Kamis, 06 Desember 2012

Generasi Muda Butuh Ikon Kepahlawanan

Laksamana Malahayati
Jakarta - Indonesia membutuhkan ikon pahlawan di laut untuk menumbuhkan watak dan karakter masyarakat sebagai bangsa maritim. Ketokohan semacam ini dinilai penting dalam menghadapi pengaruh budaya global yang kian gencar menerpa.

Kepala Staf TNI Angkatan Laut (KSAL) Laksamana TNI Soeparno dalam peluncuran buku Pasukan 'M' Menang Tak Dibilang, Gugur Tak Dikenang di Jakarta, Senin (3/12) malam, mengungkapkan, di banyak negara, ikon pahlawan laut sudah lama dimunculkan. Misalnya, Sinbad, Kapten Hawk, Colombus, hingga Marcopolo.

Namun, hingga sekarang ini hal semacam itu belum tumbuh di Indonesia. Padahal, lanjutnya, ikon kepahlawanan di laut dibutuhkan untuk menumbuhkan watak dan karakter anak bangsa.

Indonesia sebenarnya bukannya tidak punya nama-nama yang layak untuk dimunculkan sebagai ikon pahlawan laut. Beberapa nama seperti Hang Tuah, Malahayati, Nala, hingga komandan Pasukan 'M' Kapten Markadi, pantas menjadi ikon.

Khusus Kapten Markadi, kata Soeparno, dia patut menjadi ikon karena ketokohannya yang menyerupai Bima dalam babad Mahabarata. "Ibarat Bima, dia memiliki karakter gagah, teguh, kuat, tabah, jujur, berhati lembut, dan rendah hati," katanya.

Pasukan 'M' hanya dengan menggunakan perahu kecil mampu mengusir pasukan Belanda yang memiliki kapal lebih canggih. Pertempuran yang dilakoni Pasukan 'M' ini dinilai sebagai pertempuran laut pertama di Indonesia. Pertempuran itu juga dinilai sebagai operasi gabungan pertama yang melibatkan rakyat.

Buku sejarah itu diharapkan menjadi sarana efektif untuk mentransfer nilai-nilai kepahlawanan ke generasi penerus. "Saya berharap buku mengenai Pasukan 'M' yang berjuang di Selat Bali pada 1945-1949 ini mampu memberi penyadaran bahwa kebersamaan perjuangan sudah terbentuk sejak negeri ini berdiri," jelasnya.

Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro menyatakan, Kapten Markadi pantas menjadi ikon pejuang maritim di Indonesia. "Dia adalah bagian penting dalam perjalanan perjuangan kemerdekaan Indonesia," kata Menhan.

Purnomo berharap peluncuran buku Pasukan M ini bisa menjadi referensi bagi generasi penerus untuk tetap mengenang nilai-nilai perjuangan. "Globalisasi yang saat ini berkembang begitu cepat bisa mengerosi nilai-nilai kebangsaan. Jadi, harus dibendung," katanya.

Sejarawan Anhar Gonggong menuturkan, kisah pertempuran Pasukan 'M' yang tertuang dalam buku tersebut memberikan banyak pesan. Diantaranya, bahwa republik ini ditegakkan dari hal-hal sederhana yang tergambar dari penggunaan perahu-perahu kecil namun bisa mengalahkan kapal canggih.

Buku ini, tambah dia, harusnya menjadi bahan refleksi untuk melihat masa depan. Pasukan "M" yang diisi pasukan kecil dengan alat sederhana bisa mengalahkan pasukan besar dan senjata hebat, dimaknai bahwa bangsa ini harusnya tetap miliki semangat hadapi musuh, yang dalam konteks kekinian adalah kemiskinan dan ketidakadilan.

Kepala Dinas Penerangan TNI AL Laksamana Pertama TNI Untung Suropati menambahkan, penulisan sejarah Pasukan 'M' merupakan cara untuk merekonstruksi kembali kisah-kisah heroik para pejuang di laut. (Feber S)

Abarky Indo Suara Karya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.