Jumat, 25 Januari 2013

RI Siap Produksi Rudal Sendiri

Batam | Menteri Pertahanan RI Purnomo Yusgiantoro berharap Rudal C-705 yang dipergunakan untuk Kapal Cepat Rudal (KCR) 40 KRI Beladau 643 dan kapal sejenisnya yang selama ini didatangkan dari China bisa dibuat di Indonesia.

Rudal C-705 buatan China
Rudal C705
"Kami sedang mengupayakan alih teknologi agar nantinya rudal tersebut bisa diproduksi di dalam negeri," kata Menteri pertahanan (Menhan) setelah serah terima KRI Beladau 643 dari PT Palindo Marine Sipyard Batam di Dermaga Selatan Pelabuhan Batuampar, Batam, Jumat.

Menteri mengatakan, bila rudal dengan jarak jelajah hingga 150 kilometer tersebut bisa diproduksi di dalam negeri maka banyak keuntungan yang didapat.

"Kami tengah berupaya menuju kemandirian alat utama sistem senjata (alutsista) dengan berbagai upaya yang telah dikembangkan didalam negeri. Termasuk pembuatan KCR 40 yang diserahterimakan hari ini," katanya.

Sebagai negara yang besar, kata dia, Indonesia membutuhkan tambahan alutsista baik untuk TNI Angkatan Darat, Laut, dan Udara.

Untuk TNI AL, kata menteri, hingga 2014 akan ada 16 kapal sejenis KRI Beladau 643 yang akan digunakan untuk mengamankan seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Pembangunan kapal ini merupakan upaya peningkatan alat utama sistem senjata (alutsista) yang tengah dibangun bagi seluruh angkatan.

Ia mengatakan produksi alutsista tidak akan berhenti pada KCR. Pemerintah akan terus melengkapi persenjataan TNI dengan beberapa kapal lain. Selanjutnya, akan dibuat kapal perusak dan kapal selam.

TNI AL, kata Menteri, membutuhkan kapal yang kuat hingga mampu hadir dan mengamankan perairan di laut jauh. Untuk angkatan udara dan angkatan darat, kata dia, juga akan diserahterimakan beberapa alutsista baru untuk menjaga keamanan NKRI.

"Tahun ini anggaran untuk Kementerian Pertahanan dan TNI sekitar Rp 81 triliun. Dengan anggaran tersebut, kami akan terus menambah alutsista sesuai dengan kebutuhan secara bertahap," kata Purnomo.

Republika

6 komentar:

  1. Bukannya kita sudah produksi massal roket dan rudal canggih R-HAN 122mm 100.000 unit, dan rudal 3,4,dan5 digit buatan orang pinter Indonesia.
    Malah konon rudal tsb dapat menghacurkan sasaran di over horizon segala. Waaah, huuebat itu, jadi ngapain mesti fokus pada rudal C-705 dari China? Paling-paling diajarin perakitannya saja sedangkan ilmu motor roketnya disembunyikan.
    Ya sudahlah, wong yang kuasa bukan saya, monggo saja yg penting khan komisinya, ya nggak??

    BalasHapus
  2. Mas Bole : Roket itu tembakannya tidak terkendali, hanya bisa digunakan untuk statis target (sasaran tidak bergerak), dan biasanya hanya sasaran darat saja, itupun akurasinya meragukan, tidak bisa untuk sasaran dinamis (bergerak) macam pesawat, kapal, dll.

    Pertanyaanya : bagaimana kalau musuh menyerang dengan PESAWAT atau KAPAL CEPAT ?

    Kalau belajar itu pelan-pelan, kalau roket dan motor roket kita udah kuasai, tinggal sistem kendali roket termasuk sensor yang kita masih pusing 7 keliling

    BalasHapus
    Balasan
    1. Roket dan motor roket sudah kita kuasai pembeliannya, kalau buat sendiri pabriknya dimana??? Syukur kalau memang sudah punya, berarti tak lama lagi ada proyek refurbish motor roket besar2-an ya agar dapat hidup lagi seperti rudal Rapier, Exocet, Harpoon, Chaff dan Flare apalagi rudal Silkwarm dan rudal SA-2 Guide line dapat diaktifkan lagi, waaah seneng banget kita punya roket dan rudal huebat - huebat. Jadi menambah gahar peroketan kita disamping R-HAN 122mm yang sudah diproduksi massal 100.000 unit dan rudal 3,4,dan5 digit karya cipta orang-orang pinter Indonesia dan sebentar lagi ada peluncuran rudal kelas ICBM RX - 550. Coming soon.
      Jadi heran saya kalau Yth. : Mas/Pak Didiek Suprayitno meragukan bahkan harus pusing tujuh keliling untuk masalah ilmu pengendalian dan sensor, kita punya banyak SDM specialis dibidang sistim kendali, Mas/Pak.

      Hapus
  3. Setahuku Indonesia blm bsa buat Rudal/Pluru kendali atau roket yg bsa dikndalikan. Klo roket R-Han itu kan blm bsa dikendalikan(mohon koreksi kalau salah). Makanya kita kerjasama dg China. Seharusnya kita juga kerjasama dg China atau Rusia untuk buat Rudal yang dikndalikan dg satelit kayak Tomahawknya Amerika. Karena China sdh dapat buat. Harapan saya kita bisa buat Roket yang diluncurkan ke Angkasa agar kita bisa menempatkan satelit sendiri. Dan angkasa kita kuasai. Tapi pasti btuh waktu 50 thn lagi. hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yth. Mas/Bp. Justin News, Indonesia sudah bisa membuat roket dan rudal sendiri. Masalah harus seperti Rudal Tomahawk yg harganya 5 Juta $, specialis kita dibidang software sudah menguasai ilmu autonomus jadi sangat mungkin untuk Rudal yg diproduksi Indonesia tinggal dilengkapi dengan software tersebut beres. Tembakkan / luncurkan,isi programnya kendalikan dg autonomus hancurlah pertahanan musuh kita.
      Jadi kelamaan belajar 50 tahun itu, wong sekarang sudah mampu kok. apalagi rudal 3,4,dan 5 digit produk orang-orang pinter kita sudah dapat melewati garis horizon, sekelas dg rudal-rudal jelajahnya Korut.

      Hapus
    2. Yth Boleroes11. Kita belum bisa buat rudal, baru bisa buat roket satu tingkat RHan 122 yg ini saja masih terus dimantapkan masalah akurasi tembakan dan jangkauan, sehingga tabelnya belum didapat. Masih juga masalah hulu ledak yg belum banyak variasinya. Roket dua tingkat atau lebih masih uji coba. Roket 3 digit hingga ratusan kilometer masih protype, karena masih kendala di tabung, propelan dan motor penggerak.
      Untuk bisa bikin rudal, benar kita masih agak pusing karena rudal adalah gabungan dari roket, teknologi sensor, teknologi elektro-mekanik untuk kendalikan arah roket, teknologi komunikasi dll. Jadi masih blm bisa dlm 2-3 tahun kedepan kecuali kita Tot dg China tadi atau kalau mau ya "nyolong".

      Hapus

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.