Minggu, 09 September 2012

Bom Depok

7 Orang Diduga Terlibat Ledakan Bom Depok

Lokasi ledakan bom di Beji, Depok, Jawa Barat.
Lokasi ledakan bom di Beji, Depok, Jawa Barat
"Ada tujuh orang. Satu yang tewas. Lalu ada Wulan dan ayahnya. Lalu ada dua orang yang lari dan sempat ditangkap sama warga sini, namun dilepas lagi. Lalu dua orang luka-luka. Satu di antaranya saya tahu adalah saudaranya Wulan, tapi saya tak tahu namanya."

Sebanyak tujuh orang diduga terlibat dengan ledakan bom di sebuah bangunan rumah kontrakan, di Jalan Nusantara, Depok,


Menurut Saksi Mata, Aditya Dani, ketujuh orang tersebut keluar dari lokasi bangunan yang terletak di sebuah tiang listrik tinggi milik PLN itu.


"Ada tujuh orang. Satu yang tewas. Lalu ada Wulan dan ayahnya. Lalu ada dua orang yang lari dan sempat ditangkap sama warga sini, namun dilepas lagi. Lalu dua orang luka-luka. Satu di antaranya saya tahu adalah saudaranya Wulan, tapi saya tak tahu namanya," jelas Aditya, Sabtu (8/9) malam.


Wulan adalah penghuni salah satu dari tiga rumah kontrakan yang berada di lokasi TKP bom tersebut.


Dia tinggal dengan ayahnya dan dua adiknya. Wulan diketahui bekerja sebagai pramuniaga toko di ITC Depok, sama dengan salah satu adiknya perempuan bernama Puji.


Saat kejadian berlangsung, Puji tak terlihat.


"Mungkin dia masih sedang bekerja, di ITC Depok juga," kata Encuk, seorang saksi lainnya.

Lima Ditahan Pasca-Bom Depok

Polisi masih belum membuka identitas warga yang ditahan

Polisi menahan lima orang terkait ledakan yang diduga bom di sebuah rumah di Jalan Nusantara, RT 04 RW 13 Beji, Depok, Jawa Barat, Sabtu (8/9) malam.


Kapolres Depok Kombes Pol Mulyadi Kaharni membenarkan ditahannya lima orang tersebut. Namun, ia masih enggan memberikan keterangan lebih banyak.


Ketika ditanya apakah pelaku memiliki kaitan dengan Firman, seorang terduga teroris yang ditangkap Tim Densus 88 beberapa hari lalu di Depok, Kapolres menyatakan belum bisa memastikan.


Pihak polisi juga belum bisa memastikan bahwa ledakan yang terjadi di rumah yang digunakan sebagai kantor Yayasan Yatim Piatu Pondok Bidara tersebut berjenis bom.


Ledakan yang terjadi sekitar pukul 21.50 WIB tersebut mengakibatkan satu orang dalam kondisi kritis, tiga orang luka berat, dan dua orang luka ringan. Mereka saat ini dirawat di RS Mitra Keluarga dan RS Bhakti Yudha Depok.

Kronologis Bom Depok Versi Warga

"Saya lihat seorang terkapar di salah satu bangunan rumah, penuh darah, plus serpihan bangunan di tubuhnya."

Dani Aditya, seorang pemuda yang tinggal di Jalan Nusantara, Depok, Jawa Barat, sedang duduk 'nongkrong' di sebuah pos keamanan di wilayah itu.


Tiba-tiba, sebuah suara ledakan terdengar dari sebuah bangunan, yang terletak di seberang jalan rumahnya.


"Begitu bom meledak, saya langsung lari dan masuk ke dalam lokasi. Ada asap warna putih membumbung dari arah bangunan itu. Saya lihat seorang terkapar di salah satu bangunan rumah, penuh darah, plus serpihan bangunan di tubuhnya. Asapnya bau banget. Baunya mesiu," kata Aditya Dani di sekitar lokasi, Sabtu (8/9) malam.


Pascakejadian itu, dua orang anak muda terlihat lari keluar dari lokasi ledakan.


Beberapa petugas parkir Indomaret, yang terletak tak jauh dari lokasi, langsung menangkap kedua anak muda itu. Namun dilepas kembali. Dia mengakui bahwa dirinya sama sekali tak kenal dengan dua pria yang lari itu.


Sementara dua lainnya lalu terlihat keluar dengan tubuh terluka, yang langsung dibawa ke klinik yang terletak tak jauh dari lokasi kejadian.


"Mereka yang luka-luka keluar. Lalu dibawa warga ke klinik Dr. Bima. Dan dia mau. Sempat saya interogasi, saya tanya ada apa, dia tak jawab, karena masih shock," kata Dani.


Sementara dua lainnya, yakni penghuni bernama Wulan, bersama dengan ayahnya, juga keluar dari kompleks kontrakan itu, tanpa luka berarti.


Setahu Dani, Wulan dan ayahnya kini berada di kantor kepolisian Depok.


Bom itu meledak sekitar pukul 21.15 WIB.


Warga langsung berhamburan keluar menuju lokasi kejadian.


"Semua benar-benar kaget," tuturnya.


Terungkap, Identitas Terduga Pelaku Bom Depok

Identitas diungkapkan ketua RT setempat.

Rumah kontrakan yang meledak di Jalan Nusantara Depok, Jawa Barat, dimiliki oleh seorang warga bernama Lukman Hakim.


Menurut ketua RT setempat, Arifin, Lukman juga tinggal di sekitar wilayah itu, tepatnya di RT 4 RW 13, Keluarahan Beji, Depok.


Dia pemilik tiga petak kontrakan yang ada di wilayah ledakan. "Sementara rumah kontrakan disewakan kepada Yusuf Rizaldi," kata Arifin kepada wartawan di Depok, Sabtu (8/9) malam.


Berdasarkan data yang diberikan ke pihak RT dan RW, Yusuf lahir pada 30 Juni 1972 dan beralamat di Jalan Petojo Binatu 05, no.13, RT 9 RW 4, Kelurahan Gambir, Jakarta Pusat.


Dua korban luka, yang diduga merupakan penghuni kontrakan itu, sempat dibawa ke klinik yang terletak di sekitar lokasi kejadian.


Diketahui bahwa kedua orang itu bernama Taufik, berumur 32 tahu, dan Bagus Kuncoro, berumur 20 tahun.


Saat ini, ratusan warga masih berkumpul dan menonton di sekitar lokasi kejadian. Pihak Kepolisian membuat garis keamanan dengan jarak sekitar 50-75 meter dari lokasi kejadian.


Puluhan aparat kepolisian, dan Gegana Brimob, masih berjaga-jaga di sekitar lokasi.


Saat ini petugas dari Gegana Polri sedang menyisir lokasi kejadian yang menjadi tontonan warga sekitar.

Polisi Temukan Rangkaian Bom Aktif

Densus berusaha menjinakkan bom aktif yang ditemukan di lokasi.

Seorang pria tergeletak, korban ledakan di Beji, Depok, 8 September 2012.
{Courtesy of Aditya Dani)
Seorang korban ledakan di Depok.(Aditya Dani)
Kecurigaan jika pelaku perakit bom di kompleks Yayasan Yatim Piatu Pondok Bidara di Jalan Nusantara, Kelurahan Beji, Kecamatan Beji, Depok, Jawa Barat terkait aksi terorisme semakin kuat.

Selain bom yang sudah meledak, tim Gegana Kelapa Dua Depok yang diterjunkan di lokasi menemukan bom yang masih aktif.


"Ya. Kita temukan ada bom yang masih aktif. Kita upayakan untuk di
disposal (dijinakkan) supaya tak membahayakan," kata anggota Gegana yang berada di lokasi saat dihubungi, Minggu (9/9) dinihari.

Namun anggota yang meminta tak disebutkan namanya itu belum menjelaskan detil bom rakitan itu. Juga berapa jumlahnya.


"Kita juga belum mempelajari
bomb signature (ciri-ciri)-nya," imbuhnya.

Sebelumnya penyidik Densus 88/Mabes Polri mengatakan jika sepertinya ledakan itu terjadi saat mereka tengah latihan merakit bom lalu
error, dan bum!

Penyidik yang saat ini berada di lokasi kejadian perkara itu tak menjelaskan dari mana dugaan itu didapatkan.Termasuk identitas tiga orang yang terluka.


Sepeti diberitakan, sebuah ledakan menyebabkan tiga orang terluka parah. Mereka kini dirawat di rumah sakit dengan pengawasan ketat oleh polisi.


Lokasi yang meledak itu ada di rumah kontarakan yang disewa menjadi kantor Yayasan Yatim Piatu Pondok Bidara. Ledakan itu terjadi sekitar pukul 21.30 WIB Sabtu (8/9).


Upaya latihan pembuatan bom yang diwarnai dengan
error dan meledak pernah terjadi sebelumnya yang dikenal dengan Bom Cimanggis.

Dalam peristiwa itu, bom tidak sengaja meledak saat para pelaku meraciknya di salah satu rumah kontrakan di Jalan Bhakti, Kelurahan Sukamaju Baru, Cimanggis, Depok pada 21 Maret 2004.


Warga: Penghuni Bangunan Meledak di Depok Jarang Terlihat

"Saya tak kenal. Jarang kelihatan. Soalnya juga itu beda RW. Katanya sih, yayasan yatim piatu dan klinik. Tapi saya juga tak tahu."

Toto Suharto (50), saksi mata ledakan, melihat ada tujuh orang di dalam rumah, di Jalan Nusantara Raya, No.63 RT/04. RW 03. Kelurahan Beji, Kota Depok. Dua orang melarikan diri pasca ledakan.


"Kejadian sekitar pukul 09.50. Sekitar dua menit habis ledakan itu, saya keluar rumah. Awalnya, saya pikir ban truk pecah. Namun, ada satpam lari menuju rumah itu," katanya kepada Beritasatu.com di lokasi ledakan, Minggu (9/9).


Dikatakan Toto, suasana di dalam rumah gelap. Kemudian, ia meminta warga mengambil senter.


"Ga ada yang berani masuk. Setelah dapat senter, saya terobos. Benar-benar gelap, listrik mati. Kemudian saya senter sekitar. Saya melihat ada satu korban. Posisinya tertidur saya ajak bicara tidak bisa. Tangannya putus dan banyak darah di dekatnya," tambahnya.


Toto menjelaskan, kondisi rumah hancur lebur, tembok runtuh dan genteng berjatuhan.


"Kondisinya berantakan. Saya senter kanan-kiri ada runtuhan tembok. Genteng juga berjatuhan ke dalam. Selanjutnya, saya menuju ke belakang ada seorang perempuan. Ia berteriak, kiamat-kiamat," terangnya.


Selain ada satu orang perempuan, Toto mengaku melihat ada tiga orang pria yang mengalami luka.


"Mereka saya suruh duduk di pinggir. Lalu, ada dua orang lagi yang tiba-tiba kabur. Saya sempat ditabraknya. Saya pikir dua orang itu lari karena takut ada ledakan lagi. Mukanya dan pakaiannya saya ga bisa pastikan soalnya gelap. Tapi seingat saya, salah satunya pakai jaket hitam," ungkapnya.


"Mereka sempat ditangkap warga di luar, namun berontak lari. Warga juga pikir takutnya meledak lagi makanya lari. Ya, jadi saya lihat ada tujuh orang. Dua orang lari, lima orang terdiri dari, satu perempuan, satu bapak tua, tiga laki-laki mengalami luka serius. Yang lari umurnya sekitar 25 sampai 27 tahun," paparnya.


Setelah melihat sekeliling rumah, Toto mengaku tak mencium bau gas. Posisi tabung gas masih berada dekat kompor.


"Tak ada bau gas. Yang saya cium itu mirip seperti bau petasan. Saya sih ambil kesimpulan itu bom. Soalnya, kalau ledakan gas biasanya tembok berwarna hitam, ini tidak. Semua tembok putih," imbuhnya.


Selanjutnya, Toto dan warga lain mencoba menghubungi polisi. "Ketika polisi datang pertama kali, ia juga agak kebingungan. Kemudian, ia menghubungi polisi lain. Sekitar setengah jam, baru datang."


"Polisi langsung amankan yang luka. Mereka dilarikan ke klinik terdekat. KTP mereka dikumpulkan," katanya.


Rumah Berbentuk Letter L

Toto menuturkan, rumah yang meledak itu berbentuk letter l. Ada tiga pintu depan, dan satu pintu belakang.

"Ruangan dibagi dua. Ada tiga pintu depan dan satu belakang. Ukurannya sekitar 3x12 meter atau 36 meter persegi. Dulu, setahu saya awalnya rumah itu bengkel. Tapi sepertinya sudah berubah menjadi klinik. Soalnya, di dalam ada gambar anatomi tubuh dan rak-rak seperti di rumah sakit," pungkasnya.


Sementara itu, Mahfud warga yang tinggal tepat di depan rumah ledakan mengatakan, tak mengenal penghuninya.


"Saya tak kenal. Jarang kelihatan. Soalnya juga itu beda RW. Katanya sih, yayasan yatim piatu dan klinik. Tapi saya juga tak tahu," katanya.


Mahfud mengaku sangat kaget mendengar ledakan itu. "Saya kaget sekali. Kaca rumah bergetar semua. Saya pikir sutet (rumah ledakan berada di bawah sutet) yang meledak. Ga taunya dari dalam rumah," tandasnya.


Sementara itu, berdasarkan informasi yang dihimpun, satu orang dikabarkan meninggal dunia dan tiga lainnya mengalami luka-luka.


Hingga pukul 02.12, belum ada keterangan resmi dari pihak kepolisian terkait peristiwa ledakan itu.


Berdasarkan pantauan Beritasatu.com, Tim Gegana masih melakukan olah TKP. Pasukan Brimob dengan senjata lengkap, berjaga-jaga di sekitar lokasi.

Tim Gegana Temukan Bahan Peledak, Bom dan Pistol di Depok

Ada dua lengkap dengan peredam. Bahan peledak cukup banyak, belum ditimbang itu. Ada bom aktif, sudah diamankan

Tim Gegana menemukan banyak bahan peledak, bom aktif dan pistol jenis Baretta lengkap dengan peredam, di lokasi ledakan Jalan Nusantara Raya, No.63 RT/04. RW 03. Kelurahan Beji, Kota Depok. Senjata Baretta mirip dengan yang digunakan teroris Solo, Farhan.


"Ada dua lengkap dengan peredam. Bahan peledak cukup banyak, belum ditimbang itu. Ada bom aktif, sudah diamankan," ujar Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme, Irjen Pol Purnawirawan, Ansyaad Mbai, di lokasi kejadian, hari ini.


Menyoal apakah peledakan ini berkaitan dengan teroris di Solo, Ansyaad mengatakan pihaknya masih menelusuri lebih lanjut.


"Apakah terkait Firman, masih diselidiki. Yang jelas senjatanya mirip (yang digunakan Farhan) jenisnya Baretta, tapi tak ada tulisan PNP (Philipina National Police). Namanya Pietro Barreta (buatan Italia)," ungkapnya.


Ansyaad menuturkan, senjata itu merupakan rakitan. Diduga rakitan dari Philipina.


"Senjatanya rakitan. Tapi hampir dipastikan bukan rakitan Indonesia. Ada kemungkinan Philipina. Belum ada dokumen-dokumen lain yang ditemukan. Masih dalam penyelidikan," tandasnya.


Sementara itu, berdasarkan informasi yang dihimpun, polisi sudah menahan lima orang dan memeriksa tujuh saksi terkait peristiwa ledakan itu.


Tim Gegana, meninggalkan lokasi kejadian sekitar pukul 03.30. Garis polisi masih melintang di sekitar lokasi. Puluhan anggota Brimob dan Reserse masih berjaga-jaga di depan lokasi kejadian.

Polisi Amankan Granat, Senjata Api, Bom dan Paralon di Depok

Tiga orang korban atas nama Mulyadi Tofik Hidayat (32) mengalami luka ringan, Febri Bagus Kuncoro (20) luka ringan dan Mr. X (identitas masih diselidiki) mengalami luka bakar 50 sampai 70 persen

Polisi mengamankan tiga buah granat, senjata api, bahan peledak, detonator, dan enam buah rangkaian paralon berisi bahan peledak, pasca ledakan di Jalan Nusantara Raya, RT04 RW013 No. 63, Beji, Depok. Tiga orang masih menjalani perawatan di Rumah Sakit Polri, Kramat Jati.


"Telah terjadi ledakan, dengan bunyi sampai radius sekitar 600 Meter, di Yayasan Yatim Piatu Pondok Bidara, Jalan Nusantara Raya, RT04 RW013 No 63, Beji, Depok, Sabtu (8/9), pukul 21.27. Dalam ledakan itu terdapat tiga orang korban, satu luka berat dan dua luka ringan," ujar Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Metro Jaya, Komisaris Besar Polisi, Rikwanto, hari ini.


Dikatakan Rikwanto, tiga orang korban atas nama Mulyadi Tofik Hidayat (32) mengalami luka ringan, Febri Bagus Kuncoro (20) luka ringan dan Mr. X (identitas masih diselidiki) mengalami luka bakar 50 sampai 70 persen.


"Usai kejadian, ketiga korban dibawa ke RS Mitra Keluarga Jl.Margonda Raya. Kemudian, pada pukul 03.00 korban dirujuk ke RS Kramat Jati," tambahnya.


Rikwanto menuturkan, polisi juga sudah memeriksa tiga saksi atas nama Nano Triawan (63), pekerjaan tukang bangunan, alamat belakang TKP; Wulandari (27) pekerjaan SPG, alamat belakang TKP dan Lukman Fariz (45) pemilik rumah serta bangunan.


"Bapak Nano merupakan orang tua dari Mulyadi dan Febri. Wulandari, juga merupakan anak bapak Nano. Sedangkan pak Lukman pemilik rumah dan bangunan. Ketiganya masih dimintai keterangan terkait ledakan itu," jelas Rikwanto.


Menurut keterangan Mulyadi Tofik (Korban), kata Rikwanto, usai pulang kerja dan tiba di TKP korban melihat dua unit motor Honda Grand bertamu di tempat Mr. X sekitar pukul 21.00.


"Tidak lama sekitar pukul 21.22, saksi atau korban melihat seorang teman Mr. X meloncat dari pagar dan satu orang lagi pergi menaiki motor. Setelah itu, kurang lebih 5 menit kemudian terjadi ledakan yang diduga bersumber dari kamar Mr. X," ungkapnya.


Berdasarkan hasil penyisiran dan olah TKP, papar Rikwanto, Tim Gegana mendapatkan temuan barang bukti berupa: tiga granat (granat manggis dan granat asap), satu pucuk senpi Baretta berisi amunisi 17 butir peluru serta dua pucuk senpi Enggran masih dalam rangkaian, peluru 9 mm sebanyak 50 butir, peluru 22 mm ada 30 butir, lima buah batere 9 volt, enam buah Swiching dalam rangkaian, Talkit gambar pejera, laras-magazen manual, black powder, potasium sekitar tujuh kilo, satu unit detonator elektrik, kabel serabut serta tunggal, dan paralon ukuran 11/4 inci sebanyak 6 buah sudah terisi.


"Pagi ini tim gabungan Gegana, Puslabfor, Inafis, Dokpol dan Polres Depok kembali melakukan olah TKP," tandasnya.

Djoko Suyanto: Polisi Jangan Gegabah Tentukan Penyebab Ledakan Depok

Polri masih menyelidiki penyebab ledakan di Beji Depok. Untuk itu, Polri harus bekerja secara teliti dan tidak boleh gegabah.

Aparat kepolisian diminta tidak gegabah dalam menentukan penyebab terjadinya ledakan di Yayasan Yatim Piatu Pondok Bidara, Jalan Nusantara, Beji, Depok Utara, Jawa Barat, Sabtu malam (8/9), kata Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam), Djoko Suyanto.


"Hingga tadi malam, Polri sedang menyisir apakah masih ada potensi sumber ledakan lagi di areal tersebut," kata Djoko melalui keterangan pers, Jakarta, Minggu.


Menko Polhukam mengatakan berdasarkan informasi yang diterima pada Sabtu malam (8/9) dari Polsek Beji, Depok dan Polda Metro Jaya sementara ini, ada tiga orang korban luka berat dan luka ringan.


"Saat ini Polri masih menyelidiki penyebab terjadinya ledakan di Beji Depok. Untuk itu, Polri harus bekerja secara teliti dan tidak boleh gegabah," tuturnya.


Menko Polhukam pun mengimbau warga untuk bersama-sama meningkatkan kewaspadaan lingkungannya, terutama para ketua RT/RW untuk lebih peduli terhadap rumah-rumah yang berada di wilayahnya.


"Laporkan ke aparat terdekat bila ada kecurigaan apa pun. Lebih baik mencegah daripada terlambat," kata Djoko.


Pihak kepolisian mengungkapkan kronologis kejadian ledakan diduga bom berdasarkan keterangan salah satu korban, bernama Mulyadi Tofik yang terjadi di Jalan Nusantara RT 04/013 Nomor 63, Beji, Depok, Jawa Barat, Sabtu (8/9) sekitar pukul 21.27 WIB.


Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya, Komisaris Besar Polisi Rikwanto saat dihubungi di Jakarta, Minggu, mengatakan awalnya Mulyadi Topik pulang kerja dari rumah Hajjah Dewi di Pondok Kelapa, Jakarta Timur menuju lokasi kejadian pada Sabtu (8/9) sekitar pukul 21.00 WIB.


"Setiba di lokasi kejadian, korban (Mulyadi) melihat dua unit motor bertamu ke tempat Mr. X," kata Rikwanto.


Tidak lama kemudian atau sekitar pukul 21.22 WIB, saksi korban melihat seorang teman dari Mr. X meloncat pagar dan seorang lainnya pergi menumpang motor.


"Sekitar lima menit kemudian, terjadi ledakan yang diduga dari kamar Mr. X," ujar Rikwanto.

Rikwanto mengungkapkan ledakan diduga berasal dari kamar Mr. X tersebut, terdengar hingga radius 600 meter.

Lukai tiga orang

Ledakan yang terjadi di rumah Yayasan Yatim Piatu Pondok Bidara tersebut, melukai tiga orang, yakni Mulyadi Tofik Hidayat (32) dan Febri Bagus Kuncoro (20) yang menderita luka ringan. Sedangkan Mr. X (belum diketahui identitasnya) mengalami luka berat dengan kondisi tangan kanan patah, serta luka bakar sekitar 50-70 persen.

Ketiganya sempat menjalani perawatan Rumah Sakit Mitra Keluarga Depok. Namun korban Mr. X dipindahkan ke Rumah Sakit Polri Kramatjati, Jakarta Timur.


Polisi juga telah meminta keterangan beberapa saksi, antara lain Nano Triawan (63) berprofesi sebagai tukang bangunan dan orang tua dari korban Mulyadi Topik Hidayat dan Febri Bagus Kuncoro beralamat di rumah kontrakan belakang lokasi kejadian.


Selanjutnya, Wulandari (27) tercatat sebagai anak dari Nano Triawan dan berprofesi sebagai pegawai pelayan swalayan dan Lukman Fariz (45) sebagai pemilik tanah dan bangunan di lokasi kejadian.


Pihak kepolisian menyita barang bukti berupa tiga butir granat (granat manggis dan granat asap), satu senjata api "Baretta" berisi 17 butir peluru, dua senjata api "Enggran" dalam rangkaian, 50 butir peluru 9 mm dan 30 butir peluru 22 mm.


Barang bukti lainnya, berupa lima buah baterai 9 Volt, enam unit "swiching dalam rangkaian, talkit gambar pejera, laras dan magazen (manual), serbuk hitam terdiri dari tujuh kilogram potasium dan satu unit  detonator elektrik, kabel serabut dan tunggal, serta enam unit paralon ukuran 11/4 inci.


Rikwanto menyatakan tim gabungan Gegana, Pusat Laboratorium Forensik (Puslabfor), Inafis, Kedokteran Polisi (Dokpol) dan Polres Kota Depok melanjutkan olah tempat kejadian perkara.

Polisi Periksa Barang Bukti Peledakan di Depok

Barang yang ditemukan potasium. Patut diduga (bahan bom). Nanti tunggu analisa dari barang yang ditemukan dan keterangan, baru bisa menduga apa motivasinya

Polisi saat ini tengah memeriksa secara teknis temuan barang bukti di tempat kejadian peledakan, di Jalan Nusantara Raya, RT04 RW013 No. 63, Beji, Depok.


"Yang melakukan penyisiran secara teknis adalah Labfor. Barang-barang yang di TKP akan dikumpulkan, nanti diperiksa secara Labfor dan baru diambil kesimpulan apa yang terjadi sebenarnya," ujar Kepala Polda Metro Jaya, Irjen Pol Untung S Rajab, di lokasi kejadian, hari ini.

Dikatakan Untung, setelah keluar hasil pemeriksaan, baru bisa ditentukan apa motivasi pelaku peledakan.

"Barang yang ditemukan potasium. Patut diduga (bahan bom). Nanti tunggu analisa dari barang yang ditemukan dan keterangan, baru bisa menduga apa motivasinya," tambahnya.

Menyoal apakah ada korban meninggal, Untung belum bisa memberikan  kepastian. "Yang jelas luka berat satu dan dua orang luka ringan."

Sementara itu, ketika ditanya wartawan, apakah satu orang yang mengalami luka parah merupakan Muhammad Toriq, pemilik bahan peledak di Tambora, Untung mengatakan, pihaknya harus melakukan proses identifikasi terlebih  dahulu.

"Belum bisa dipastikan. Nanti tunggu hasil identifikasi. Kalau katakan  sekarang terlalu dini. Secara teknis, berikan kesempatan polisi untuk olah TKP, beri kesempatan untuk melakukan penyelidikan dan peroleh kesimpulan apa yang sudah terjadi," terangnya.

Peledakan Depok belum Dipastikan Terkait Tambora dan Solo

Polisi belum bisa memastikan peledakan di Beji, Depok, Jawa Barat, berkaitan dengan peledakan di Tambora, Rabu (5/9) lalu ataupun dengan aksi teroris di Solo, Jawa Tengah, bulan lalu.

"Belum bisa dipastikan antara bahan yang ditemukan di Tambora dengan  yang di sini," ujar Karo Penmas Mabes Polri Brigjen Pol Boy Rafli Amar, di lokasi kejadian peledakan Jalan Nusantara Raya, RT04 RW013 No 63, Beji, Depok, Minggu (9/9).

Dikatakan Boy, pihaknya juga belum bisa menyimpulkan apakah peledakan ini berkaitan dengan aksi teroris di Solo.

"Kami belum simpulkan. Tapi kami sedang lakukan upaya-upaya deteksi. Memang ditemukan senjata api pendek dan senjata rakitan laras panjang,  serta amunisi. Sudah diperiksa Tim Gegana kita. Granat tangan ada dua.  Kita duga sementara, ini gudang untuk menyimpan senjata api dan cairan  kimia," tambahnya.

Menyoal ada dugaan korban kritis mirip Muhammad Toriq, pemilik bahan peledak di Tambora, Boy menyampaikan pihaknya masih perlu menelusuri lagi.

"Dari yang luka ini, kami belum simpulkan. Rumah ini dimiliki saudara  Lukman. Ada yang menyewa rumah dengan inisial Y dan Y itu yang menempatkan orang-orang ini (teroris). Ini sedang diurut alurnya untuk mendapatkan jalan. Namun, yang jelas saksi yang diambil keterangan tidak kenal dengan mereka. Mereka hanya tahu sehari-hari orang itu berinisal T," terangnya.

Saat ditanyakan apakah penggunaan nama yayasan merupakan modus baru, Boy menjelaskan, dalam kasus ini terjadi kamuflase perniagaan.

"Mereka berjualan baju dari kelompok-kelompok ini, jualan bahan-bahan  kelontong, jadi kamuflase untuk berniaga. Jadi kami berterima kasih kepada pak RT yang sudah mencoba mendata. Data itu yang kita dapatkan," tukasnya.
(Berita Satu)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.