Rabu, 12 Desember 2012

Pencidukan 'Pengantin' dan Ancaman Teror Natal

Densus 88 kembali menciduk 4 terduga teroris. Dua pekan sebelum Natal.

http://us.media.viva.co.id/thumbs2/2012/09/24/172417_penangkapan-teroris-melawi_209_157.jpg
Sejumlah teroris ditangkap jelang Natal dan tahun baru
Dua pekan menjelang perayaan Hari Raya Natal, Detasemen Khusus 88 Anti Teror Polri menangkap empat anggota jaringan teroris. Para terduga teroris itu ditangkap di sejumlah tempat berbeda.

Rangkaian penengkapan ini berawal dari dibekuknya Roki Aprisdianto (29), terpidana teroris yang kabur dari tahanan Polda Metro Jaya, November silam. Roki ditangkap di terminal Kota Madiun, Jawa Timur, Senin, 10 Desember 2012, pukul 19.30 WIB.

"Dia dalam perjalanan dari Surabaya ke Solo, naik bus Mira bernomor polisi S 7288 SU," kata Kepala Biro Penerangan Masyarakat Mabes Polri, Boy Rafli Amar, kepada VIVAnews.

Roki merupakan terpidana 6 tahun dalam kasus terorisme. Dia dititipkan ke Rutan Polda Metro Jaya. Namun, Roki kabur dari tahanan di siang bolong pada 6 November 2012. Saat itu, Roki mengenakan cadar untuk mengelabui petugas. Ia ke luar rutan bersama dengan rombongan wanita bercadar yang membesuk tahanan.

"Selama pelarian, yang bersangkutan berada di Jawa Timur bersama istri muda," kata Boy. Roki cukup sulit ditangkap karena selalu menggunakan cadar. Namun berkat kerja keras tim Densus, pria yang diplot sebagai "pengantin" untuk meledakkan diri itu akhirnya dapat ditangkap.

Berdasarkan hasil pemeriksaan, Densus 88 menemukan bahan peledak seperti yang ditemukan di halaman Polsek Pasar Kliwon, Solo. Dari temuan itu, Densus kemudian mengorek keterangan lebih mendalam. Akhirnya, Roki menyebut dua nama perakit bom tabung gas yang ditemukan di depan Mapolsek Pasar Kliwon pada 20 November 2012.

Tim Densus 88 di Solo bergerak. Mereka mencari dua orang yang disebut oleh Roki. "Dua ini diduga memberi bantuan Roki selama dalam pelarian, dan diidentifikasi membantu Roki untuk membuat bom rakitan," jelas Boy.

Senin malam, Densus 88 membekuk I (27) dan T (25) di Sukoharjo, Jawa Tengah. Mereka adalah orang-orang yang disebut Roki. Kedua terduga teroris ini sehari-harinya berjualan roti kebab di perempatan pabrik obat Konimex, Cemani, Grogol, Kabupaten Sukoharjo. I adalah sang penjual kebab, sedangkan T merupakan anak buah I yang setiap harinya membantunya berjualan.

Selain menjual roti kebab, I juga seorang muazin di Masjid Baitul Amin, Waringinrejo, Cemani, Grogol, Sukoharjo. Dia merupakan warga Sleman, Yogyakarta, dan setiap harinya tinggal di sekitar masjid tersebut. Diduga, kedua terduga itu merakit bom tabung gas di salah satu kamar di Masjid Baitul Amin.

Setelah penangkapan I dan T, Densus melakukan olah tempat kejadian perkara di kamar Ihsan yang ada di kompleks Masjid Baitul Amin. Dalam olah TKP yang berlangsung 30 menit itu, Densus menemukan sejumlah barang bukti, di antaranya buku tentang cara merakit bom.

Petugas Inafis dan Gegana juga terlihat mengeluarkan sejumlah barang bukti yang ditempatkan di sebuah kotak plastik dari kamar yang sudah ditempati Ihsan sejak 2008 itu. Sementara itu, sejumlah polisi bersenjata lengkap berjaga di sekitar kompleks masjid. Tak hanya itu, mobil taktis berlapis baja milik Gegana juga diparkir tepat di depan masjid.

Informasi yang dikumpulkan VIVAnews, polisi menyita sejumlah barang bukti dari kamar itu, meliputi: telepon genggam berwarna merah, satu buah pedang putih, dua buah plastik arang, satu buah kaset, satu plastik semen, helm merah, sekantong plastik serbuk hitam, sakantong plastik serbuk hijau, satu buah bundelan kertas yang berisi tulisan cara merangkai bom, dan buku harian coklat.

Densus tak berhenti mengungkap jaringan ini. Dari I dan T, Densus kembali mendapat keterangan baru. Kedua terduga teroris ini buka suara dan menyebut nama SG, aktor lain dalam teror bom tabung gas itu. Pada Selasa siang, 11 Desember 2012, Densus 88 bergerak melakukan penangkapan SG.

"Dia berperan mendanai perakitan bom tabung gas yang ditemukan di depan Mapolsek Pasar Kliwon," kata Kepala Bagian Penerangan Umum Polri, Kombes Pol Agus Riyanto saat berbincang dengan VIVAnews.

Ancaman di Jakarta

Meski sejumlah terduga teroris ditangkap, bukan berarti ancaman teror sirna dari Indonesia. Terutama menjelang dua hari besar, Natal 2012 dan tahun baru 2013, yang akan akan dirayakan masyarakat dalam waktu dekat.

Kapolri Jenderal Polisi Timur Pradopo bahkan telah memberikan peringatan terhadap kemungkinan gangguan keamanan itu. "Salah satu ancaman di dalam pelaksanaan Natal dan Tahun Baru adalah ancaman teror," kata Timur usai Rapat Koordinasi Operasi Nasional Lintas Instasi dalam Rangka Operasi Lilin 2012 di Mabes Polri.

Timur mengatakan Polri siap melakukan pengamanan. Menurut dia, Polri punya pengalaman dalam pengamanan teror. Oleh karena itu, dia mengimbau agar masyarakat tidak perlu khawatir. "Polri dibantu TNI dan aparat keamanan lainnya melakukan langkah-langkah pencegahan, sehingga masyarakat semua dapat tenang di dalam pelaksanaan perayaan Natal maupun Tahun Baru nanti," ujarnya.

Untuk pengamanan kedua agenda tersebut, Polri akan bertugas selama sepuluh hari, yaitu mulai 23 Desember 2012 sampai dengan 1 Januari 2013. Kepolisian juga meminta peran aktif dari masyarakat untuk proses pengamanan. "Keamanan lingkungan itu yang harus menjadi perhatian," jelasnya.

Mantan Kapolda Metro Jaya itu menambahkan, titik-titik yang menjadi fokus dalam operasi lilin 2012 itu antara lain semua gereja di wilayah Indonesia. Sedangkan untuk tahun baru, jalur-jalur berkaitan dengan libur tahun baru seperti pantura, jalur selatan dan lainnya. "Itu menjadi pengamanan utama yang nanti akan dibicarakan pada rakor ini," kata dia.

Sementara itu, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Ansyaad Mbai, mengatakan ada tiga daerah yang rawan terjadi aksi terorisme saat perayaan hari raya Natal dan tahun baru seperti sekarang ini. Tiga daerah ini juga menjadi basis gerakan terorisme. "Daerah yang diwaspadai biasa, Jawa Tengah, Poso, dan Jakarta," kata Ansyaad Mbai.

Meski demikian, Ansyaad mengatakan BNPT belum melihat tanda-tanda nyata ancaman pada perayaan Natal 2012 dan tahun baru 2013."Sampai sekarang, tidak ada indikasi teror yang spesifik, tapi semua harus dijaga" ujarnya. Dia memastikan Densus 88 terus menekan pergerakan kelompok teroris di Indonesia.

Waspada parsel

Peringatan Kapolri itu langsung direspons oleh Polda-polda, termasuk Polda DI Yogyakarta. Polda DIY telah menyiagakan 1.500 personel yang tergabung dalam Operasi Lilin. "Pasukan Polri nantinya akan didukung penuh oleh TNI dan juga sniper yang ditempatkan pada titik-titik rawan terjadinya kriminalitas," kata Kapolda DIY, Brigjen Pol Sabar Rahardjo, di Kompleks Kepatihan, Yogyakarta.

Menurutnya, Polda DIY juga akan mengundang pemuka agama di Mapolda, 19 Desember mendatang. Ini untuk mengantisipasi adanya teror dari kelompok-kelompok tertentu. "Bukan su'udzon, tapi mengantispasi saja. Saya yakin DIY kondusif," kata dia.

Sabar juga mengimbau agar masyarakat waspada jika menerima kiriman parsel. Masyarakat, kata dia, harus mencatat identitas lengkap pemberi parsel. "Informasikan hal ini kepada keluarga, agar mereka memahami, dan tidak asal menerima parsel," ucap dia.

Pada perayaan Natal Desember 2012 ini, Polda DIY juga akan memperketat pengamanan di gereja-gereja. Setiap pintu masuk akan ada petugas yang dibekali dengan metal detector. "Untuk kewaspadaan dan antisipasi saja," ujarnya.(eh)

VIVA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.