Senin, 10 Desember 2012

★ PC 40 buatan Lokal

Interior KRI Birang 831 (Antara)
INDONESIA membutuhkan banyak kapal perang selain untuk menjaga perairan yang luas dan juga digunakan sebagai kapal patroli maupun kapal SAR bila terjadi kecelakaan di laut. Karena pengadaan kapal tidak murah dan anggaran terbatas, maka TNI AL mencoba mengadakan kapal yang murah tapi dapat diandalkan untuk perairan dangkal maupun penjaga pesisir pantai yang luas di nusantara.

Akhirnya kapal patroli ukuran 36 sampai 40 meter yang dipilih sebagai andalan untuk menjaga perairan Indonesia yang luas ini. Bahannya pun dicari yang ringan tapi kuat yaitu material serat kaca (fiberglass). Banyak desain yang diajukan Dislitbang TNI AL bersama perusahaan swasta yang sudah di ujicoba dan akhirnya dicoba produksi oleh fasharkan TNI AL yang tersebar di berbagai daerah di nusantara.

Bentuknya pun sebetulnya hampir mirip atau sama seperti Boa Class, Kobra Class maupun  KRI Tarihu 829. Hanya detail dan panjang yang membedakannya. Menurut salah satu forum militer disebutkan bahannya juga berbeda namun tetap fiberglass. Seluruh kapal ini dibuat oleh Fasilitas Pemeliharaan dan Perbaikan (fasharkan) TNI AL.

Jenis kapal 40 meter ini yang menurut info internet disebut sebagai kapal yang termasuk dalam kelas Tarihu. Namun menurut kasat mata pada gambar ada perbedaan pada kapalnya dan hanya panjangnya yang serupa 40 meter. Jawabannya hanya TNI AL yang tahu. Karena di media sering disebut sebagai tipe PC 40 saja.

Tipe terakhir yang kemudian di pesan TNI AL adalah tipe Clurit Class produksi PT Palindo, Batam. Namun Clurit Class ini beda fungsi karena dipersenjatai CIWS dan rudal antikapal buatan Cina. Clurit Class pun bukan sebagai kapal patroli tapi dalam TNI AL masuk dalam satuan kapal cepat (satkat). Kapal jenis ini telah diproduksi 3 unit dari rencana 6 unit. Untuk anggaran yang terbatas dalam rencana memenuhi kebutuhan kapal perang yang banyak, nampaknya tipe ini sangat cocok untuk di perbanyak dan di tugaskan di seluruh wilayah perairan nusantara yang sangat luas.

Kapal PC 40 meter setelah diproduksi menjalani dinas di TNI AL dan banyak berjasa menindak pelaku kejahatan maupun menolong korban kecelakaan di Laut. Selain menjadi andalan penjaga pantai di daerah, bila di butuhkan kapal jenis inipun siap ke laut dalam untuk menjaga kedaulatan NKRI.

Seperti Boa Class, Kobra Class maupun Viper Class, kapal-kapal ini juga menggunakan nama sejenis ular. Pemberian nama KRI dengan nama ular berbisa adalah untuk membangkitkan semangat patriotisme dan kebanggaan bagi seluruh jajaran TNI khususnya prajurit TNI AL.

Spesifikasi Umum PC 40 M :

Panjang : 40 Meter
Lebar : 7,30 Meter
Kecepatan : 29-30 knot
Awak : 20 Personel
Senjata :
- Kanon Kaliber 20 mm
- 2 (dua) buah senjata mesin kaliber 12,7 mm

Berikut foto kapal PC 40 M :

 
KRI Akura 830 

Kapal ini merupakan kapal Patroli Cepat yang dibuat pada tahun 2009 oleh Fasharkan Batam. Sedangkan nama Akura merupakan salah satu jenis ular paling berbisa penghuni pulau Ternate tepatnya di Pulau Hiri. Ular Alkura memiliki kecepatan bergerak, kepekaan penginderaan tinggi dan racun yang sangat mematikan.

KRI Akura 830

 KRI Birang 831 


KRI Birang adalah kapal perang jenis kapal patroli cepat dengan tipe PC 40. Dengan material serat kaca (fiberglass), KRI Birang dibuat 2008 di Fasharkan Mentigi, Lantamal IV Tanjung Pinang. Namun baru diresmikan oleh Panglima TNI tanggal 26 Januari 2010.

Kecepatan maksimun kapal tersebut hanya mencapai 29 knot, Sementara itu, untuk kecepatan jelajah, KRI Birang hanya 26 knot dengan kapasitas tangki BBM sebanyak 35 ribu liter. Untuk aksi radius jarak jelajah cepat 30 knot membutuhkan waktu 2 hari, sedangkan jelajah 20 knots memakan waktu 4 hari.

KRI Birang 831 yang memiliki 20 awak diharapkan mampu menjaga NKRI khususnya di wilayah perairan Makassar dan sekitarnya.

KRI Birang 831

 
KRI Mulga 832 

KRI Mulga 832 adalah kapal patroli cepat kelas PC-40 buatan Fasharkan Manokwari tahun 2009, termasuk dalam jajaran Satuan Keamanan Laut Lantamal XI Merauke. Kapal ini dilengkapi kanon kaliber 20 mm dan SMB 12,7 mm, mampu melaksanakan peperangan permukaan terbatas.

Nama Mulga diambil dari jenis ular berbisa yang banyak ditemukan di Papua bagian Tenggara. Mulga (Pseudechis Australis) atau sering disebut King Brown Snake merupakan ular yang mampu menghasilkan racun dalam jumlah yang sangat banyak dan mematikan.

KRI Mulga 832

(semua data dan foto dari google)
 Garuda Militer 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.