Minggu, 02 September 2012

Super Tucano Perkuat Pertahanan Indonesia

JAKARTA – Satu per satu alat utama sistem senjata (alutsista) modern masuk menjadi bagian kekuatan Tentara Nasional Indonesia (TNI). Sehari setelah peluncuran kapal cepat rudal (KCR) KRI Klewang-625, kemarin giliran TNI Angkatan Udara (AU) menerima 4 pesawat tempur taktis Super Tucano EMB- 314.

Jumlah ini merupakan sebagian dari 16 pesawat yang dipesan Indonesia. Pesawat buatan pabrikan Embraer Brasil itu tiba di Pangkalan Udara (Lanud) Halim Perdanakusumah, Jakarta, kemarin, setelah menempuh perjalanan berantai dari Brasil. Kedatangan 4 pesawat yang diawaki 8 pilot itu, yakni Capt Carlos Alberto (team leader) / Capt Almir Suman,Capt CarlosMoreira/CaptMarco Antonio, Capt Airon/Capt Eduardo Torres, Capt Willian Souza/Capt Carlos Eduardo, disambut langsung Wakil Kepala Staf TNI AU (Wakil KSAU) Marsekal Madya TNI Dede Rusamsi.

Pada Januari 2013 akan datang kembali 4 unit Super Tucano. Pesawat ini akan terus berdatangan ke Indonesia hingga mencapai 16 unit atau satu skuadron,” kata Wakil Kepala Staf TNI AU Marsekal Madya TNI Dede Rusamsi seusai menyambut kedatangan pesawat Super Tucano. Dia menjelaskan, Super Tucano akan ditempatkan di Skuadron Udara 21 Lanud Abdulrachman Saleh, Malang, Jawa Timur.

Kehadiran pesawat ini akan menggantikan peran OV-10 Bronco yang dinyatakan grounded atau tidak lagi dioperasikan oleh Mabes TNI AU. Rencananya, Minggu, pesawat langsung diterbangkan ke Malang. Pengamat militer dari Universitas Indonesia Connie Rahakundini Bakrie menuturkan, kedatangan Super Tucano akan mengisi kekosongan pesawat jenis tempur taktis di jajaran TNI AU setelah dipensiunkannya pesawat tempur taktis OVF/ Bronco.

“Ini akan membuat deployment lebih cepat karena pesawat mumpuni,” ujarnya. Perempuan lulusan APCSS (Asia Pacific Center for Security Studies) Honolulu, Hawai, itu mengungkapkan, persiapan untuk counter insurgency (antigerilya) mutlak harus ada karena demokrasi yang berkembang di Indonesia memungkinkan munculnya ancaman-ancaman seperti pemberontakan.

Menurut Connie, upaya untuk memisahkan dan membentuk negara sendiri termasuk kategori tindakan terorisme. Di luar negeri, hal seperti ini pun ditindak oleh negara yang bersangkutan. “Kita jangan melihat ini akan melanggar HAM. Meskipun warga negara sendiri, kalau dia ingin memecahkan diri dari NKRI, ya harus ditindak,” sebutnya. Istri mantan Pangkostrad Letjen (Pur) Djaja Suparman itu menilai Super Tucano bukan pesawat sembarangan karena memiliki kemampuan yang canggih dan multifungsi.

Selain untuk anti-gerilya, bisa untuk close air support (dukungan udara dekat), reconnaissance (pengintaian), serta training pilot. “Kecepatannya 590 km/ jam. Setara dengan pesawat-pesawat sekarang, khususnya masalah avionik dan kemampuan membawa senjata-senjata pintar. Jadi, jangan mau attack ke dalam saja, tapi kalau ada dari luar pun kita siap dan mumpuni,”terangnya.

Meski demikian, lanjut dia, secara umum kehadiran Super Tucano belum cukup untuk membangun perimbangan kekuatan Indonesia dengan negara-negara lain di kawasan. “Kalau bisa tambah lagi, jangan cuma Super Tucano,” imbuhnya. Pesawat Super Tucano TNI AU ini memiliki dasar loreng abu-abu dengan tambahan lukisan moncong hiu berwarna merah sesuai dengan tradisi Skuadron Udara 21 sejak pesawat P-51 Mustang.

Super Tucano ditenagai oleh mesin turboprop asal Kanada Prat & Whitney PT6A-68A berdaya 16.00 tenaga kuda. Mesin ini telah dilengkapi dengan sistem pemantau dan kontrol otomatis. Harga pesawat ini mencapai USD 143 juta untuk tiap satu paket yang terdiri atas 8 unit. Harga tersebut sepadan dengan kapabilitasnya.

Menurut Dede, Super Tucano memiliki kemampuan serang anti-gerilya (counter insurgency), pengendali udara depan (forward air control), dukungan udara dekat (close air support), penyekatan (interdiction), dan pertahanan udara. Pesawat ini juga bisa sebagai pesawat latih dan pengawasan udara (air surveillance). Pesawat bermesin tunggal turboprop berdaya 1.600 tenaga kuda ini berasal dari Kanada Prat & Whitney PT6A-68A.

Mesin ini telah dilengkapi dengan sistem pemantau dan kontrol otomatis. Adapun sistem persenjataan yang dicantelkan juga terbilang sangat lengkap. Persenjataannya antara lain rudal AGM-65 panduan inframerah, rudal udara ke udara AIM-9 Sidewinder, Python,dan Piranha. ‘’Pesawat dilengkapi juga dengan alat penjejak malam hari AN/AAQ-22 Safire. Pesawat yang kita beli ini full specification,” kata Dede.

Rencananya, Super Tucano ini akan dioperasikan untuk mengawal perbatasan, melawan terorisme, mengawasi alur laut kepulauan, mengawasi penyelundupan, dan mendukung operasi pasukan darat dan laut, operasi pertahanan udara secara terbatas, serta dukungan pengintaian. “Dengan kemampuan kecepatan yang dimiliki, (pesawat ini) mampu mendukung operasi pertahanan udara terhadap pesawat black flight berukuran kecil dan berkecepatan rendah seperti helikopter, pesawat propeller, dan pesawat tanpa awak,” jelas dia.

Walau cukup canggih, pesawat ini berpenampilan menyerupai pesawat zaman dulu. Setidaknya itu dari pengecatan di bagian moncong dengan lukisan hiu warna merah atau biasa dikenal dengan cocor merah.“ Ini kita sesuaikan dengan tradisi pesawat-pesawat yang pernah ada di Skuadron Udara yang dijadikan home base Super Tucano, seperti pesawat P-51 Mustang. Warna dasar loreng abu-abu kita pilih sesuai penelitian cocok untuk kamuflase di wilayah Indonesia,” ujarnya.

 14 Hari Melintasi 12 Negara di 4 Benua

Dari pantauan Seputar Indonesia (SINDO) di lapangan, pendaratan Super Tucano di Lanud Halim Perdana kusumah Jakarta berlangsung mulus. Sebelum mendarat, keempat unit pesawat tempur taktis tersebut terlihat terbang berjajar dalam jarak berdekatan. Satu per satu lantas berbalik arah ke sisi kiri untuk mengambil posisi mendarat di landasan. Setelah satu per satu pesawat mendarat, keempatnya melaju pelan menuju tempat parkir pesawat dibimbing sebuah mobil.

Jajaran petinggi TNI AU yang dipimpin wakil KSAU sudah menunggu sedari tadi kedatangan pesawat tersebut. Kedatangan pesawat tersebut dari Brasil bukanlah perkara mudah. Butuh waktu yang panjang untuk pesawat yang moncongnya berlukiskan hiu berwarna merah itu sampai di Jakarta. Pesawat yang dipiloti penerbang dari Embraer tersebut harus berhenti hingga 14 kali di 12 negara di empat benua.

Total jam terbang dari Brasil ke Malang sekitar 54 jam 35 menit. Menurut pilot Embraer, Capt William Souza, pesawat diberangkatkan dari pabriknya di Gaveao Peixoto San Jose dos Campos Brasil pada 20 Agustus 2012. Di Brasil pesawat berhenti dua kali, di Recife dan Fernando de Noronha Island. “Kemudian terbang ke Sal Island di Cape Verde. Perjalanan dari Brasil ke Cape Verde enam jam 15 menit,” terangnya usai mendarat.

Dari Cape Verde, penerbangan dilanjutkan menuju Gran Canaria Island di Spanyol, lalu terbang lagi ke Nador di Maroko. Dari Maroko, rombongan yang tiap pesawat diisi dua orang itu terbang ke Palermo (Italia) dan diteruskan ke Athena (Yunani). “Kemudian ke Luxor (Mesir), diteruskan ke Doha (Qatar), terbang lagi ke Muscat (Oman),” bebernya. Dari negara Timur Tengah, Super Tucano masuk wilayah Asia, yakni India.

Di negeri Mahatma Gandhi itu Super Tucano berhenti dua kali, masing-masing di Ahmedabad dan Kolkota. Penerbangan dilanjutkan ke Rayong, Thailand. “Baru kemudian masuk ke Indonesia di Medan dan hari ini (Sabtu, 1/9) tiba di Jakarta. Besok (Minggu, 2/9) ke Malang,” kata William.

Dalam kondisi normal, pesawat yang dilengkapi dua senapan mesin itu hanya sanggup terbang 3,5 jam karena daya tampung bahan bakar internal sebanyak 648 liter. “Kita pasang tiga drop tank sehingga bisa terbang selama kurang lebih tujuh jam,” tutur William Souza ● (fefy dwi haryanto/ant)

 Berikut Video Super Tucano :


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.