Jumat, 19 Oktober 2012

2 Polisi Tewas di Poso, JAT Terlibat?

 "Daerah itu memang dikenal sebagai daerah pelatihan teroris."

Penangkapan Teroris Melawi
Dua petugas polisi, Brigadir Kepala Sudirman dan Brigadir Satu Andi Sapa, ditemukan tewas di Poso, Sulawesi Tengah. Mereka gugur saat menyelidiki area pelatihan teroris di Poso, Sulawesi Tengah. Sebelum meregang nyawa, keduanya dicegat sekelompok orang yang mengendarai tiga sepeda motor. Polisi belum dapat memastikan identitas mereka.

"Dua senjata revolver dan sepeda motor mereka hilang. Dugaan sementara, mereka dihadang di jalan yang tidak terlalu besar, tanah, tapi bisa dilalui sepeda motor," kata Kepala Biro Penerangan Masyarakat Mabes Polri, Brigjen Pol. Boy Rafli Amar, di Mabes Polri, Jakarta, Kamis 18 Oktober 2012.


Bripka Anumerta Sudirman lahir pada 1 Juli 1981. Almarhum meninggalkan seorang istri serta dua anak, masing-masing baru berumur empat dan enam tahun. Rekannya, Brigadir Satu Andi Sappa, lahir pada 2 Maret 1981. Pria asal Palopo ini meninggalkan seorang istri dan dua anak yang juga masih kecil, berumur tujuh tahun dan adiknya bayi dua tahun.

Boy menyatakan sampai saat ini pihaknya masih terus menelusuri siapa pelaku pembunuhan itu. Dia mengatakan belum dapat menjelaskan secara mendetail langkah-langkah penyelidikan yang sedang dilakukan.

"Dalam catatan kami, ini memang terkait kegiatan-kegiatan pelatihan teror. Ini masih kami dalami. Lokasinya ada yang kami curigai sebagai tempat pelatihan. Kita tunggu perkembangan lebih lanjut soal siapa pelakunya," ujarnya.

Sebelumnya, Kepala BIN Letnan Jenderal Marciano Norman malah langsung menyatakan ada keterlibatan anggota Jamaah Anshorut Tauhid (JAT) dalam kasus ini. "Mereka ini memang diduga JAT. Beri kesempatan kepada kami untuk melakukan pendalaman," kata Marciano, Rabu kemarin.

Apa indikasi keterlibatan JAT?


"Ada beberapa fakta yang memperkuat, tapi itu harus didalami dulu," Marciano menambahkan.

Atas tudingan gawat itu, JAT menegaskan sama sekali tidak terlibat. Sekretaris Pusat JAT, Abdurochman, bahkan balik menuduh bahwa itu fitnah untuk mengalihkan berbagai isu yang belakangan sedang kencang mendera lembaga penegak hukum di Indonesia dewasa ini.

"Itu fitnah, karena tanpa disertai bukti-bukti. Karena ada kasus yang membelit lembaga hukum, maka dicarikan pengalihan isu. Bahkan, kami dengar tahun ini juga akan muncul tersangka baru dalam kasus Bank Century," ujar Abdurochman kepada wartawan, Kamis.

Juru Bicara JAT lainnya, Sonhadi, menjelaskan bahwa lokasi ditemukannya jasad dua polisi itu bukanlah basis aktivitas organisasinya. "Kami tidak ada kegiatan di Tamanjeka. Lokasi aktivitas kami ada di Labuan," kata Sonhadi, sembari menyanggah bahwa JAT memiliki kamp pelatihan militer. Menurut Sonhadi, dalam struktur organisasi JAT tidak ada divisi militer.


"Aktivitas kami hanya di Labuan. Kami tidak punya laskar militer. Kegiatan di Labuan hanya berupa pengajian, taklim, dan belajar. Itupun hanya sekitar 10 orang saja," dia menjelaskan.

Sonhadi menjelaskan beberapa warga di Labuan juga belum resmi menjadi anggota JAT. Meski sebagian warga di situ sudah menandatangani formulir pendaftaran, tapi kantor pusat JAT di Jakarta belum menerima berkas anggota dari Poso. "Tidak semua orang bisa kami terima. Harus ada verifikasi terlebih dahulu," kata Sonhadi.


Kronologi

Bripka Sudirman dan Briptu Andi Sapa ditemukan dalam kondisi tidak bernyawa setelah hilang delapan hari. Kedua jenazah ditemukan di satu lubang yang dalamnya hanya sekitar satu meter.

Kepala Bagian Penerangan Umum Mabes Polri Komisaris Besar Pol. Agus Rianto mengatakan jasad ditemukan pada Selasa 16 Oktober 2012 sekitar pukul 17.10 WITA di tengah hutan di luar perkampungan Dusun Tamanjeka, Desa Masani, Poso.

Awalnya, sebanyak satu peleton anggota TNI Yonif 714/SM sedang dalam perjalanan kembali usai mengambil logistik makanan. Di tengah perjalanan, Praka Dance M. ditemani Pratu Ilham buang air di sungai.

Sekitar pukul 11.30 Wita, Praka Dance berjalan ke arah Lembah Kampung Tamanjeka, Desa Masani, Kecamatan Poso, Pesisir Kabupaten Poso. Dance dan Ilham kemudian melihat helm berwarna hitam.

Di bawah helm itu, mereka melihat sebuah gundukan berikut tumpukan kayu. Dance lalu melaporkan temuan itu. Komandan Dance datang memeriksa. Lokasi itu dikerubungi lalat. Berjarak sekitar lima meter dari situ, anggota TNI yang lain melihat ada galian baru. Di situlah, tangan salah satu korban terlihat menyembul.

Saat disisir, pasukan TNI itu banyak menemukan titik-titik persembunyian yang disamarkan ilalang. Termasuk di pinggir jalan Tamanjeka-Masani, ditemukan ada lima titik persembunyian. Jarak antara satu titik persembunyian dengan yang berikutnya terpaut sekitar lima meter. Tempat persembunyian dibuat sangat tersamar dan bisa ditempati oleh lebih dari tiga orang. Di lokasi juga ditemukan satu butir peluru; kalibernya belum diketahui.


Dari hasil pengamatan pasukan TNI di lapangan, ini tampak seperti penghadangan yang matang dipersiapkan.

"Daerah itu memang dikenal sebagai daerah pelatihan teroris," kata Wakil Kapolres Poso, Komisaris Pol. Eko Yudhi Karyanto, kepada VIVAnews. 

Pada pukul 16.30 Wita aparat kepolisian tiba di lokasi. Lubang pun digali. Di dalam satu lubang ditemukan dua mayat sekaligus--satu dengan posisi kepala menghadap ke utara, dan kepala yang lain menghadap ke barat.


Di sekujur tubuh mereka ditemukan luka memar. Begitu pula ada luka di leher. Kedua jenazah dibawa ke RSUD Poso untuk diautopsi.(kd)

 Aparat Buru Pembunuh 2 Polisi di Poso

Brigadir Kepala Sudirman dan Brigadir Satu Andi Sapa ditemukan tewas.


Polisi menyisiri lokasi penemuan dua jenazah di Poso
Sejumlah petugas melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) di lokasi penemuan dua jenazah anggota polisi di Dusun Tamanjeka, Desa Masani, Poso, Provinsi Sulawesi Tengah. Polisi menemukan sejumlah titik persembunyian pelaku.

Tim polisi turun dengan menyertakan seekor anjing pelacak di sekitar lokasi penemuan jasad Brigadir Kepala Sudirman dan Brigadir Satu Andi Sapa. Dalam olah TKP, polisi menemukan sejumlah titik yang diduga menjadi tempat persembunyian pelaku.

Polisi pun sempat menghentikan dan memeriksa pengendara sepeda motor yang melintas areal olah TKP. Dua orang tersebut kemudian dibiarkan berlalu setelah polisi yakin keduanya tidak bermasalah.

Klik videonya di tautan ini.

Tim polisi lainnya juga menyisir Pegunungan Tamanjeka. Dalam penyisiran tersebut, polisi menemukan rompi hitam. Hingga kini, belum diketahui pemilik rompi tersebut.


Sementara, jenazah Sudirman tiba di kampung halamannya Takalar, Sulawesi Selatan, Kamis, 18 Oktober 2012 pukul 9.45 Wita. Jenazah disambut duka keluarga yang kehilangan orang yang tercinta.

Usai disemayamkan, keluarga kemudian menyerahkan jenazah Sudirman kepada polisi untuk kemudian dimakamkan.

Diberitakan sebelumnya, dua anggota polisi itu ditemukan tewas dalam satu lubang setelah hilang delapan hari. Sebelum hilang, kedua polisi ini menyelidiki pelatihan teroris.


 2 Polisi Poso Tewas, Revolver Belum Ditemukan

Polisi belum dapat memastikan identitas para pelaku.


Lokasi temuan mayat merupakan tempat latihan teroris
Dua anggota polisi, Bripka Anumerta Sudirman dan Brigadir Anumerta Andi Sapa, sebelum tewas diduga sempat dicegat sekelompok orang yang mengendarai tiga sepeda motor. Namun polisi belum dapat memastikan identitas para pelaku.

"Dua senjata revolver dan sepeda motornya hilang. Dugaan sementara korban dihadang. Jalannya tidak terlalu besar, jalan tanah. Tapi bisa dilalui sepeda motor," kata Kepala Biro Penerangan Masyarakat Mabes Polri, Brigjen Polisi Boy Rafli Amar di Mabes Polri, Jakarta, Kamis 18 Oktober 2012.

Boy menyatakan sampai saat ini, polisi masih terus menelusuri para pelaku pembunuhan dua anggotanya itu. Dia mengaku belum dapat menjelaskan secara detail langkah penyelidikan yang akan mereka lakukan.

"Dalam catatan kami memang terkait kegiatan-kegiatan pelatihan teror. Ini masih didalami. Lokasinya ada yang masih kami curigai sebagai tempat pelatihan. Kami tunggu perkembangan lanjut terkait siapa pelakunya," ujarnya.

Terkait informasi yang disampaikan Badan Intelejen Negara (BIN) yang menyebutkan bahwa Jamaah Ansharut Tauhid (JAT) berada di balik pembunuhan ini, polisi akan mendalaminya. Pendalaman juga akan dilakukan terhadap kelompok-kelompok yang selama ini mereka curigai.

"Di sana juga ada kawasan yang sulit dijangkau masih hutan lindung, berjam-jam untuk jalan kaki," terangnya.

Dari lokasi penemuan jenazah di dusun Tamanjeka, Desa Masani, Poso, Sulawesi Tengah, polisi juga menemukan selongsong peluru. Tetapi polisi belum dapat memastikan apakah sempat terjadi baku tembak sebelum keduanya tewas.

"Hasil visum luka irisan benda tajam," kata Boy. Kemungkinan tembak-menembak dengan pihak tertentu belum dapat dipastikan kebenarannya. Namun demikian, polisi akan mendalami selongsong peluru yang ditemukan.

"Itu jenis laras pendek, kami dalami barang-barang yang ditemukan. Sementara yang ditemukan baru terkait peluru, helm korban," ujarnya.


JAT sendiri sudah membantah keras terlibat dalam kasus ini. Sekretaris Pusat JAT, Abdurochman menilai, tudingan yang dialamatkan kepada organisasinya merupakan fitnah untuk pengalihan isu yang sedang mendera lembaga penegakan hukum di Indonesia dewasa ini.

"Karena ada kasus yang membelit di lembaga hukum, maka dicarikan pengalihan isu perhatian. Bahkan, kami dengar tahun ini juga akan muncul tersangka baru dalam kasus Century," ujar Abdurochman kepada wartawan, Kamis, 18 Oktober 2012.

 JAT: Tuduhan Terhadap Kami Bentuk Pengalihan Isu

"Itu fitnah, karena tanpa disertai bukti-bukti."


Jamaah Anshorut Tauhid (JAT) membantah tudingan terlibat dalam kasus pembunuhan dua polisi di Poso, Sulawesi Tengah.

Sekretaris Pusat JAT, Abdurochman menilai, tudingan yang dialamatkan kepada organisasinya merupakan fitnah untuk pengalihan isu yang sedang mendera lembaga penegakan hukum di Indonesia dewasa ini.

"Karena ada kasus yang membelit di lembaga hukum, maka dicarikan pengalihan isu perhatian. Bahkan, kami dengar tahun ini juga akan muncul tersangka baru dalam kasus Century," ujar Abdurochman kepada wartawan, Kamis, 18 Oktober 2012.

Tudingan keterlibatan JAT dalam kasus pembunuhan dua anggota Polisi di Poso diungkapkan oleh Kepala BIN, Marciano Norman.

Atas tudingan tersebut, Abdurochman pun menegaskan bahwa yang disampaikan oleh Marciano sebagai fitnah. "Itu fintah, karena tanpa disertai bukti-bukti," dia menegaskan.

Dugaan keterlibatan JAT diucapkan Kepala BIN Letnan Jenderal Marciano Norman. "Mereka ini memang diduga JAT. Sementara dugaan seperti itu. Beri kesempatan kepada kami untuk melakukan pendalaman," kata Marciano Norman, Rabu 17 Oktober 2012.

Lalu, apa indikasi keterlibatan JAT di balik aksi pembunuhan anggota Polres Poso, Brigadir Sudirman dan anggota Polsek Pesisir di bawah Polres Poso, Briptu Andi Sapa itu? "Ada beberapa fakta yang memperkuat. Tapi itu harus didalami dulu," jelas Marciano. (adi)
© VIVA.co

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.