Kamis, 11 Oktober 2012

RI Siap Berbagi Pengalaman

 Kerangka Perdamaian I Banyak Hal Sensitif yang Harus Diselesaikan

Moro Islamic Liberation Front
Jakarta - Pemerintah Indonesia menyambut gembira pernyataan Presiden Filipina, Benigno Aquino III, yang menyatakan telah mencapai kesepakatan awal perdamaian (kerangka perdamaiann) antara Pemerintah Filipina dan Moro Islamic Liberation Front (MILF). Kesepakatan itu merupakan cermin kesungguhan Pemerintah Filipina dalam upaya menciptakan perdamaian yang komprehensif di Filipina Selatan. 

"Indonesia memberi dukungan atas pencapaian itu dan bersedia memberikan bantuan dalam bentuk berbagi pengalaman." Demikian pernyataan tertulis Kementerian Luar Negeri Indonesia, Selasa (9/10), di Jakarta.

Sementara itu, Juru Bicara Kementrian Luar Negeri RI, Michael Tene, menambahkan pencapaian kerangka perdamaian itu merupakan hal yang amat penting karena membuat situasi di Filipina kini semakin jelas. Pada pertengahan Oktober 2012 ini, rencananya kesepakatan kerangka perdamaian antara Pemerintah Filipina dan MILF akan ditandatangani secara resmi.

Tene menekankan fasilitator perdamaian antara Pemerintah Filipina dan MILF dibantu oleh Malaysia. Sedangkan Indonesia berperan aktif sebagai fasilitator dalam perdamaian Pemerintah Filipina dengan Kelompok MNLF (Moro National Liberation Front) yang juga bermarkas di Filipina Selatan.

Sebagai bentuk dukungan pada terwujudnya perdamaian, khususnya di kawasan Asia Tenggara, sambung Tene, Indonesia telah mengirimkan pasukan perdamaian di bawah organiasi Islam, OKI. Hanya saja, tim ini untuk mengamankan jalannya proses perdamaian antara pemerintah Filipina dan MNLF, yang perjanjian perdamaiannya sudah dibuat pada 1996.

Untuk proses perdamaian Pemerintah Filipina dengan MILF, Indonesia berkontribusi dengan mengirimkan tim pengamat ke Filipina. Tim itu sudah berada di Filipina sejak Juni 2012.

"Tim observer yang diberangkatkan komposisinya berasal dari unsur militer dan sipil. Tim ini akan berada di sana selama dibutuhkan dan akan dirotasi," tambah Tene seusai menerima kunjungan Menteri Luar Negeri Selandia Baru, Hon Murray McCully, Selasa (9/10).


Perdamaian yang melibatkan elemen MNLF dan MILF dari bangsa Moro dengan Pemerintah Filipina diharapkan dapat menyelesaikan secara komprehensif konflik yang telah banyak menimbulkan korban jiwa dan kerugian materi selama empat dekade terakhir. Konflik antara MILF dan Pemerintah Filipina diperkirakan telah menelan korban jiwa lebih dari 150 ribu orang.

Indonesia berkomitmen kuat mendorong terciptanya perdamaian di berbagai belahan dunia, terutama di kawasan Asia Tenggara. Sebagai negara tetangga terdekat Filipina, Indonesia senantiasa mendukung upaya Pemerintah Filipina menciptakan perdamaian dengan masyarakat Moro di Filipina selatan.

 Wilayah Kaya

Kelompok MNLF dan MILF bermukim di wilayah Mindanao, Filipina bagian selatan. Di sana bermukim sekitar empat juta warga muslim Filipina. Kelompok MILF dan MNFL menganggap Mindanao sebagai tanah leluhur mereka, jauh sebelum Spanyol tiba di tanah Filipina pada tahun 1500-an.

Mindanao segera menjadi wilayah perebutan setelah diketahui wilayah itu kaya akan cadangan emas, tembaga, dan bahan mineral. Mindanao juga memegang peran penting karena Mindanao adalah kawasan pertanian Filipina.

Kelompok MILF melakukan pembicaraan perdamaian pertama kali dengan Pemerintah Filipina pada 1997. Namun, pada 1998, upaya pembicaraan damai itu gagal ketika Presiden Filipina yang berkuasa kala itu, Joseph Estrada, justru memutuskan untuk memerangi kelompok MILF.

Pemerintah Filipina dan MILF sama-sama mengakui masih banyak hal sensitif yang harus diselesaikan kedua pihak, di antaranya masalah pembagian kekayaan di wilayah Mindanao.[uci/I-1]
© Koran Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.