Sabtu, 30 Juni 2012

3.301 Personel TNI AD Ikuti Latihan Tingkat Brigade

kodam-sub
JAKARTA (Pos Kota) – “Anak-anakku, Tentara Indonesia, kamu bukanlah serdadu sewaan, tetapi prajurit yang berideologi, yang sanggup berjuang dan menempuh maut untuk keluhuran tanah airmu. Percaya dan yakinlah, bahwa kemerdekaan suatu negara yang didirikan di atas timbunan runtuhan ribuan jiwa harta benda dari rakyat dan bangsanya, tidak akan dilenyapkan oleh manusia siapapun juga.” (Panglima Besar TNI Jenderal Soedirman, 5 Oktober 1949).

Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat sebagai Benteng pertahanan Bangsa harus terus siap menjaga keutuhan dan kedaulatan wilayah Bumi Pertiwi. Untuk meningkatkan kemampuan Tempur tingkat perorangan hingga Kerja sama antar satuan tingkat Brigade tim pertempuran melalui penyelenggaraan operasi tempur yg didukung operasi sandi yudha, operasi intelijen & operasi territorial, TNI AD menyelenggarakan Latihan Antar Kecabangan Tingkat Brigade yang  di Pusat Latihan Tempur TNI AD Baturaja – Sumatera Selatan, yang akan dilaksanakan pada akhir Agustus hingga September 2012.

Latihan Antar Kecabangan tingkat Brigade tim pertempuran melaksanakan latihan taktis dengan pasukan, menggunakan metode drill tempur yang diibaratkan seperti dalam medan pertempuran sesungguhnya. Latihan ini diikuti oleh 3.301 Personil TNI AD. Penerangan Kodam Jaya turut menurunkan 3 Orang Pama (Perwira Pertama) yang akan terlibat langsung sebagai pendukung latihan.

Kegiatan latihan ini akan meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan guna mendukung profesionalisme prajurit, Karna latihan merupakan kesejahteraan yang paling hakiki bagi seorang prajurit.(pendam jaya/syamsir)(Poskota)

SBY: Tak Perlu Pakta Pertahanan di ASEAN

BANDUNG, suaramerdeka.com - Indonesia memandang pakta militer tak diperlukan terkait keamanan kawasan seperti ASEAN. Pakta militer dianggap terlalu sempit untuk mewakili kepentingan yang ingin dicapai.

"Pakta militer itu harus ada musuh bersama," kata Presiden SBY saat memberikan pengarahan bertema "Perkembangan Geopolitik di Asia Afrika Abad 21 dan Pengaruhnya Terhadap Indonesia" di hadapan 1.000 pamen siswa TNI, Angkatan, dan Sespimmen Polri di Secapa AD Bandung, Jumat (29/6).

Dengan kondisi tersebut, formulasi kerjasama pertahanan lebih dikedepankan. Wadahnya tidak perlu diawali dengan keberadaan "musuh bersama" tapi lebih kepada common interest (kepentingan bersama) yang lebih cocok.

Untuk menjaga stabilitas kawasan, format ini dirasa lebih cocok terutama guna menangani ancaman non-tradisional seperti bencana alam sekalipun terjadi pembangunan kekuatan pertahanan militer di masing-masing negara di kawasan.

Meski demikian, SBY menegaskan RI siap berperang jika diusik. "Kita tentu berharap tak terjadi serangan kepada kita dari negara manapun yang menganggu kedaulatan dan merobek keutuhan wilayah, manakala terjadi kita harus siap dengan segalanya," jelasnya.

Pengarahan kemarin diwarnai pula teguran SBY terhadap sejumlah pamen siswa. RI-1 gusar karena pamen yang berada di baris ketujuh kedapatan mengobrol ketika dirinya berbicara.

"Kenapa bicara terus, kalau kalian seperti itu, kami khawatir nanti tidak akan berbuat banyak bagi negara. Mendengar itu menyempurnakan kepribadian. Meski kalian pintar, kalian harus tetap mendengar orang lain ketika berbicara," kata SBY dari atas podium.

Atas pernyataan SBY dikeluarkan menjelang pengarahan itu berakhir, situasi di ruangan pun menjadi hening sebelum kegiatan tersebut dilanjutkan dengan tanya jawab dengan pamen siswa. Usai pengarahan, SBY bersama rombongan kemudian meninjau alutsista angkatan seperti helikopter, panser, jeep, hingga senjata api.( Setiady Dwi / CN34 / JBSM )(SuaraMerdeka)

Rudal Canggih Yang "Loyo" Akibat Embargo Militer



Setelah sempat berjaya di era 60-an, kembali di awal dekade 90-an TNI AL menjadi kekuatan laut di Asia Tenggara yang tampil dengan kemampuan serta daya getar tingggi. Hal ini bukan lantaran kala itu Indonesia menjadi satu-satunya pengguna armada kapal selam di kawasan ASEAN, lebih dari itu, TNI AL pada dua dekade lalu memiliki alutsista rudal anti kapal (SSM/surface to surface missile) dari jenis Harpoon buatan McDonnell Douglas (saat ini telah diakuisisi oleh Boeing Defence), Amerika Serikat.

Sebagai rudal anti kapal, Harpoon dapat diluncurkan dari beragam platform. Walau populer diluncurkan dari kapal perang (frigat atau destroyer). Dalam gelar operasinya, Harpoon mampu diluncurkan dari pesawat tempur, truk, dan hebatnya bisa diluncurkandari kapal selam. Bila disimak, fungsi dan peran operasinya bisa disejajarkan dengan keluarga rudal Exocet dan Yakhont. Berkat hadirnya Harpoon, jadilah dekade 90-an TNI-AL memiliki dua rudal SSM modern, yakni Exocet MM-38 dan Harpoon.

Ditilik dari spesifikasinya, Harpoon adalah rudal over the horizon, artinya dapat menghantam sasaran di luar batas cakrawala. Hal tersebut bisa dimungkinkan karena jangkauan Harpoon yang bisa mencapai 100 Km lebih. Dengan ragam multi platform peluncuran, Harpoon dibagi dalam beberapa tipe, untuk Harpoon yang diluncurkan dari kapal dan truk yakni RGM-84A, sedang yang diuncurkan dari pesawat yakni AGM-84, dan yang diluncurkan dari kapal selam disebut UGM-84A.

F-16 Fighting Falcon mampu menggotong AGM-84 Harpoon
Indonesia termasuk negara yang beruntung ikut mengoperasikan rudal ini, di kawasan ASEAN diketahui Singapura juga mengadopsi Harpoon. Bila Indonesia “hanya” memiliki jenis RGM-84, maka Singapura sudah mengadopsi jenis RGM-84 Harpoon untuk kelas FPB (fast patrol boat) dan jenis AGM-84 yang ditempatkan pada pesawat patroli maritim MPA (maritim patrol aircraft) Fokker 50.

Sejak diluncurkan pertama kali pada tahun 1977, saat ini populasi Harpoon diperkirakan telah mencapai 7000 unit lebih. Karena sudah hadir cukup lama, Harpoon hingga kini sudah dibuat dalam beberapa versi upgrade untuk perbaikan performa. Menurut situ Wikipedia, TNI AL disebutkan memiliki jenis rudal Harpoon versi Block 1D. Harpoon Block 1D mempunyai keunggulan pada ukuran fuel tank yang lebih besar. Block 1D mulai diproduksi pada akhir tahun 80-an, dan produksinya tak dilanjutkan pada tahun 1992 lantaran AS lebih fokus pada hangatnya isu konflik dengan Pakta Warsawa. Harpoon Block 1D dirancang untuk jenis RGM/AGM-84, jarak tembak secara teorinya bisa mencapai 124 Km, jarak tembak tergantung dari jenis platform peluncuran.

Kedatangan Harpoon di Indonesia menjadi satu paket dengan hadirnya frigat kelas Van Speijk dari Belanda. Setiap frigat Van Speijk dapat membawa 8 tabung peluncur. TNI AL sendiri memiliki enam jenis frigat Van Speijk. Tak ada informasi yang jelas mengenai berapa unit Harpoon yang dibeli TNI AL. Dalam hitung-hitungan standar, setidaknya (harusnya) TNI AL minimal punya 48 unit Harpoon. Ini diasumsikan bila satu frigat Van Speijk benar-benar dipersiapkan dengan 8 Harpoon. 

Anatomi rudal Harpoon
Harpoon yang dimiliki TNI AL dikendalikan sistem monitor Sea skimming lewat radar altimeter/active radar terminal homing. Ditinjau dari segi kecepatan, Harpoon digolongkan sebagai rudal sub sonic, kecepatan luncur Harpoon yakni 867 Km per jam atau 240 meter per detik. Bila ditilik dari elemen kecepatan, Harpoon dan Exocet MM-38 sama-sama masuk kategori rudal sub sonic. TNI AL baru merasakan era rudal SSM super sonic semenjak kehadiran rudal Yakhont dari Rusia.

Jika dihitung dari segi usia, jelas Harpoon Block 1D kini sudah masuk usia uzur, dan bahkan mungkin sudah tak layak operasi. TNI AL pun sebenarnya sudah berusaha memperbaharui performa Harpoon, baik dari kelengkapan suku cadang hingga pengadaan jenis terbaru. Sedikit kilas balik, akibat insiden penembakan di Timor Timur pada tahun 1991, militer Indonesia terkena embargo senjata dari Amerika Serikat, hal ini berujung paa macetnya pasokan komponen dan alat pendukung Harpoon, akibatnya Harpoon TNI AL tak bisa dioperasikan.

Lepas dari soal embargo, hadirnya Harpoon di Indonesia sedikit banyak juga membuat Australia resah dan merasa terancam. Australia sempat menyiratkan ketidaksukaannya, apalagi disaat yang sama TNI AU juga kedatangan penempur termodern saat itu, F-16 Fighting Falcon. Kabarnya Australia pernah melayangkan protes mengenai hal ini ke pemerintah AS yang merestui penjualan senjata ini. Dan entah kebetulan atau karena rekayasa, pada akhirnya protes Australia “terkabul”, F-16 dan Harpoon Indonesia berhasil dibuat loyo. Sebagai informasi, Harpoon juga dioperasikan oleh Angkatan Laut dan Angkatan Udara Australia. 

KRI Karel Satsuit Tubun (356)
Seiring bergulirnya era Reformasi di tahun 2005, embargo militer AS kini telah dicabut. Dan TNI pun tak ‘kapok’ pada peralatan tempur dari AS. Dikutip dari Kapanlagi.com (5/12/2005), KSAL Laksamana Slamet Soebijanto menyatakan, pasca pemcabutan embargo militer oleh AS, TNI AL akan membeli rudal Harpoon. “Rudal Harpoon itu untuk kelengkapan kapal perang. Mengenai kapan waktu dan kebutuhannya, kami akan bicarakan lebih lanjut,” ujar Slamet.

Sementara itu Asisten Perencanaan dan Anggaran (Asrena) Kasal Mayjen TNI (Mar) Yussuf Solichien mengemukakan, rudal Harpoon itu nantinya akan melengkapi persenjataan dari kapal jenis fregat. “Kekuatannya hampir sama dengan rudal Exocet MM 38 yang jarak jangkaunya sekitar 80 hingga 100 kilometer. Kita memiliki peralatan untuk rudal Harpoon itu, tapi sudah tidak dipakai sejak lima tahun lalu,” katanya. Ia menjelaskan, sebelum membeli rudal harpoon, TNI AL akan membeli rudal Yakhount dari Rusia untuk dua kapal fregat yang memiliki daya jangkau lebih jauh, yakni sekitar 300 Kilometer. Rudal dengan harga sekitar empat juta dolar AS itu akan ditempatkan di satu kapal frigat dan direalisasikan 2006.

Dewasa ini Harpoon terus digunakan oleh AS dan sekutunya, Harpoon dimodifikasi untuk meningkatkan performa daya gempurnya, seperti versi block 1J/block1G/blockII dan yang termutakhir block III. Pada Harpoon block III, rudal ini mampu diluncurkan dengan pola VLS (vertical launching system), artinya rudal bisa ditembakkan dari posisi meluncur ke atas untuk selanjutnya mencari target sasaran sesuai koordinat yang sudah ditentukan. Pola VLS mirip yang diterapkan pada rudal jelajah Tomahawk dan rudal anti kapal Yakhont.
 TNI AL Jajal Harpoon

TNI AL, saat uji coba penembakkan Harpoon
Pada tahun 1989 (sebelum Indonesia terkena embago senjata dari AS), TNI melaksanakan program Latihan Gabungan Laut (Latgabla) II yang berlangsung dari tanggal 23 Oktober sampai dengan 28 Oktober 1989. Dalam latihan tersebut TNI AL melakukan uji coba penembakkan Harpoon dari KRI Yos Sudarso (352). Sebagai sasaran rudal Harpoon adalah eks KRI Hiu, yang cukup menarik dalam uji coba ini sang rudal saat meluncur ke sasaran turur diikuti oleh pesawat tempur F-5 E/F Tiger TNI AU dari skadron 14. Dalam uji coba, antara Harpoon dan F-5 sempat hanya berjarak 10 meter.(Haryo Adjie Nogo Seno)
 Spesifikasi Harpoon

Berat dengan booster : 691 Kg
Panjang : 4,6 meter (versi surface to surface) dan 3,8 meter (versi air to surface)
Diameter : 0,43 meter
Lebar Sayap : 0,91 meter
Berat Hulu Ledak : 221 Kg
Penggerak : Teledyne Turbojet/solid propellant booster
Kecepatan : 864 Km per jam
Pemandu : Sea skimming radar altimeter/active radar terminal homing
Sumber Indomiliter

Jumat, 29 Juni 2012

China Berminat Bantu Amankan Selat Malaka

Selat Malaka
Beijing (ANTARA News) - Pemerintah China berminat membantu pengamanan di Selat Malaka dengan peningkatan kemampuan angkatan laut tiga negara pantai wilayah jalur niaga tersebut.

Minat tersebut telah disampaikan kepada tiga negara pantai di Selat Malaka, termasuk Indonesia, demikian kata Atase Pertahanan Kedubes RI di China Kolonel (Lek) Surya Margono di Beijing hari ini.

Ketika dikonfirmasi ANTARA, dia mengatakan, bentuk bantuan pengamanan di Selat Malaka lebih kepada bantuan peningkatan daya mampu angkatan laut tiga negara pantai di Selat Malaka, yakni Indonesia, Malaysia, dan Singapura.

Surya menambahkan, China dapat memberikan bantuan berupa kapal patroli dan radar.

"Bisa juga berupa bantuan satelit yang menginformasikan setiap perkembangan situasi dan kondisi di Selat Malaka kepada pihak pengamanan tiga negara pantai dan Thailand di Selat Malaka, khususnya Indonesia," kata dia.

Namun, hingga kini minat China untuk membantu pengamanan di Selat Malaka belum dibahas lebih lanjut.

"Yang jelas, tiga negara pantai yakni Indonesia, Malaysia, dan Singapura tidak akan mengizinkan kehadiran kekuatan militer lain di Selat Malaka. Jika ada negara yang ingin membantu pengamanan di Selat Malaka, hendaknya berupa bantuan peralatan seperti kapal dan radar," ujarnya.

Selat Malaka merupakan jalur niaga terpadat di dunia dengan negara pengguna intensif seperti Australia, China, Jerman, India, Jepang, Norwegia, Panama, Korea Selatan, Inggris, dan Amerika Serikat.

Untuk mengamankan Selat Malaka Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Thailand sebagai penanggung jawab keamanan wilayah perairan itu telah membangun kerja sama dalam bentuk patroli terkoordinasi atau Mallaca Strait Security Patrol (MSSP).

"MSSP mempertegas posisi keempat negara pantai sebagai penanggungjawab keamanan Selat Malaka. Sedangkan negara pengguna seperti China dan pemangku kepentingan lain di Selat Malaka dapat berpartisipasi dalam memberikan bantuan peralatan dengan tetap menghormati prinsip kedaulatan tiga negara pantai dan Thailand," demikian Surya. (R018)(Antara)

Indonesia Perlu Reposisi Diri Di Kawasan Laut India

(Foto Koarmatim)
Jakarta (ANTARA News) - Indonesia perlu mereposisi diri dalam hubungan internasional di kawasan Laut India, demikian disampaikan Direktur Eksekutif Center for Strategic and International Studies (CSIS), Rizal Sukma.

"Reposisi Indonesia di kawasan Asia Timur saja tidak cukup karena kita berlokasi tidak hanya di dekat Laut China Selatan tapi juga dekat dengan Laut India," kata Rizal selepas peluncuran buku 'Indonesia Rising: The Repositioning of Asia's Third Giant' di Jakarta, Rabu.

Rizal mengatakan Laut India berpotensi menjadi kawasan konflik antara India dengan China, selain juga memiliki potensi kerjasama ekonomi dan politik.

"Ketika mandala politik luar negeri negara-negara besar melebar ke Asia Timur, apakah Indonesia hanya berbasis di ASEAN dan Asia Timur," kata pakar hubungan internasional itu.

Arti penting reposisi Indonesia di kawasan Laut India, menurut Rizal, yaitu karena segala permasalahan di kawasan itu juga berdampak langsung terhadap Indonesia.

Pada Jumat (13/4), India, China dan Rusia (IRC) membahas isu-isu regional dan internasional serta cara untuk memperdalam kerja sama di antara mereka selama pertemuan penting tiga pihak di Moskow.

Pertemuan IRC, yang dibentuk untuk menjalin kerja sama antara ketiga negara berkembang, dibayangi oleh grup Brasil-Rusia-India-China (BRIC) yang muncul sebagai kelompok internasional yang berpengaruh.(I026)(Antara)

Patkamla Lanal Baku Tembak Dengan Perompak

 Dua Kapal Motor Berhasil Dibebaskan

JAKARTA (Pos Kota) – Kapal patroli keamanan laut Pangkalan TNI Angkatan Laut (Lanal) Tanjung Balai Asahan berhasil melumpuhkan dan menangkap pelaku perompakan bersenjata api terhadap KM. Asahan Indah dan KM. Anugerah-1, Kamis (28/6/2012) di perairan Pulau Pandan, Tanjung Balai Asahan, Sumatera Utara.

Patkamla Lanal Tanjung Balai Karimun terlebih dahulu membebaskan KM. Asahan Indah, namun telah ditinggalkan oleh perompak. Dari para anak buak kapal tersebut diketahui bahwa perompak yang berjumlah tiga orang membawa dua pucuk senjata api laras pendek dengan menggunakan sarana sampan telah merompak KM. Asahan Indah dengan kerugian Pesawat Radio Kapal, GPS kapal dan 4 derigen minyak solar yang diambil secara paksa. Saat ini, para perompak telah menyandera KM. Anugerah-1.

Pengejaran selanjutnya ditujukan kepada KM. Anugerah-1. Setelah melaksanakan pengejaran kurang lebih 30 menit, Patkamla Lanal Tanjung Balai Asahan berhasil menemukan KM. Anugerah-1 yang masih dalam penguasaan para perompak. Pada saat proses penghentian, tiba-tiba Patkamla Lanal Tanjung Balai Asahan mendapat perlawanan dari kapal nelayan jaring kepiting tersebut dengan tembakan senjata api.

Namun demikian, Patkamla Lanal Tanjung Balai Asahan membalas dengan tembakan peringatan ke udara sebanyak tiga kali, namun tidak diindahkan oleh para perompak. Kemudian Patkamla Lanal Tanjung Balai Asahan memberikan tembakan peringatan ke arah buritan kapal.

Perompak yang bersembunyi di ruang mesin melepaskan sandera. Selanjutnya, Patkamla Lanal Tanjung Balai Asahan memindahkan sandera yang tidak lain adalah anak buah kapal KM. Anugerah-1 ke kapal Patkamla Lanal Tanjung Balai Asahan. Setelah salah seorang perompak tertembak, maka para perompak menyatakan menyerah dan senjatanya dibuang ke laut serta KM. Anugerah-1 berhasil dibebaskan.

Dari hasil pemeriksaan dan penggeledahan tersebut berhasil ditemukan tiga orang tersangka, atas nama MN yang beralamat Kuala Tanjung Kab.Batu Bara, TF yang beralamat Kuala Tanjung Kab.Batu Bara dan YA yang beralamat Jl.Marelan IV No.225 Kec. Medan Marelan.

Sementara barang bukti berhasil ditemukan adalah 1 buah kapal nelayan jaring kepiting tanpa nama KM. Anugerah-1, 1 pucuk senjata api laras panjang jenis AK.47, 20 butir peluru kaliber 7,62 mm, 5 butir kelongsong peluru kaliber 7,62 mm, 1 pucuk pistol jenis FN, dan 10 butir peluru kaliber 9 mm. Para tersangka beserta barang bukti selanjutnya diamankan di Lanal Tanjung Balai Asahan untuk menjalani proses hukum selanjutnya.(Poskota)

A.n. Kepala Dispenal
Kasubdispenum
J. Widjojono
Kolonel Laut (S) NRP 9640/P

Batalyon 461 Paskhas AU Latihan Bersama US Air Force

Ilustrasi HAHO
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Batalyon 461 Pasukan Khas (Paskhas) TNI Angkatan Udara terjun dari ketinggian 15.000 feet dalam latihan bersama antara TNI AU dan US Air Force dengan nama Cope West 2012.

Latihan digelar di lapangan terbang Jakarta Aeromodelling Club, Dirgantara III, Lanud Halim Perdanakusuma, Jumat (29/6/2012).

Latihan terjun dengan teknik HAHO (High Altitude High Opening) ini didukung oleh pesawat Hercules A-1317 dengan kapten pilot Eko Sudjatmiko yang juga menjabat sebagai Komandan Skadron Udara 31 Wing I Lanud Halim Perdanakusuma.

Wakil Komandan Batalyon 461 Paskhas AU Mayor Kutoyo sebagai Koordinator Paskhas dalam latihan ini, mengatakan, teknik penerjunan dengan HAHO ini sangat jarang dilakukan kecuali dalam misi khusus seperti infiltrasi ke wilayah musuh.

"Terbang tinggi agar tidak mudah terdeteksi musuh. Teknisnya, pada saat loncat dari badan pesawat , langsung menarik tali parasut, dan pada saat mendarat segera berlari ke area yang aman dengan jarak dua puluh kilometer," kata Mayor Pasukan Kutoyo.

Lebih lanjut dikatakan, infiltrasi ini dilakukan dengan tujuan utama menyiapkan daerah dropping zone. Penerjunan ini dilakukan oleh tiga belas personel Paskhas dari Batalyon 461 yang berkedudukan di Pangkalan TNI AU Halim Perdanakusuma.

Dari pihak USAF, Jump Master yang ikut menyiapkan pasukan adalah Master Sgt J. Gaona dan Master Sgt Sean Flynn.

Agenda kegiatan latihan hari ini salah satunya adalah terbang statik oleh pesawat Hercules dari USAF yang melaksanakan dropping personel di daerah Gorda Banten Serang.

Diakhiri dengan penerbangan USAF C-130s dengan misi CDS (Container Delivery System) Dropping.(Tribunnews)

Kamis, 28 Juni 2012

Latihan Bersama Pawang Anjing Pelacak Bahan Peledak Berlanjut di Sydney

SYDNEY - Dua anggota dari Tim Cakra dan dua anggota dari Tim Jihandak dari Satuan 81 Kopassus, yang masing-masing memiliki fokus pelatihan tentang Anjing Pelacak, Bahan Peledak atau Explosive Dog Detection (EDD) dan Pelacakan Bahan Peledak Explosive Ordnance Detection (EOD), berpartisipasi dalam latihan dua minggu bersama dengan Resimen Zeni Operasi Khusus atau Special Operations Engineer Regiment (SOER) di Holsworthy. Pelatihan ini dilakukan selama dua minggu dari tanggal 28 Mei sampai dengan 9 Juni 2012. Dalam sambutan pembukaan Komandan SOER, LTCOL Scott Corrigan menyambut anggota dari Tim Cakra. Tim tersebut telah bekerja sama dengan SOER pada tahun lalu dan memberikan perhatian khusus pada latihan bersama yang dilakukan pertama kali dengan Tim Jihandak di Australia.

Selama minggu pertama, anggota dari Tim Cakra menerima pelajaran teori dan praktek mengenai aspek dasar dan aspek lanjutan untuk mempertahankan kemampuan EDD. Pada pelatihan ini, pelajaran mencakup seleksi dan proses perekrutan anjing, kelincahan dan pelatihan ketaatan, dasar-dasar menemukan bau bahan peledak, serta pencarian pada area gedung, daerah, kendaraan, dan jalanan publik. Ada juga pelatihan mengenai kebiasaan sehari-hari di kandang termasuk pembersihan kandang, pembersihan anjing, persyaratan makanan untuk anjing, dan perawatan hewan. Pelatihan ini telah direncanakan pada program tahun sebelumnya antara anggota SOER dan Tim Cakra di Australia dan saat latihan bersama pada awal tahun ini di Satuan 81 Kopassus di Cijantung, Jakarta, pada Maret 2012

Minggu kedua dipusatkan pada pencarian dalam sebuah stadion olahraga setempat bernama Warwick Farm di mana pawang dari Tim Cakra bersama pawang EDD Australia menggunakan keterampilannya yang didapatkan dalam minggu sebelumnya untuk melakukan pencarian sistematis pada sebuah bangunan bertingkat dua dan daerah sekitarnya. Pawang dari Tim Cakra berhasil menemukan semua bahan peledak yang disembunyikan oleh komandan latihan Sersan Dave. Beliau sangat terkesan pada kemampuan komunikasi Letda Discon dengan anjing Australia dan keahliannya dalam melakukan pencarian di gedung , yang menurutnya, sangat efektif dan menyeluruh.


04 EOD EDD Sydney 2012
Sementara itu, Tim Jihandak melakukan pelatihan bersama Tim EOD dimana anggotanya sangat terlatih dalam mengatasi ancaman Kimia, Biologi, Radiologi, Nuklir atau Explosif atau Chemical, Biological, Radiological, Nuclear or Explosive (CBRNE). Pelatihan yang dilakukan antara Tim Jihandak dan Tim EOD di Australia merupakan latihan lanjutan dari latihan bersama yang dilakukan pada bulan Maret 2012 di Satuan 81 Kopassus Cijantung, Jakarta.

Pelatihan pada minggu pertama meliputi keterangan mengenai pengidentifikasian bahan peledak, peralatan dan perlengkapan EOD yang digunakan oleh SOER termasuk robot EOD. Terdapat pula latihan di mana Tim EOD dan Tim Jihandak ditugaskan untuk melakukan penyisiran sebuah lapangan udara dari bahan peledak dalam jangka waktu yang singkat untuk memungkinkan pendaratan pesawat. Pada minggu kedua pelatihan berkonsentrasi pada ancaman CBRNE dengan fokus lebih rinci pada aspek Kimia. Tim Jihandak juga berpartisipasi dalam suatu kegiatan untuk meledakkan sebuah simulasi perangkat ledak dengan mengikuti prosedur Tim EOD Australia.


Selama di Australia, anggota Tim Cakra dan Tim Jihandak juga sempat melakukan kunjungan wisata di Sydney dan Canberra, ibukota Australia. Di Sydney, para anggota dari Kopassus tersebut melakukan kunjungan ke Opera House dan Sydney Harbour Bridge yang merupakan lambing kota Sydney. Sementara di Canberra, mereka melakukan kunjungan wisata ke Parliament House, Australian Defence Force Academy, Royal Military College dan Australian War Memorial. Para anggota juga melakukan kunjungan ke Kedutaan Besar Republik Indonesia untuk Australia dan bertemu dengan Atase Pertahanan Indonesia di kediaman resminya.(
Ikahan)

Tim Aerobatik Jupiter Tiba di Bangkok

Jupiter Aerobatik Team TNI AU bersama Royall Thayland Air Force di Bangkok, Thayland.
Tim Aerobatik Jupiter dari TNI AU akhirnya mendarat dengan selamat di bandara Don Muang Bangkok pada hari Selasa tanggal 26 Juni 2012 dalam rangka turut berpartisipasi dalam Perayaan 100 tahun Penerbangan Thailand. Sebelumnya Tim Jupiter telah melakukan perjalanan panjang sebelum akhirnya tiba di Don Muang. Kedatangannya didahului oleh sebuah pesawat tim aju C-130 dari Skadron Udara 32, disusul 7 pesawat KT-1, dan disusul mendaratnya sebuah pesawat C-130 pendukung.

Rombongan Tim Jupiter kebanggaan Indonesia ini berangkat pada hari Minggu 24 Juni 2012 dengan rute Lanud Adisutjipto Yogyakarta – Lanud Halim Perdana Kusuma Jakarta – Lanud Palembang – Lanud Rusmin Nuryadin Pekanbaru – Lanud Suwondo Medan – Lanud Hat Yai - Lanud Prachuab – Lanud Don Muang Bangkok. Rombongan singgah untuk menginap atau RON (Remain Over Night) di kota Palembang dan kota Medan sebelum terbang memasuki wilayah udara tanggal 26 Juni 2012 dan mendarat di Don Muang Bangkok. Disetiap landasan persinggahan rombongan mengisi bahan bakar dan oksigen yang dibutuhkan dalam penerbangan.

Rombongan yang berjumlah 65 orang tersebut berada dibawah Mission Commander (pimpinan) Komandan Wingdik Terbang Kolonel Pnb M. Khairil Lubis. Untuk Tim Aerobatik Jupiter sendiri terdiri dari 12 Instruktur Penerbang TNI AU dari Lanud Adisutjipto dibawah pimpinan Flight Leader Letkol.Pnb.Dedy Susanto. Tim didampingi Team Supervisor Kolonel Pnb. Anang Nurhadi. Sebagai personel pendukung Tim Jupiter adalah para tehnisi pesawat KT-1B dari Skadik 102 dan Skatek 043 Lanud Adisutjipto.

Saat singgah di landasan Hat Yai kedatangan Tim Jupiter disambut oleh Konjen RI Bapak Heru Wicaksono yang didampingi Komandan Lanud RTAF Hat Yai. Selanjutnya saat tiba di Lanud Don Muang Bangkok rombongan disambut dengan hangat oleh Bapak Dubes RI HE Lutfi Rauf yang didampingi Atase Udara RI Kol Pnb A.Joko Takarianto serta Deputi Direktur Operasi RTAF Group Captain Thawonwat yang mewakili Comannder In Chief RTAF ACM Itthaporn Subhawong.

Pada kesempatan itu Dubes RI menyatakan bahwa kedatangan JAT merupakan perwujudan hubungan yang baik antar kedua negara dan khususnya antar kedua angkatan udara. Kesempatan ini juga bermanfaat untuk menunjukan keterampilan dan profesionalitas para penerbang TNIAU yang diwakili kemampuan aerobatic team ini. Pada akhir welcoming greetingnya Bapak Dubes menyampaikan selamat dan doa agar semua yang direncanakan dan seluruh rangkaian kegiatan berjalan aman dan lancar sampai pada saatnya kembali ke Indonesia. GC Thawonwat pada sambutannya menyampaikan rasa terimakasih yang setinggi tingginya pada TNI AU karena JAT ikut berpartisipasi dalam peringatan seabad penerbangan RTAF Thailand ini.

Perayaan 100 tahun Penerbangan Thailand akan dirayakan dengan meriah di Bangkok pada tanggal 2 Juli 2012. Untuk memeriahkan acara pesta kedirgantaraan ini maka Angkatan Udara Thailand atau Royal Thai Air Force (RTAF) mengadakan kegiatan kedirgantaraan berupa Aerospace Exhibition, dengan pameran kedirgantaraan berupa Static Show dan Air Show. Untuk memeriahkan pesta kedirgantaraan ini mengundang Jupiter Aerobatic Team TNI AU untuk berpartisipasi dengan unjuk kebolehan di langit diatas area terminal kargo Pangkalan Udara yang juga merangkap Bandara Don Muang.

Tim Aerobatik Jupiter direncanakan akan menampilkan atraksi “High Show” saat cuaca baik dimana cuaca baik dan awan sedikit atau tinggi, dan melaksanakan atraksi “Low Show” saat cuaca diselimuti ketinggian dasar awan rendah yang tidak memungkinkan manouver vertical. Adapun maneuver saat cuaca cukup baik untuk melakukan maneuver vertical akan ditampilkan “High Show” dengan antara lain : Jupiter Roll, Loop, X-Clover Leap, Jupiter Wheel, Mirror, Tango to Diamond, Kite Barrel dan Jupiter Roll back. Sedangkan pada saat cuaca kurang memungkinkan untuk manouver vertical maka akan dilaksanakan“Low Show” dengan melaksanakan Jupiter Roll, Hi “G” Turn, Jupiter Wheel, Screw Roll, Mirror, Roll Slide dan Break Off.

Tampilnya tim aerobatic Jupiter TNI AU yang merupakan kebanggaan rakyat Indonesia ini dalam rangka berpartisipasi memeriahkan perayaan seabad penerbangan RTAF Thailand. Hal ini menjadi bukti implementasi hubungan bilateral TNI AU-RTAF mewakili hubungan kedua Negara yang sangat baik dan erat. TNI AU dan RTAF merupakan dua Angkatan Udara pertama di ASEAN yang mempunyai Latihan Bilateral dengan nama Elang Thainesia sejak 30 tahun lebih yang lalu sebelum adanya latihan bersama diantara sesame anggota ASEAN lainnya.

Sejarah juga akan mencatat bahwa JAT adalah tim aerobatic luar negeri pertama yang hadir dalam perayaan ini dan disisi lain JAT juga mencatat sejarahnya sebagai pengalaman pertama tampil di arena kedirgantaraan di luar negeri.. Pada kegiatan ini tak ketinggalan pula pesawat F-16 dari RSAF akan turut serta dalam solo aerobatic . Disamping itu akan tampil seluruh pesawat milik RTAF disamping pesawat milik RTN, RTA serta Royal Thai Police juga ikut meramaikan. RTAF juga akan menampilkan Tim Aerobatik nya yang dikenal dengan nama Blue Phoenix.

Dalam perayaan kedirgantaraan ini, disamping airshow juga digelar exhibition dan static show di Appron Terminal Cargo Bandara Don Muang. Kegiatan pesta kedirgantaraan sendiri akan dilaksanakan pada tanggal 29-30 Juni dengan puncak acaranya pada tanggal 2 Juli ditandai dengan Upacara Peringatan yang akan dihadiri PM Thailand Yingluck Sinawatra dan pejabat tinggi negara lainnya, baik dari kalangan sipil maupun militer.

Tujuan kehadiran Tim Aerobatik TNI AU Jupiter dalam perayaan 100 Tahun Aviation Thailand adalah menjalin hubungan persahabatan antara kedua Negara dan khususnya kedua Angkatan Udara. Tujuan lainnya adalah untuk memperkenalkan kepada dunia bahwa bangsa Indonesia juga memiliki putra-putra bangsa yang tidak kalah bersaing dalam kancah kedirgantaraan dunia lewat unjuk kebolehan Tim Aerobatik TNI AU di pentas internasional. Semoga hadirnya JAT dalam peringatan ini mempererat hubungan bilateral kedua Negara sekaligus menjadi awal tonggak sejarah kebangkitan kembali dunia kedirgantaraan Indonesia.(Tni-au.mil.id)

Tontaipur

TAHAPAN-TAHAPAN LATIHAN TEMPUR YANG HARUS DILAKUKAN TONTAIPUR KOSTRAD

Mereka harus melakukan sejumlah tahap pelatihan, yang memakan waktu cukup lama, yakni hampir 7 bulan. Fase demi fase harus mereka lalui, yang tidak semua prajurit mampu lolos menempuh kualifikasi sebagai prajurit yang memiliki kemampuan peleton pengintai tempur ini. Karenanya, walaupun sudah hampir 4 kali angkatan, prajurit Tontaipur belum banyak jumlahnya. Setiap angkatan hanya mampu meloloskan hampir 500 prajurit TNI AD yang memiliki kualifikasi Tontaipur.

Memang mereka bukanlah prajurit biasa. Para prajurit yang dilatih dalam Peleton Intai Tempur ini nantinya akan menjadi prajurit TNI yang memiliki kualifikasi khusus, dengan kemampuan Tri Matra, yakni baik kemampuan darat, laut, maupun udara. Bukan main! Para anggotanya direkrut dari satuan-satuan Kostrad, yang masih harus menempuh sejumlah seleksi ketat. Mereka yang tak mampu mengikuti poerjalanan dalam seleksi itu, mustahil akan bisa ikut pendidikan Tontaipur. Karenanya, hanya mereka yang benar-benar mampu secara fisik, kesehatan, karakter, mental, dan ketrampilan militer saja yang bisa mengikuti latihan ini.

Menurut Komandan latihan Tontaipur, Letkol Infanteri Indra J. Nasution, para prajurit yang dilatih dalam Tontaipur ini benar-benar hasil saringan yang sangat ketat. Mereka harus melalui sejumlah tahap seleksi, mulai dari tahap pertama, berupa latihan tempur Hutan Gunung yang berlangsung di medan latihan Kostrad yang terletak di Gunung Sangga Buana. Tahap kedua, adalah latihan Intelijen Aspek Laut , yang dilaksanakan di Satuan Pasukan Katak Armada RI Kawasan Barat. Tahap ketiga, latihan Sandi Yudha di Pusdik Kopassus, Batujajar, mengingat mereka yang memiliki kualifikasi ini harus punya kemampuan intelijen tempur. Dan pada tahap keempat, merupakan latihan aplikasi dari seluruh kegiatan yang pernah dilatihkan, bertempat di Sanggabuana, Cianjur, Cariu, Purwakarta dan kembali lagi ke Sanggabuana. Latihan ini tentunya untuk menguji kemampuan mereka dalam satu latihan yang utuh.

Latihan ini juga diikuti oleh level Perwira, Bintara, dan Tamtama. Dalam catatan, hingga saat ini pelatihan Tontaipur telah meluluskan 5 gelombang, dengan jumlah personel rata-rata sebanyak kurang lebih 100 personel.

Masih menurut Letkol Indra, bahwa mereka yang mengikuti latihan Tontaipur ini sebelumnya harus memiliki kualifikasi Para. Karenanya, mereka yang belum menempuh kualifikasi Para, dan akan diikutkan dalam Tontaipur, mereka harus menempuh Para terlebih dahulu di Pusat Pendidikan Para, Kopassus, Batujajar, Bandung. Persyaratan lainnya adalah memiliki dedikasi tinggi, kesemaptaan jasmani minimal mencapai nilai 70, kemampuan menembak 75 persen, memiliki kemampuan navigasi darat tingkat mampu dan diutamakan bagi mereka yang pernah mengikuti operasi.

“Itu memang menjadi persyaratan yang harus dipenuhi. Maka beberapa waktu lalu sejumlah anggota Tontaipur yang berasal dari Brigif-9 dan Brigif-13 Kostrad yang belum memperoleh wing Para, terlebih dahulu dikirim ke Satuan Pusdik Passus untuk mengikuti pendidikan Para Dasar. Mereka harus melakukan terjun minimal sebanyak tujuh kali penerjunan, yakni berupa terjun gunung hutan bersenjata, terjun malam dan terjun bersenjata dengan membawa kontener”, ujarnya saat Patriot mengunjungi kamp-nya di Sangga Buana, Jawa Barat beberapa waktu lalu.
 Gagasan Awal Tontaipur

Tontaipur (Foto Kaskus formil)
Gagasan awal pelatihan Tontaipur ini lebih banyak ditimba dari pengalaman di lapangan dan berbagai penugasan tempur. Di situ banyak ditemukan kenyataan bahwa satuan kecil lebih efektif dalam melaksanakan manuver di lapangan. Dengan pengalaman ini maka timbulah sebuah gagasan dari Pangkostrad waktu itu, tahun 2001, Letnan Jenderal TNI Ryamizard Ryacudu untuk membentuk satu pasukan kecil yang dilatih khusus dengan ketrampilan-ketrampilan tempur serta persenjataan dan perlengkapan khusus guna melaksanakan operasi tempur dengan hasil yang optimal.

Gagasan ini kemudian diwujudkan kedalam program pembentukan Taipur, yang diawali dengan penyusunan konsep latihan dan alat perlengkapan yang digunakan, hingga pelaksanaannya yang dilakukan secara tahap demi tahap. Dalam latihan pembentukan Taipur juga digagas tentang materi pelatihannya, yang antara lain menyangkut berbagai taktik tempur diajarkan, selain kemampuan satuan kecil, maupun kemampuan perorangan. Materi-maateri ini harus dilatihkan untuk mengasah dan membentuk sosok prajurit yang mempunyai keterampilan, taktik, teknik, dedikasi, kesemaptaan jasmani serta mentalitas handal, yang memang merupakan syarat mutlak bagi seorang prajurit Taipur.

Gagasan ini tentu juga disandingkan dengan kondisi factual, bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan. Karenanya sebagai satuan yang senantiasa siap digerakkan ke segala penjuru tanah air, Tontaipur harus memiliki kemampuan baik di darat, laut, maupun di udara untuk melaksanakan infiltrasi ke sasaran sebelum melaksanakan pertempuran yang menentukan.

Dan untuk melaksanakan infiltrasi dengan baik, maka Tontaipur harus dilatih oleh para pelatih khusus yang ahli di bidangnya serta berpengalaman di medan operasi sesungguhnya. Untuk materi aspek udara, Tontaipur dilatih oleh pelatih ahli dari jajaran Kostrad dan Kopassus. Sedangkan untuk materi kelautan, Tontaipur dilatih secara khusus oleh Pasukan Katak, dari Satuan Pasukan Katak TNI AL di Armada Barat.

Tak bisa dipungkiri, sesungguhnya berbagai pengalaman di lapangan menunjukkan bahwa satuan yang paling banyak bermanuver pada saat penugasan operasi adalah tingkat peleton. Itulah sebabnya sehingga merekalah yang harus dibeklali berbagai kemampuan tempur. Kostrad, sebagai Bala Kekuatan Terpusat, yang setiap saat siap bergerak untuk diterjunkan kapanpun dan di manapun, mau tidak mau harus membina para prajuritnya agar memiliki kemampuan seperti itu. Tak heran ketika Letjen TNI Ryamizard menjabat sebagai Pangkostrad, gagasan itu segera bisa direalisasikan. Intinya, satuan di jajaran Kostrad harus mendidik prajuritnya memiliki kualifikasi Peleton Intai Tempur (Tontaipur), yang memang berada di brigade-brigade jajaran Kostrad.

Perlu dipahami, bahwa setiap brigade infanteri di Kostrad memiliki peleton pengamanan, yang menjadi satuan pertama melakukan manuver ke depan. Peleton Pengamanan inilah yang kemudian dilatih menjadi Ton Pam yang handal dengan pelatihan Tontaipur itu. Brigif Kostrad sengaja melatih mereka secara khusus untuk dapat menyediakan satuan intelijen tempur yang sangat handal. Mereka memang harus dilatih secara intensif sehingga memiliki kualitas yang benar-benar dapat diandalkan.
 Latihan Hutan Gunung

Tontaipur (Foto Kaskus formil)
Sebagai mata dan telinga brigade, maka Tontaipur mempunyai tugas mengumpulkan keterangan. Caranya tentu saja dengan melakukan pengintaian, penyusupan ke daerah lawan, interograsi, wawancara, mencari keterangan di daerah operasi untuk kepentingan taktis tempur. Bukan hanya itu, Tontaipur juga memiliki tugas pengamanan terhadap orang-orang penting, baik VVIP maupun VIP dari kegiaatan lawan. Mereka juga bertugas melakukan pengamanan instalasi vital dari kegiatan lawan, serta pengamanan terhadap sarana dan material. Dalam tugas ini, mereka berada dalam posisi sebagai Peleton Intai Keamanan (Tontaikam).

Mengingat tugas-tugas yang demikian inilah, maka latihan yang mereka harus lakukan bukan hanya meliputi latihan operasi tempur seperti kerjasama pesawat terbang, komunikasi tempur dan proses bantuan tempur, tetapi juga mencakup operasi psikologi, hukum humaniter dan HAM. Kerjasama pesawat terbang merupakan mata latihan penting dalam mendukung patroli tempur dan patroli pengintaian yang merupakan bagian dari perang hutan.

Latihan teknik dasar tempur bagi Tontaipur dilakukan di medan latihan Kostrad di Gunung Sanggabuana, Jawa Barat. Di area seluas 160 hektar itu mereka berlatih, termasuk materi latihan perang hutan gunung. Medan latihan itu adalah milik Yonif Linud-305/Tengkorak, yang telah digunakan sejak tahun 1990.

Di atas lahan yang demikian luas itu para prajurit Kostrad menempa diri menjadi prajurit yang handal, professional, dengan dedikasi tinggi. Berbagai fasilitas pelatihan dan sarana penunjang latihan disediakan, yang setiap saat siap digunakan untuk menyelenggarakan latihan bagi para prajurit tanpa ada kekhawatiran mengganggu milik masyarakat, merusak lingkungan atau tuntutan ganti rugi. Sebab areal itu adalah milik Kostrad.

Secara mudah kita akan menemukan para prajurit ini berlatih di medan yang sesungguhnya. Di Gunung Sanggabuana ini, yang masih berupa gunung, hutan, dan sungai memang sangat ideal untuk latihan patroli, mountaneering, menembak curam, terjal, membaca jejak, mengenal jebakan ranjau darat maupun jebakan tradisional, jungle survival dan mata latihan lainnya yang erat kaitannya dengan perang hutan. Khusus untuk latihan jungle survival, di hutan tropis Jawa Barat, paling sedikit diketahui terdapat 130 jenis tumbuhan yang daun, batang, kulit kayu maupun akarnya dapat dimanfaatkan untuk bertahan hidup di hutan. Medan latihan Gunung Sangga Buana ini merupakan aset yang sangat berharga sebagai sarana penunjang dalam membina kesiapan operasional satuan jajaran Kostrad melalui latihan. Para prajurit Tontaipur itu melaksanakan latihan selama 4 bulan untuk mengasah kemampuan tempur hutan gunung.
 Latihan Intelijen Aspek Laut

Tontaipur (Foto Kaskus formil)
Latihan intelijen aspek laut ditempuh oleh para prajurit Tontaipur di Satuan Pasukan Katak TNI AL. Misalnya tentang teknik tempur bawah air, yang juga diajarkan dengan menggunakan fasilitas Kopaska . Di sini pun sebenarnya mereka masih disaring untuk memenuhi persyaratan toleransi fisik penyelaman. Uji toleransi dilakukan di decompression chamber RSAL. Toleransi fisik diuji dalam ruang udara bertekanan tinggi dengan simulasi penyelaman pada kedalaman 20 meter di bawah permukaan laut.

Di Kopaska, Tontaipur mendapat pembekalan teknik tempur bawah air selama empat minggu oleh para instruktur yang handal. Mata latihan di antaranya ialah Renang gaya bebas dan gaya katak; Renang dengan Pin dan Snorkle; Renang laut dengan perlengkapan siang dan malam; Kompas bawah air; Selam Militer; Renang Terikat; Cast and Recovery; Helly Cast; Terjun Laut; Rubber Duck; Renang Gaya gunting; Pancangan kaki p,antai; Taktik satuan kecil; Pengetahuan motor tempel; Long Range Navigation; dan Full Mision Profile. Mereka dilatih lebih dari sebulan, yakni 40 hari untuk aspek intelijen laut.

Latihan terjun laut dilakukan dengan pesawat NC-212 Skadron-600 Penerbangan TNI AL dan NC-212 Skadron-212 Skadron-2 Penerbangan TNI AD di teluk Jakarta. Penerjunan dengan mengenakan wet suit dan fins, menggunakan parasut Mc1.1B dan parasut cadangan T-7A. Pendaratan laut dilakukan dengan cara cut away pada ketinggian antara lima sampai tiga meter di atas permukaan laut. Tontaipur dipersenjatai dengan senapan serbu buatan Bulgaria masing-masing AK-47 versi SNUP untuk perwira dan bintara serta AK-47 versi SN untuk tamtama. Sebagian AK-47SN dilengkapi dengan pelontar granat 40mm jenis PG-40.

Senjata itu ditempatkan dalam rubber duck Avon W-400 yang diterjunkan dengan dua cargochute PG-1336. Setelah rubber duck diterjunkan melalui ramp door, maka kelompok Tontaipur segera menyusul terjun dengan penerjunan statik. Jumlah anggota tim maupun jenis senjata yang digunakan, ditentukan sesuai dengan kebutuhan tugas yang akan dileksanakan. Penyusupan mendekati sasaran dapat dilakukan dengan jalan penerjunan dari pesawat bersayap tetap, heli cast, atau disusupkan ke pantai dengan perahu karet yang diturunkan dari kapan perang maupun kapal selam. Dalam Penerjunan Pembebasan Irian Barat tahun 1962, tim Khusus Angkatan Darat berhasil didaratkan dengan perahu karet dari kapal selam kelas Whiskey buatan Sovyet, RI Tjandrasa, di sebelah barat Hollandia (Jayapura).

Mereka harus memiliki rasa percaya diri yang tebal. Hal ini tentu sesuai pula dengan semboyan pada sebuah papan di pinggir lapangan apel Komando Latihan Kostrad di gunung Sangga Buana Komplek yang berbunyi "Hari ini latihan, besok bertempur, lusa menang."
 Latihan Sandi Yudha

Tontaipur (Foto Kaskus formil)
Latihan tahap ketiga adalah latihan Sandi Yudha. Latihan ini biasanya dilaksanakan di Pusat Pendidikan Pasukan Khusus (Pusdik Passus) Batujajar, Bandung, Jawa Barat. Waktunya juga selama 40 hari. Materi latihan cukup padat, yang harus ditempuh juga oleh prajurit Tontaipur. Materi latihan itu adalah : Penyelidikan (Interogasi, Wawancara, KODO, Elisitasi, dan Matbar). Pengamanan (Pengamanan Personel, Pengamanan berita, Pengamanan Materiil, Pengamanan Instalasi, dan Pengamanan Kegiatan). Penggalangan, Administrasi Intelijen, Teknik Cover, Komunikasi Rahasia, dan Safe House.

Sedangkan latihan tahap ke empat, yakni tahap aplikasi, yang merupakan aplikasi dari seluruh rangkaian kegiatan latihan yang pernah dilatihkan. Latiihan ini juga menggunakan areal latiihan baik di Sanggabuana, Cianjur, Cariu, Purwakarta dan kembali lagi ke Sanggabuana. Waktunya cukup lama, yakni selama 1 bulan. Materi latihan yang harus ditempuh antara lain: Intelijen, jumpa tempur, Patroli Pantai, Patroli Pemburu, dan lainnya.

Perjalanan latihan yang dilalui oleh para prajurit itu tidak otomatis mulus. Mereka yang tidak mampu menempuh pelatihan-pelatihan yang demikian padat itu, juga tidak akan diberi kualifikasi sebagai prajurit Tontaipur. Karenanya bisa dikatakan, bahwa penyaringan demi penyaringan untuk menjadi prajurit Tontaipur memang sangat berat. Misalnya, pada pelatihan Taipur 1, dari 105 personel yang mengikuti latihan, hanya 97 yang dinyatakan lulus. Pada pelatiihan Taipur II, dari 110 personel yang mengikuti kegiatan latihan, hanya 87 dinyatakan lulus.Pelatihan Taipur III, dari 72 personel yang mengikuti kegiatan latihan, yang dinyatakan lulus sebanyak 65 orang. Dan seterusnya, hal ini menunjukkan betapa tidak mudahnya melewati pelatihan sebagai Tontaipur.
 Atribut Taipur

Tontaipur (Foto Kaskus formil)
Untuk mengenali prajurit Tontaipur tidaklah terlalu sulit. Atributnya memiliki ciri khas, yang sangat membedakan dengan prajurit Kostrad atau TNI AD lainnya. Mereka umumnya menggunakan pakaian seragam hitam-hitam, dengan lambang perisai. Maknanya adalah :

Bentuk dasar Perisai. Melambangkan bahwa Ton Taipur merupakan pelindung Negara Kesatuan Republik Indonesia dari segala bentuk ancaman baik yang datang dari Dalam maupun Luar Negeri yang dapat mengganggu stabilitas Nasional.

Warna Dasar Hijau. Mengandung arti bahwa Ton Taipur merupakan bagian dari TNI Angkatan Darat.

Bendera Merah Putih Melintang. Mengandung arti bahwa dalam dada Prajurit Taipur selalu tertanam jiwa Merah Putih dan senantiasa siap mempertahankan kedaulatan negara.

Pisau.. Melambangkan keberanian prajurit Taipur yang tidak gentar dalam menghadapi berbagai uji dan coba.

Anak Panah Melintang. Mengandung arti kecepatan dalam melaksanakan tugas yang diberikan.

Tulisan Cep,at Tepat Tuntas. Mengandung arti bahwa Ton Taipur Cepat dalam bertindak, Tepat pada sasaran dan Tuntas dalam melaksanakan berbagai tugas .

Baju Hitam Tempur. Baju hitam Taipur dikenakanpada saat even-even khusus, baik yang sifatnya protokoler ataupun penugasan yang sifatnya rahasia, pertempuran jarak dekat ataupun aksi khusus.

Lambang Merah Putih Pada Lengan Kanan Baju PDL. Mengandung arti bahwa semngat pengabdian untuk menegakkan dan mempertahankan kedaulatan bangsa, siap sedia dalam mempertahankan setiapjengkal wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Begitulah Pasukan Ton Taipur. Kehadirannya sangat membanggakan, dan mampu menjadi cermin sebagai prajurit yang handal, professional, berdedikasi tinggi. Semoga dengan kehandalan yang dimilikinya ini, mereka tetap menjadi prajurit yang komit terhadap jatidirinya, sebagai prajuriot pejuang, prajurit rakyat, prajurit nasional, sekaligus prajurit professional. Bravo, Tontaipur! (Patriot),
[rixco]

Rabu, 27 Juni 2012

Pertamina Bersama TNI Gelar Pelatihan Pertahanan Udara C-12

Sebagai kesiapan menghadapi ancaman serangan udara terhadap Kilang RU II Dumai, PT Pertamina (Persero) RU II dan TNI akan mengadakan Latihan Pertahanan Udara Pasif Perkasa C-12.

Riauterkini-DUMAI- Sebagai persiapan kesiapan menghadapi ancaman serangan udara terhadap Kilang RU II Dumai sebagai objek vital nasional, PT Pertamina (Persero) Refinery Unit (RU) II dan TNI akan mengadakan Latihan Pertahanan Udara Pasif Perkasa C-12 Tahun 2012 pada Rabu (27/6/12) di Kilang RU II Dumai.

Latihan yang hanya melibatkan internal Pertamina dengan dukungan TNI tersebut berisi dengan simulasi pemadaman kebakaran, evakuasi pekerja/dokumen, dan evakuasi korban cedera. Simulasi tersebut dilakukan di Fire Ground Kilang RU II dan sekitarnya.

Pada latihan tersebut seoalah-olah ada pesawat dari negara yang tidak bersahabat melakukan pengeboman ke Kilang RU II Dumai. Pengeboman tersebut hanya dalam skenario saja dan tentu saja tidak benar-benar dilakukan pengeboman. Saat latihan, pesawat TNI akan terbang mengitari Kilang RU II Dumai.

Setelah “pengeboman”, api di Fire Ground Kilang RU II dinyalakan dan akan dilakukan pemadaman api oleh tim Health, Safety & Environment (HSE) RU II. Selain pemadaman api, juga akan dilakukan simulasi evakuasi pekerja/dokumen dan korban cedera.

Latihan tersebut dimaksudkan untuk melatih pekerja RU II ancaman serangan udara dari negara yang tidak bersahabat. Peran Pertamina dalam hal ini tentunya adalah sebatas melakukan upaya pertahanan udara pasif yang dalam hal ini hanya melakukan upaya-upaya pemadaman api dan evakuasi.

Hadir dalam acara tersebut Walikota Dumai Khairul Anwar, Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (FKPD) Dumai, Panglima Komando Pertahanan Udara Nasional (Kohanudnas) beserta rombongan, dan Tim Manajemen RU II.***(rls/had)(Riauterkini)