Jumat, 04 Januari 2013

Korsel dan Indonesia Diragukan Bisa Membuat Pesawat Siluman

Korsel dan Indonesia Diragukan Bisa Membuat Pesawat Siluman
Desain KFX/IFX
Jika melihat negara-negara yang mengembangkan pesawat jet tempur, track recordnya memang tidak menggembirakan. China saja yang mengembangkan pesawat tempur selama puluhan tahun, tetap saja mengandalkan pesawat dari Rusia. Begitu pula dengan India, Pakistan, Mesir dan bahkan Israel. 

BANYAK pihak meragukan kemampuan Korsel dan Indonesia dalam membuat pesawat tempur siluman. Hal ini dikarenakan teknologi inti masih belum dikuasai, seperti: avionik, mesin, data fusion dan material komposit.

Angkatan Udara Korea Selatan mulai tergoda untuk memiliki T50 PAK FA buatan Sukhoi Rusia karena dirasa lebih tidak beresiko dan pesawat prototype-nya pun telah terbang. Jika AU Korsel memilih T50 PAK FA, bisa jadi Indonesia akan dirugikan karena terlanjur mengeluarkan dana dalam proses pengembangannya.
Jika melihat negara-negara yang mengembangkan pesawat jet tempur, track recordnya memang tidak menggembirakan. China saja yang mengembangkan pesawat tempur selama puluhan tahun, tetap saja mengandalkan pesawat dari Rusia. Begitu pula dengan India, Pakistan, Mesir dan bahkan Israel.

Perancis saja yang sudah malang melintang dalam pembuatan pesawat, tetap saja kesulitan menjual jet tempur Rafale. Hingga saat ini hanya Perancis yang menggunakan Raffale, setelah India akhirnya beralih membeli Typhoon Eurofighter.

Israel pun demikian. Pembuatan jet tempur Kfir tidak sukses. Israel tetap menggunakan F-16 dan F-15 sebagai tulang punggung Angkatan Udara. 

 Membandingkan Proyek IFX/KFX dengan Pesawat Lavi Israel

Membandingkan Projek Prestisius IFX/KFX dan Jet Tempur Kfir Israel
MESKI Israel gagal membuat jet tempur Lavi yang tangguh, namun efek positifnya banyak didapat. Kegagalan Israel dalam jet tempur Lavi, tidak membuat teknologi dirgantara mereka ikut mati. Israel berhasil menciptakan perlengkapan sensor, elektronik dan sistem senjata bagi pesawat tempur AS yang mereka beli. 

Bahkan Israel terus berkembang dengan menciptakan: military air system, ground defense system, naval system dan lain sebagainya. Bahkan Israel sangat berkembang dengan teknologi UAV serta AEW&C. Amerika Serikat tidak ketinggalan menggunakan produk UAV dan AEW&C Israel. Begitu pula Rusia yang mulai menggunakan UAV Israel.

Track record negara baru yang mengembangkan jet tempur memang tidak bagus. Namun pembuatan jet tempur KFX/IFX akan memberi banyak efek positif bagi Indonesia dan bahkan bisa memberi efek tidak terduga (invention).

Untuk itulah PT DI telah membuat unit kerja bayangan program KFX/IFX di Bandung. Unit bayangan ini menyalin semua aktifitas KFX-IFX yang dikerjakan para ahli KAI dan PT DI di Korsel. Hal ini untuk pelajaran bagi insinyur Indonesia lainnya maupun antisipasi jika proyek KFX di Korsel terhenti.

Dengan pembuatan KFX/IFX, Indonesia akan belajar membuat sistem senjata, sensor dan elektronik, radar dan sebagainya untuk memenuhi kebutuhan IFX yang dibangun. Tentu insinyur-insinyur Indonesia akan mempelajari sistem terbaik untuk diinstal di pesawat tempur tersebut.

Kesempatan inilah yang sangat mahal, para ahli penerbangan dan militer Indonesia, memiliki kesempatan melakukan “praktek lapangan” dengan medium IFX.


Pelita Online

1 komentar:

  1. Ini sekedar cerita sambil lalu, Israel cerdik memanfaatkan perkembanagan teknologi militer, dg mempertimbangkan aspek ekonomis, waktu dan effektifitas serta fungsi material senjata yang akan dipakai bertempur nantinya.
    Dalam kasus "Lavi" kalau pembangunannya dipaksa Israel akan rugi besar karena harus mengeluarkan biaya riset, waktu dapat memakai mass produk "Lavi" dan effective operasi penggunaannya di medan tempur.
    Untuk itu, lebih baik memperdalam teknology control system, yang lebih murah, cepat dan tinggal diaplikasikan di material tempurnya. Maka jangan heran kalau pesawat A-4Skyhawk Israel sampai sekarang masih aktief dipakai sebagai pesawat latih karena engine sudah diganti , avioniknya sudah sejajar dengan avionik F-16 A/B. dari avionik asli Ferranti dirubah menjadi avionik lebih maju WDNS ( Weapon Delivery ang Navigation System) F-16 blok 52 itupun sudah diupgrade dengan penambahan sirip di bagian belakang airframenya plus ditambaha dengan penguatan aspek avionik sehingga F-16 blok 52 di US sangat berbeda dengan F16 Israel dari aspek performance operasinya. Dan hampir peralatan militer Israel apakah itu artelery, kavalery, infantery, dan lkomunikasinya pasti lebih unggul kinerjanya karena konsep aplikasi system control yang sangat maju. Sebelum negara negara produsen senjata memakai teknology laser, untuk Laser Range Finder, Israel terlebih dahulu memakainya, sebenarnya di Indonesia SDM kita termasuk dinilai maju penguasaan teknology system control, contoh konkrit pesawat N-250 proyek "Fly by Wire" dipegang oleh seorang wanita, apalagi sub system dari "Amoscos" yang terpasang di pesawat CN - 235 MPA kita adalah karya anak bangsa.
    Combat Manajemen Sytem pada kapal perang kita yang sudah uzur dimakan usia menjadi hidup kembali berkat tangan trampil anak negeri kita. Kalau saya sih yang ekonomis saja walau materialnya tua, asal aspek metalurgy masih oke, lebih bagus direfurbish namun diperkuat dengan systim kontrol yang baru, sehingga hemat anggaran tapi performance tetap garang. Tapi kalau senengnya belanja , ya monggo mawon wong saya nggak pembuat kebijakan.

    BalasHapus

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.