Senin, 01 Oktober 2012

Terima Kasih, Panglima Tertinggi.....

Duhai Panglima Tertinggi,

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjVE_sltjFuj-OlbBLoN813K43EXMmaQp5VlB4AZEGLF043a-5-35PEGh0i7oaQCTlSykHR4cQiyshV82j4Ot7ZyNe7SnViEO_K59si_i7eQH78xsYhURWNxvsb4gSsuVh4WRWKoYnaKN4/s1600/7890901042_34c8bd6242_b.jpgEngkau telah jadikan hulubalang kami menjadi layak pakai, menjadi siap pakai, tidak lagi sekedar menggapai asa melainkan sudah mendapat asa dengan kehadiran beragam jenis alutsista. Kegembiraan kami adalah kegembiraan bernafas kebanggaan manakala sang hulubalang berbaju loreng kembali memperlihatkan otot utuhnya dengan kombinasi kemampuan adu gelut personal dan keterampilan menggunakan teknologi alutsista. Engkau lengkapi pasukanmu dengan berbagai jenis alutsista segala matra.

“Kemarahanmu” beberapa tahun silam karena ulah arogansi negara jiran yang hobi mengklaim benar-benar membuahkan hasil nyata. Engkau nyatakan kemarahanmu bukan dengan kata-kata sumpah serapah atau retorika melainkan dengan menyusun rencana besar yang terukur dan terstruktur untuk mempersiapakan kekuatan pukul yang membanting. Tidak dalam rangka masuk dulu baru digebuk tetapi banting dulu sebelum masuk. Engkau nyatakan dengan perbuatan, engkau nyatakan dengan jalan yang jelas, karena engkau seorang jenderal yang cerdas yang tak perlu menjual statemen. Dan engkau memang tidak pernah menjual statemen keras sebelum hulubalangmu dilengkapi dulu persenjataannya. Ketika berbagai alutsista mulai berdatangan, engkau pun secara lantang berkata di depan jenderal-jenderalmu pada buka bersama Ramadhan lalu: Kita akan menuju sebagai macan Asia.

Begitulah memang karakter sejati seorang pemimpin militer yang memiliki segudang ilmu strategi. Ketika bicara dalam bahasa diplomasi mengedepankan konten bicara tanpa harus merusak hubungan pertemanan, hubungan perjiranan. Hubungan antar negara tetap saja baik dan akrab. Namun di sisi yang lain diformulakan dengan adonan kekuatan harga diri bangsa, kedaulatan yang dijunjung tinggi untuk jangan coba bermain lagi di wilayah pelecehan teritorial. Negeri ini menjunjung kuat nilai-nilai persahabatan antar negara dan selalu mengedepankan kualitas diplomasi untuk kenyamanan dalam interaksi antar rumah tangga masing-masing negara. Tetapi negeri ini yang memilik karakter dan nilai kejuangan tidak ingin rumah besarnya, rumah gadangnya menjadi obyek pelampiasan nafsu keangkuhan jiran yang merasa lebih bertamadun menurut dia.

Engkau pun telah menunjukkan kekuatan kepemimpinan di negeri ini karena mampu menahan gejolak emosi meski caci maki terlalu sering dikumandangkan oleh petualang politik dalam negeri yang hanya pintar mencari kesalahan. Sudah banyak buktinya, engkau bawa negeri ini dalam nilai ekonomi yang gemilang meski rakyatmu belum semua sejahtera. Pertumbuhan ekonomi mencapai 6,4 % terbaik kedua setelah Cina, pendapatan per kapita mencapai US$ 4.000,- dan ini yang lebih dahsyat, kekuatan beli negeri ini mencapai nilai 1600 trilyun per tahun yang mampu membungakan dada dan mencerahkan wajah. Sebagai kekuatan ekonomi terbesar di ASEAN, terbesar ke 16 di dunia, masuk negeri idola bersama 3 negeri lain dalam MIST (Meksiko, Indonesia, South Korea dan Turki), pengaruh kepemimpinan adalah kunci semua prestasi, itu kalau kita membacanya dengan hati bening, bukan dengan hati busuk seperti yang dikoar-koarkan “ahli ekonomi sirik” di layar kaca.

Panglima, kami berterimakasih kepadamu karena tanggal 5 Oktober ini parade kewibawaan hulubalang republik mampu memberikan nilai langkah tegap yang sesungguhnya. Meski belum semua alutsista yang dipesan datang namun gegap gempita menyambut kedatangannya terasa nian dalam parade dan defile pengawal republik. Langkah tegap yang diderukan adalah testimoni sebuah konser harga diri, nilai juang dan semangat berbangsa untuk diperlihatkan kepada siapa saja. Bahwa bangsa ini mampu bertarung dengan taring tajam demi sebuah harga diri dari negara kepulauan terbesar di dunia, negara berpenduduk muslim terbesar di dunia, negara demokrasi terbesar ketiga di dunia.

Berbagai jenis alutsista modern yang sudah dan segera mengisi kesatrian pengawal republik sejatinya adalah sebuah penghormatan terhadap nilai kepahlawanan sepanjang perjalanan bangsa ini. Nilai penghormatan itu adalah kesediaan kita untuk selalu mengasah kemampuan bertarung dengan alutsista modern. Karena sebagai pewaris tanah air, wasiat dari pendiri republik adalah mempertahankan setiap jengkal teritori negara ini dari segala jenis ancaman. Itulah harga matinya, tidak ada tawar menawar karena air laut pun tidak ingin tawar. Kita tidak ingin menjual persoalan atau persengketaan dengan rumah tetangga namun dalam etika pergaulan yang bernama harga diri jika ada yang menjual persengketaan kita pun patut membelinya. Apalagi jika sampai melakukan show of force dengan memamerkan kekuatan militer di depan mata kita.

Begitulah Panglima, episode perjalanan bangsa ini sesungguhnya bisa mencapai sampai di batas ini tidak terlepas dari pengawalan yang terus menerus dari garda republik. Maka ketika engkau kembali mendandani dan mempertajam taring pasukanmu, itu adalah sebuah kewajiban yang harus terus digemakan. Karena rumah yang besar ini harus mempunyai pagar yang kuat untuk menghadapi kondisi terburuk dalam dinamika kawasan. Untuk itu sebagai anak bangsa, ucapan terimakasih dan penghargaan pantas dilayangkan kepada Panglima Tertinggi yang telah memberikan semangat dan harga diri hulubalang republik. Kesatrian-kesatrian pengawal republik saat ini memberikan penghormatan bergelora kepada Panglima Tertinggi yang bersama komponen perwakilan rakyat dan seluruh rakyat telah memberikan dukungan penuh untuk perkuatan militer.

Selamat ulang tahun tentaraku
******
Jagvane / 30 September 2012
© Kompasiana

2 komentar:

  1. aku bukan tentara,
    aku bukan veteran,
    bukan pula pejabat,
    dan bukan pula orang kaya yang bergelimang emas.
    aku hanyalah rakyat jelata.

    hati bergetar saat mendengar 'kita akan menjadi macan Asia'.
    dari palung hati yang paling dalam menyeruak rasa cinta, bangga, dan kedamaian yang tak terperi.
    memang, saudara kita masih banyak yang kesulitan ekonomi, pendidikan rendah, dan pengangguran.
    tapi lihatlah.
    pelan tapi pasti.
    tak terasa namun akhirnya terasa.
    masalah itu semakin berkurang.
    lihatlah. anak2 semakin girang bermain, tersenyum dan berkata kepada orang tua mereka.
    "ibu, bapak, kita sudah tidak kesulitan lagi".
    dengan penuh kasih sayang orang tua itu menjawab
    "berterimakasihlah kepada Tuhan dan Panglima Jendral".
    dan anak itupun memandang Burung Garuda yang tertempel di dinding seraya berkata
    "Terimakasih Republik Indonesia"

    BalasHapus
  2. Masih belum zempurna amat !malah Al ,au masih di kebiri semua kapal yg baru seperti korvet sigma classs ke bijakan pemerintahan megawati 'Tak ada fregat apalagi destroyer .kita semua di kibuli ,kapal selam pun changbogo di bawah standar gampang di embargo !sudah tahu kebobolan udara laut ,malah kodam di bukak saban bulan tentu rencana panjang tuk menakuti rakyat patut di pertayakan dua priode sepulah tahun bukan waktu sedikit

    BalasHapus

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.