Selasa, 29 Januari 2013

Harga Sebuah Ciuman

Ditulis oleh H. Suwidodo   

Setelah selesainya misi kami mengevakuasi 2 buah mesin Hercules C 140 ,maka praktis kami tidak ada kegiatan lagi; Berbagai usaha kami kerjakan untuk mengurangi rasa bosan dan kejenuhan pasukan kami. Mulailah timbul rasa rindu rumah dan kangen keluarga yang telah berbulan-bulan ditinggalkan. Hingga akhirnya terjadilah satu peristiwa yang tidak bisa kami lupakan. Suatu hari Pratu Ponadi seorang anak buah Capa Sohorin melihat seorang gadis Daya yang cantik; Pada umumnya orang-orang Daya baik pria maupun wanitanya kulitnya bersih-bersih kuning seperti China tetapi matanya lebar dan rambutnya hitam .Saking gemesnya Pratu Ponadi tadi, mencubit pipi sigadis tadi. Oleh sigadis cubitan ini dianggap sebagai ciuman dan melaporkan pada keluarganya dan kepala adat.

Orang-orang suku Daya ini sangat teguh memegang adat dan kehormatan dan sangat jujur.. Seperti saya lihat di Malinou ada satu asrama sekolah anak-anak Daya yang baik laki-laki dan wanitanya berbaur jadi satu tetapi tidak pernah terjadi pelanggaran sex. Singkat kata Pratu Ponadi tadi dikenai sangsi yaitu harus membayar denda berupa 3 ekor kerbau atau sebuah guci China, tinggal pilih salah satu dan apabila tidak bisa membayarnya maka harus mau bekerja secara sukarela pada keluarga sigadis selama 5 hari.

Seperti kita ketahui kerbau dan guci China adalah sebagai symbol status orang Daya. Makin banyak kerbau atau guci yang dimiliki makin tinggi derajat seseorang. Kerbau atau guci China juga biasa dipakai sebagai purut / mas kawin. Karena mahalnya purut ini maka banyak gadis-gadis Daya yang terlambat kawin. Sebetulnya Pratu Ponadi bisa menyangkal atau membela diri karena saksinya tidak kuat, tetapi karena dia anak bandel dan banyak akal, dia minta waktu 5 hari untuk berfikir dan diapun bilang pada saya; tenang saja Let nanti kita akan pesta daging kerbau.

Rupa-rupanya dia sudah punya akal yang unik. Dia ambil topi petnya yang berbulan-bulan tidak pernah dicuci dan dilemparkan secara diam-diam kekerumunan kerbau peliharaan dan ….. berhasil …. topi dekil tadi disambar oleh seekor kerbau dan dikunyah-kunyah karena asin. Pratu Ponadi meraung-raung dan meradang lantas mengadu pada kepala suku. Akhirnya disepakati topi petnya dikasih ganti rugi berupa 4 ekor kerbau karena topi diibaratkan sebagai mahkota kepala. Seorang prajurit dengan dada busung dan senyum mengembang dipipi Pratu Ponadi dan kawan-kawannya menggiring seekor kerbau hasil transaksi topi pet dengan pipi.

Tapi malang yang diraih, kerbau yang masih setengah liar ini lepas dijalan dan lari pontang panting apalagi dikejar-kejar dan jatuh diparit dan serta merta kakinya patah. Kebetulan sekali lokasinya dekat Mako Brigif, Pratu Ponadi dan kawan-kawan ketakutan dan lapor pada saya. Pada sore harinya saya bertandang ke Mako mau omong-omong. Ee... nggak tahunya Kapt Soleh Pasi 2 Brigif dan Kapt Darmo Dandenma sudah tahu kalau ada kerbau terluka dan orang Daya bilang kalau bukan kerbaunya [kerbau itu memang milik kami ;Kapten !] dan anggauta Denma sudah melakukan persiapan pesta kerbau. Maka kamipun cengar cengir seperti anak kecil kehilangan kelereng; tetapi kamipun ikut makan dagingnya meski hanya sedikit. Yaa lumayanlah makan sate kerbau meski tanpa bumbu bahkan masih enak dendeng ransum kami.

Darmasadtri

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.