Selasa, 16 Oktober 2012

Dua Polisi Terbunuh, Teroris Tantang Densus 88 Perang Terbuka

 Teroris Tantang Densus 88 Perang Terbuka

DETASEMEN Khusus (Densus) 88 Antiteror ditantang oleh seseorang yang mengaku Santoso, Komandan Mujahidin Indonesia Timur, teroris jaringan Poso yang sampai saat ini masih buron.

Dalam surat yang dipublikasikan oleh Forum Islam Al Busro tersebut, Santoso menantang Densus untuk berperang secara terbuka.

Santoso mengkritik Densus 88 yang menurutnya hanya berani menangkap teroris tak bersenjata. Santoso juga meminta TNI untuk tidak membantu Densus 88 menangkap teroris. "Biarkan Densus 88 langsung melawan Mujahidin, "tantangnya.

Surat terbuka itu ditulis dengan mengatasnamakan Komandan Mujahidin Indonesia Timur, Abu Mus'ab Al-Zarqawi Al-Indunesi, ABU WARDAH aka SANTOSO aka ABU YAHYA[Jurnas]

 Ditantang Teroris, Polri Minta Masyarakat Tenang

http://www.jurnas.com/fototmp/detail/57599-73969-3444317-0-76ba4f079a960d393837296dfbc96297.jpg?1350378239MABES Polri meminta masyarakat tidak terpancing dengan adanya surat tantangan kepada Detasemen Khusus 88 Anti Teror (Densus 88). Polri pun meminta masyarakat turut terlibat dalam menciptakan rasa aman dan memerangi terorisme.

"Kami minta pada masyarakat agar tidak mudah terpancing pada isu-isu yang berkembang. Surat itu bisa dibuat siapa saja, dan mereka punya kepentingan," kata Kepala Bagian Penerangan Umum Divisi Humas Polri Kombes Pol Agus Rianto di Jakarta, Selasa (16/10).

Menurut Agus, Polri tetap berkomitmen untuk memberikan pelayanan yang terbaik pada masyarakat. Dia pun meminta masyarakat untuk bahu-membahu menciptakan suasana tentram dan damai sehingga pembangunan di negara ini dapat terlaksana dengan baik. "Yang ingin mengacaukan situasi kondusif di negara ini, kami mohon hentikan. Pada masyarakat yang mendapat info, silakan sampaikan pada polri," ujarnya.

Surat tantangan kepada Densus 88 itu dikirim atas nama Komandan Mujahidin Indonesia Timur, Santoso, yang hingga saat menjadi buronan polisi dalam kasus terorisme. Santoso menantang Densus untuk berperang secara terbuka.

 Dua Polisi yang Tewas Diduga Digorok Senjata Tajam

Tempat itu dicurigai sebagai basis laskar teroris di bawah pimpinan Santoso.

http://img.beritasatu.com/images/medium/15102012233812.jpgDUA anggota polisi yang sejak delapan hari lalu dinyatakan hilang di kawasan Poso, hari ini, ditemukan dalam kondisi tewas. Di leher keduanya diketahui terdapat luka yang diduga akibat ditusuk senjata tajam.

Hal tersebut disampaikan Karo Penmas Polri Brigjen Boy Rafli Amar, petang ini, kepada Beritasatu.com. "Dua anggota Polri yang hilang di Poso telah ditemukan dalam keadaan meninggal dan luka di bagian leher. Diduga ditusuk dengan senjata tajam," katanya.

Sementara itu, menurut seorang anggota polisi yang turut melakukan evakuasi, keduanya luka di leher keduanya terlihat seperti luka akibat sembelih.

"Seperti disembelih. Digorok. Tapi lehernya tak sampai putus. Ada juga beberapa luka lebam seperti disiksa. Sadis," kata sumber yang meminta tak disebutkan namanya saat dihubungi malam ini.

Dalam foto yang dikirimkan sumber itu, salah satu mayat tampak tak mengenakan celana. Dia hanya mengenakan baju atau kaos warna coklat. Ada bekas lebam di kedua kakinya seperti dijerat. Tangannya terlentang saat jasad itu diangkat dari dalam lubang.

Dalam foto yang lain kedua mayat itu telah dimasukan dalam kantong mayat warna kuning. Kedua mayat itu dijejerkan di sebuah jalanan dari tanah. Tampak sejumlah anggota polisi, Brimob, dan tentara mengelilinginya. Ada kengerian di wajah para tim evakuasi ini.

Seperti diberitakan, kedua anggota Polri yang hilang di Poso telah ditemukan dalam keadaan meninggal  dan terkubur dalam satu lubang. Keduanya diketemukan di Kampung Dusun Tamanjeka, Desa Masani, Poso. Tepatnya di hutan atau kebun di luar perkampungan.

Saat ini dua jenazah yang diketemukan pukul 16.30 WITA itu sedang dibawa menuju Rumah Sakit Poso untuk dilakukan otopsi untuk mengetahui secara pasti kapan dan bagaimana keduanya tewas.

Sebelumnya keduanya dilaporkan hilang di Dusun Tamanjeka, Taman Hutan, Gunung Potong ketika mereka meyelidik di sana. Tidak jauh dari sana beberapa kali dijadikan tempat pelatihan teror yang dilakukan oleh kelompok jaringan teror belakangan ini.

Dua polisi yang hilang itu adalah anggota Buser Polsek Poso Pesisir Briptu Andi Sapa dan Kanit Intel Polsek Poso Pesisir Brigadir Sudirman.

Diberitakan sebelumnya, penyidik Densus 88/Antiteror menuturkan bahwa kedua anggota polisi itu tengah mengumpulkan bahan keterangan di Desa Tamanjeka, Poso. Pasalnya, tempat itu dicurigai sebagai basis laskar teroris di bawah pimpinan seorang buron teroris nomor wahid saat ini, Santoso.

Nama Santoso selalu muncul dalam setiap pengungkapan kasus terorisme. Santoso adalah jaringan Abu Tholut alias Mustafa yang diyakini polisi merupakan panglima perang JAT. Hanya saja JAT yang didirikan Abu Bakar Baasyir berulangkali membantah dan menyatakan jika Tholut sudah keluar dari JAT.

Nama Santoso kembali muncul pada Senin (8/10) saat Densus 88/Mabes Polri  menangkap buron teror bernama Imron di Palu, Sulawesi Tengah, tak jauh dari Poso. Imron merupakan lulusan Pondok Pesantren Darussaadah, Boyolali, Jawa Tengah, tempat Salik Firdaus, salah satu aktor pelaku bunuh diri dalam Bom Bali 2005, menuntut ilmu.[Berita Satu]

 Hilang di Sarang Teroris, Jasad Kedua Polisi Ditemukan dalam Satu Lubang

Saat ditemukan, jasad keduanya berada di satu lubang.

http://img.beritasatu.com/images/medium/31072012162028.jpgKEPALA Biro Penerangan Umum Mabes Polri, Brigjen Pol Boy Rafli Amar.

Dua anggota polisi yang hilang di basis Jamaah Anshoru Tauhid (JAT), Poso, Sulawesi Tengah, sejak 8 Oktober lalu, ditemukan terkubur di satu lubang.

Hal tersebut diungkapkan Karo Penmas Polri Brigjen Boy Rafli Amar, saat dihubungi, petang ini. "Dua anggota Polri yang hilang  di Poso telah ditemukan dalam keadaan meninggal  dan terkubur dalam satu lubang," paparnya.

Keduanya ditemukan di Kampung Dusun Tamanjeka, Desa Masani, Poso. Tepatnya di sebuah hutan atau kebun di luar perkampungan. "Saat ini dua jenazah sedang menuju Rumah Sakit Poso," tambahnya.

Kawasan Tamanjeka dan Gunung Biru diketahui sebagai salah satu sarang teroris. Di lokasi itulah, laskar teroris yang diduga kuat dipimpin oleh Santoso kerap menggelar latihan.

Sebelum menghilang, keduanya diketahui berada di sekitaran lokasi tersebut untuk melakukan penyelidikan. Kedua anggota polisi itu adalah anggota Buser Polsek Poso Pesisir Briptu Andi Sapa dan Kanit Intel Polsek Poso Pesisir Brigadir Sudirman.[Berita Satu]

 Hilang 8 Hari, Dua Polisi Ditemukan Tewas di Basis Teroris

Kedua polisi itu tengah mengumpulkan bahan keterangan di Desa Tamanjeka, Poso.

DUA anggota polisi yang hilang di Poso, Sulawesi Tengah, sejak 8 Oktober  lalu telah ditemukan. Kedua polisi itu ditemukan dalam keadaan  telah meninggal dunia.

Keduanya sebelumnya hilang diketahui berada di sekitar Tamanjeka, Poso. Kawasan itu dan Gunung Biru adalah basis Jamaah Anshoru Tauhid (JAT).

"Sudah ketemu beberapa saat lalu. Sudah meninggal dunia. Kini kita buru pelakunya. Tadi sudah dievakuasi dan kami masukan dalam kantong mayat," kata seorang penyidik Densus 88/Antiteror Mabes Polri yang ikut di dalam operasi pencarian kedua anggota malang itu.

Penyidik itu mengirimkan foto kantong mayat warna kuning yang memuat kedua jasad polisi itu. Namun dia meminta foto itu tidak dipublikasi.

Sumber tersebut juga mengunci rapat perihal keadaan kedua korban saat ditemukan. Termasuk, soal ada tidaknya luka bekas senjata tajam atau bekas tembakan senjata api. Dia hanya mengatakan, "Senjata mereka, revolver, masih kita cari."

Kadiv Humas Polri Irjen Suhardi Alius yang dihubungi terpisah membenarkan hal tersebut. "Betul. Ditemukan telah meninggal dunia di lokasi yang kita perkirakan mereka hilang. Laporan lengkap  nanti menyusul," katanya saat dihubungi malam ini.

Kedua polisi itu dilaporkan hilang di Dusun Tamanjeka, Taman Hutan, Gunung Potong, ketika tengah melakukan penyelidikan. Tidak jauh lokasi itu, kerap diketahui sebagai tempat latihan kelompok teroris. "Daerah itu basis JAT," kata Karo Penmas Polri Brigjen Boy Rafli Amar di Mabes Polri, kemarin.

Identitas kedua polisi tersebut adalah anggota Buser Polsek Poso Pesisir Briptu Andi Sapa dan Kanit Intel Polsek Poso Pesisir Brigadir Sudirman.

Diberitakan sebelumnya, penyidik Densus 88/Antiteror menuturkan bahwa kedua anggota polisi itu tengah mengumpulkan bahan keterangan di Desa Tamanjeka, Poso. Pasalnya, tempat itu dicurigai sebagai basis laskar teroris di bawah pimpinan seorang buron teroris nomor wahid saat ini, Santoso.

Nama Santoso selalu muncul dalam setiap pengungkapan kasus terorisme. Santoso adalah jaringan Abu Tholut alias Mustafa yang diyakini polisi merupakan panglima perang JAT. Hanya saja JAT yang didirikan Abu Bakar Baasyir berulangkali membantah dan menyatakan jika Tholut sudah keluar dari JAT.

Nama Santoso kembali muncul ada Senin (8/10) saat Densus 88/Mabes Polri  menangkap buron teror bernama Imron di Palu, Sulawesi Tengah, tak jauh dari Poso. Imron merupakan lulusan Pondok Pesantren Darussaadah, Boyolali, Jawa Tengah, tempat Salik Firdaus, salah satu aktor pelaku bunuh diri dalam Bom Bali 2005, menuntut ilmu.

Imron sendiri terkait dengan latihan paramiliter di Poso dan ditengarai sebagai kurir kelompok yang dipimpin Santoso. Imron juga berperan sebagai fasilitator pelatihan, pembeli senjata api, dan guru membuat bom untuk kelompok.[Berita Satu]

 Kronologi Temuan 2 Jasad Polisi di Sarang Teroris

Jasad keduanya ditemukan di dalam satu lubang yang sama.


SETELAH delapan hari menghilang, dua anggota Polres Poso, Sulawesi Tengah, Brigadir Sudirman, dan Briptu Andi Sapa ditemukan dalam kondisi tidak bernyawa. Jasad keduanya ditemukan di dalam satu lubang yang sama di kedalaman sekitar 1 meter.

Kepala Bagian Penerangan Umum Mabes Polri Komisaris Besar Polisi Agus Rianto mengatakan jasad ditemukan pada Selasa 16 Oktober 2012 kemarin, sekitar pukul 17.10 Wita di areal hutan, luar perkampungan, Dusun Tamanjeka, Desa Masani, Poso.

"Telah ditemukan dua sosok mayat yang diketahui keduanya adalah anggota Polri yang telah dinyatakan hilang sejak 8 Oktober 2012 yang lalu," kata Agus dalam konferensi pers di Mabes Polri, Jakarta, Rabu, 17 Oktober 2012.

Agus menuturkan sekitar pukul 15.20 wita, polisi memperoleh informasi dari masyarakat bahwa terdapat kejanggalan di lokasi yakni adanya satu buah helm dan gundukan tanah baru bekas galian. Informasi itu segera ditindaklanjuti aparat gabungan Brimob, Polres dan TNI dengan melakukan penyisiran.

"Akhirnya digali dan betul satu lubang ditemukan dua jenazah yang dikubur secara tertumpuk, satu lubang dua mayat," jelas Agus.

Dari hasil identifikasi sementara di lapangan, petugas kemudian memastikan bahwa kedua jenazah itu adalah benar, anggota Polri atas nama Brigadir Sudirman (anggota Polres Poso), dan Briptu Andi Sapa (anggota Polsek Pesisir di bawah Polres Poso).

"Langkah yang dilakukan Polri, investigasi awal untuk, Brigadir Sudirman mengalami luka di bagian leher. Demikian juga Briptu Andi Sapa di leher tapi dia di kiri dan kanan. Kedua jenazah dibawa ke RSUD Poso untuk otopsi secara lengkap," ujarnya.

 
Lokasi temuan dua jasad anggota polisi itu merupakan tempat yang kerap digunakan kelompok teroris untuk berlatih militer. "Daerah itu memang dikenal sebagai daerah pelatihan teroris," kata Wakapolres Poso, Komisaris Polisi Eko Yudhi Karyanto saat dihubungi lewat telepon.(umi)

 Dua Polisi Diduga Mati di Sarang Teroris, Apa Kata Kapolri

BIN menuduh JAT terlibat dalam pembunuhan kedua polisi di Poso.


DUA anggota polisi, Brigadir Sudirman dan Brigadir Satu Andi Sapa ditemukan tewas di Poso, Sulawesi Tengah. Jasad kedua polisi itu ditemukan terkubur dalam satu lubang, di lokasi yang diduga sebagai daerah sarang jaringan teroris.

Kapolri Jenderal Timur Pradopo mengatakan penyidiknya belum tahu siapa pelaku pembunuhan kedua anak buahnya itu. Proses penyelidikan, kata dia, masih berjalan. Poilisi telah melakukan autopsi dan memeriksa saksi-saksi. "Sampai di situ. Kemudian nanti perkembangan kami sampaikan kepada masyarakat," ujar Timur di Jakarta, Rabu 17 Oktober 2012.

Timur juga belum bisa menjelaskan hasil autopsi yang dilakukan terhadap dua jasad polisi itu. Menurutnya, semua masih proses. Timur juga tidak mau menyebutkan apakah ada pesan khusus yang ditinggalkan para pelaku untuk Densus 88 Anti Teror. "Sekali lagi semua keterangan masyarakat, saksi-saksi, kami himpun secara keseluruhan," katanya.

Apakah betul bahwa kematian dua polisi itu berkaitan dengan Jaringan Ansharut Tauhid (JAT)--sebagaimana tuduhan Kepala Badan Intelijen Negara, Marciano Norman, memang belum jelas. Timur tak mau menjelaskan soal ini, sebab penyelidikan masih berlangsung. "Sekali lagi masih dalam proses penyelidikan, secara keseluruhan di lingkungan Poso," katanya. JAT sudah membantah tudingan Marciano Norman ini.

Yang jelas, kata Timur, kedua polisi itu diberi penghormatan, berupa kenaikan pangkat. "Brigadir Sudirman kami naikkan menjadi Brigadir Kepala Anumerta. Kemudian Brigadir Satu Andi Sapa, kami naikkan pangkatnya menjadi Bigadir Kepala Anumerta," katanya.


 Polisi Gelar Operasi Besar-besaran di Poso

Poso - Kepolisian Daerah Sulawesi Tengah bakal menggelar operasi besar-besaran di kawasan Pegunungan Potong, Dusun Tamanjeka, lokasi penemuan mayat dua personel kepolisian, Brigadir Satu Andi Sappa dan Brigadir Sudirman. "Secara teknis dan kapan pelaksanaannya, belum dapat kami jelaskan. Pokoknya kami akan berupaya mencari pelaku," kata Kapolda Sulawesi Tengah, Brigadir Jenderal Dewa Parsana, Rabu, 17 Oktober 2012.

Selain itu, dia menegaskan, pihaknya tidak ingin gegabah dalam menyimpulkan motif serta dalang di balik pembunuhan brutal pada dua anggotanya tersebut. Brigadir Satu Andi Sapa dan Brigadir Sudirman ditemukan tewas dengan luka sayatan di leher dan dikubur dalam satu lubang di sebuah jurang di Dusun Tamanjeka, Selasa, 16 Oktober 2012.

Sebelumnya, Sudirman, Kepala Unit Intelijen Polsek Poso Pesisir, dan Andi Sapa, anggota tim buru sergap Polres Poso, hilang sejak 8 Oktober lalu. Keduanya pamit untuk mencari informasi keberadaan pelatihan teroris di Tamanjeka.

Juru bicara Polda Sulawesi Tengah Ajun Komisaris Soemarno mengatakan pembunuhan kedua polisi itu dilakukan lebih dari satu orang dengan terlebih dahulu korban dianiaya. Terbukti, kata dia, terdapat luka memar di beberapa bagian tubuhnya, sebelum akhirnya mereka digorok dengan kondisi leher keduanya nyaris putus.

"Sangat tidak manusiawi. Perbuatannya sangat kejam dan sadis," ujar Soemarno. Hari ini, jenazah keduanya dikebumikan di kampung halamanmya masing-masing di Sulawesi Selatan. Almarhum Andi Sappa dikuburkan di Kota Palopo. Sementara Sudirman dikubur di Kabupaten Takalar. 


 JAT Bantah Punya Kamp Pelatihan Militer di Poso

Solo - Jamaah Ansharut Tauhid (JAT) membantah tudingan Mabes Polri yang menyebut organisasi itu memiliki kamp pelatihan militer di Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah.

“Mabes Polri telah melakukan kriminalisasi terhadap JAT,” kata Humas JAT, Sonhadi, saat dihubungi Okezone, Rabu (17/10/2012).

Menurut dia, JAT tidak pernah menggelar latihan perang karena di dalam tubuh organisasi tidak ada program itu. “Lokasi yang disebut Mabes Polri bukan milik JAT,” tegas Sonhadi.

Sonhadi melanjutkan, JAT juga tidak memiliki anggota di Poso. “Kalau simpatisan kami tidak memungkiri. Memang ada simpatisan JAT di sana, tapi mereka tidak memiliki KTA JAT. Jadi, mereka bukan anggota JAT,” ujarnya .

Bila perlu, lanjut dia, pihaknya akan mendatangi Mabes Polri untuk mengklarifikasi tuduhan tersebut. “Kami akan mendatangi Mabes Polri dan meminta klarifikasi,” pungkasnya.

Seperti diberitakan, dua polisi yang petugas di Polsek Poso Pesisir, yakni Brigadir Polisi Sudirman dan Briptu Andi Sapa hilang sejak 8 Oktober lalu. Mereka ditemukan dalam kondisi tidak bernyawa di kawasan hutan di Dusun Tamanjeka, Desa Masani, Poso Pesisir. Mabes Polri menyebut lokasi ditemukannya dua mayat tersebut merupakan kamp pelatihan militer JAT.(ton)


RIP

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.