawan Tentara Nasional Indonesia (TNI). Mulai dari penghadangan, penyergapan secara mendadak hingga pengelabuhan atau penipuan mereka lakukan, yang penting menang.

alah satu trik yang di lakukan GAM dialami oleh pasukan zeni tempur (Zipur) yang tergabung dengan pasukan infanteri dalam suatu tugas operasi di propinsi ujung barat itu, yang sekarang sudah tidak lagi mengalami konflik bersenjata. Kisah ini terjadi ketika GAM masih mengangkat senjata memberontak melawan NKRI.

    Sertu Bismanta Sembiring, salah satu dari delapan orang prajurit Denzipur 7/Yudha Dharma di BP (Bantuan P) kan ke Yonif 621/ Manuntung untuk bergabung pada tugas operasi di Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) ketika situasi darurat militer, yakni dalam Satgas Mobil Rajawali Detasemen Pemukul 3 pada waktu 2003 sampai 2004. Kedelapan prajurit zeni berpangkat sersan itu diberikan tugas sebagai Bintara Zeni Demolisi (Bazidem). Mereka dimasukan ke tim-tim yang dibentuk di satgas sehingga di setiap tim terdapat seorang Bazidem.

     Suatu hari, ketika sedang istirahat di Lhoksukon, Aceh Utara, setelah abis bergerak dari Aceh Timur, tengah malam pukul 00.00 WIB turun perintah operasi. Seluruh personil kompi dibangunkan untuk mengemban tugas. Dengan membawa semua perlengkapan, mereka naik keatas truk. Sesampainya di suatu kampung, perjalan dilanjutkan dengan berjalan kaki karena jalan lintasan kendaraan sudah di putus oleh anggota GAM dengan digali seperti kolam, untuk menghambat gerakan kendaraan pasukan TNI.

     Bismanta Sembiring, putra kelahiran Brastagi 17 Juli 1977 yang tergabung Tim 2 (Tim Singa) mengendap di daerah Matang Beringin, karena menurut informasi yang di peroleh geuchik (kepala desa) setempat, di daerah itu ada sekitar 200 orang personil GAM bersenjata lengkap. Karena sudah tiga hari menunggu tidak terlihat personil GAM melewati tempat itu, akhirnya pasukan bergerak maju melakukan penyisiran, termasuk melalui rawa-rawa.

   Setelah berlangsung sekitar 45 menit, personil tim yang berada di depan memberitahukan agar pasukan berhenti karena ada ranjau. Anggota tim agak panik, karena samar-samar terdengar suara orang sedang ngobrol. Artinya tidak jauh dari situ terdapat anggota GAM. semua personil Tim Singa langsung tiarap, sambil menunggu Sertu Bismanta  melihat sekaligus menjinakannya.

     Setiba di lokasi, ia melihat seutas tali yang terikat ke sebuah kaleng dan sengaja di gelar di jalanan untuk menjebak siapapun yang melewati jalan itu, agar tersandung tali dan berakibat meledaknya kaleng yang terikat tadi. "Di tempat itu saya lihat tali hitam untuk sandungan dan sebuah kaleng susu diujung tali sandungan tersebut," kenang Bismanta. Jarak lokasi penempatan tali sandung dan kaleng tersebut dengan pos tinjau GAM berjarak kurang lebih 15 meter.

    Mengingat dari lokasi itu Bismanta dapat melihat beberapa anggota GAM sedang memancing, maka ia tak berani mengatasi benda yang di duga bom tersebut di tempat, sebab khawatir GAM melihatnya. "Saya tidak berani mendekati apalagi memeriksa tali berikut kaleng susu itu, karena takut GAM melihat saya duluan." katanya. Ia kemudian kembali dan melaporkan kepada komandannya. Atas perintah, Bismanta kemudian memberi tanda di posisi bom supaya tidak ada personil pasukan yang yang tersandung dan terkena ledakan bom tersebut. Dengan ranting dan daun-daun yang ada di sekitarnya, ia mengarahkan pasukan ke arah lain sehingga tidak melintasinya.

    Setelah melewatinya, pasukan kemudian melakukan penyerangan yang dilanjutkan pembersihan dan pengunduran. Di saat situasi sudah dirasa aman, Bismanta lalu mulai menelusuri rangkaian yang di duga bom tersebut, yaitu kaleng susu yang di ikat dan di gantungkan melintang di jalan setapak yang menyerupai ranjau/bom sandungan. "Setelah saya lihat dan pelajari dengan teliti, ternyata didalam kaleng itu tidak ada bahan peledaknya. Benda itu ternyata hanya kaleng kosong tanpa kabel, baterai ataupun bahan peledak." kenang Sertu Bismanta Sembiring, prajurit tamatan pendidikan Bintara PK 1998, yang sekarang sudah berpangkat Serka dan bertugas Di Zidam I/Bukit Barisan.

    Rupanya benda itu hanya jebakan atau tipuan yang dibuat anggota GAM untuk mengelabuhi pasukan TNI. Barangkali GAM berharap, bila pasukan TNI ada yang menemukan benda itu, maka mereka akan panik dan membuat keributan, sehingga kehadiran mereka tercium oleh GAM. Bisa juga rangkaian tersebut sengaja dibuat untuk mengacaukan konsentrasi atau mengalihkan jalan yang akan di lewati pasukan TNI.

    Hal ini masuk akal, karena saat dilakukan pembersihan setelah GAM mundur akibat diserang secara gencar oleh pasukan TNI, ternyata posisi GAM tersebut berada di sebuah dataran seluas satu hektar dan di kelilingi oleh rawa. Jelas-jelas merupakan tempat yang sudah lama di duduki dan di jadikan tempat persembunyian GAM.

    Dari hasil pembersihan diantaranya ditemukan satu unit HT, seragam PDL plus sepatunya sebanyak dua karung, magazen plus ratusan amunisi AK-47, sketsa rencana pembangunan barak, berbagai perlengkapan memasak lainnya dan dua mayat tanpa indentitas.
(dikutip dari Majalah Defender, edisi Agustus 2008)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.