Rabu, 09 Januari 2013

Siapkan Bom, Teroris Incar Bima dan Toraja

Densus (ipenk 666)
Jakarta Densus 88 Antiteror Mabes Polri menemukan 40-50 kilogram bom rakit siap ledak yang ditimbun di dalam pondokan di Kebun Kacang, Dompu, Nusa Tenggara Barat (NTB). Ada dugaan bom tersebut akan digunakan untuk meledakkan sebuah hotel di NTB.

"Di Bima, yang baru terungkap, ada sebuah hotel yang ditargetkan. Hanya belum dapat disebutkan secara spesifik (nama hotelnya)," ungkap Karo Penmas Mabes Polri, Brigjend Pol Boy Rafli Amar, di Jakarta, Selasa (8/1).

Dijelaskan Boy, pondokan tempat ditemukannya bom tersebut diduga digunakan sebagai tempat pelatihan perakitan bom. Setelah bom jadi dan siap diledakkan, mereka mulai mencari target hingga akhirnya disepakati akan meledakkan tempat tujuan wisata di Bima, NTB.

Terkait dengan jaringan teroris Sulawesi Selatan, Boy mengatakan ada beberapa tempat yang dijadikan sasaran. "Untuk di Sulawesi Selatan, tempat yang dijadikan sasaran adalah tempat ibadah dan kantor polisi di Tana Toraja," terang Boy.

Target tersebut diketahui dari hasil penyidikan terhadap empat teroris yang ditangkap Densus 88 di Makassar, Sulawesi Selatan. "Mereka yang ditangkap Densus 88 (di Makssar), masih dalam satu rangkaian penyelidikan Densus," ujar Boy.

Seperti diketahui, jaringan teroris di Sulawesi Selatan dan NTB diduga saling terkait. Dalam penyergapan di NTB, Densus menembak mati dua terduga teroris, Roy dan Bahtiar. Keesokan harinya, Densus kembali menembak mati tiga terduga teroris di Kebon Kacang, Dompu, NTB.

Untuk jaringan teroris Sulawesi Selatan, Densus menangkap Thamrin dan Arbain di Terminal Daya, Makassar. Ada dugaan kedua terduga teroris itu sempat meloloskan diri saat hendak ditangkap di pelataran Rumah Sakit Wahidin Sudiro Husodo, Makassar.

Periksa Jenazah

Sementara itu, Tim Disaster Victim Identification (DVI) saat ini masih memeriksa tujuh jenazah terduga teroris di Rumah Sakit Polri Said Soekanto, Kramat Jati, Jakarta.

"Memang jenazah yang sudah dikirimkan dari Polda NTB masih diperiksa tim DVI. Informasi yang kita terima memang data antemortem yang belum diperoleh," kata Boy.

Saat ini, sedang diupayakan memperoleh data mengenai terduga teroris, termasuk jika ada catatan kesehatan. Data itu nanti diharapkan menjadi rujukan identitas tujuh jenazah yang ada di Rumah Sakit Polri. "Ini berkait dengan pihak keluarga yang nanti pihak yang berhak menerima jenazah dan diharapkan tepat diberikan masing-masing keluarga," imbuh Boy.

Tujuh terduga teroris yang tertembak di Makassar dan Dompu berencana melakukan teror di Makassar dan pernah mengikuti pelatihan di Poso, Sulawesi Tengah (Sulteng). Tiga terduga teroris yang ditangkap di Makassar sudah tiba di Jakarta dan ditempatkan di Mako Brimob.

Selama dua hari, tim Densus 88 Antiteror Mabes Polri menangkap sebelas terduga teroris dan menembak mati tujuh lainnya. Sebelas terduga teroris yang ditangkap ialah enam orang di Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel), dan lima orang di Dompu, Nusa Tenggara Barat, dari hari Jumat (4/1) hingga Sabtu (5/1).
 

 Densus Temukan 50 Kg Bahan Bom

Satu demi satu alat bukti tindak pidana terorisme ditemukan oleh tim Detasemen Khusus (Densus) 88 Mabes Polri. Di Dompu, Nusa Tenggara Barat (NTB), polisi mengklaim menemukan bahan baku pembuatan bom dalam jumlah besar. "Masih dihitung totalnya, tapi kira-kira hampir setengah kuintal (50 kg, Red)," ujar Kepala Biro Penerangan Masyarakat Mabes Polri Brigjen Boy Rafli Amar d kemarin (8/1).

Bahan baku bom itu ditemukan dalam penyisiran lapangan di kebun kacang di daerah Dompu, NTB. "Itu tersebar di beberapa titik," kata Boy. Polisi menduga bom itu akan digunakan untuk menyerang beberapa target di Bima dan Lombok. "Kelompok ini mengincar hotel, kantor polisi dan juga tempat wisata," ujar mantan Kapoltabes Padang itu.


Boy tak membantah bahwa itu membuktikan kontrol bahan peledak oleh Polri kebobolan. Namun, dia berdalih hal itu terjadi karena kelompok teroris semakin kreatif mencari bahan.


Jika bahan baku 50 kg bom itu disatukan dan digunakan untuk menyerang, dampaknya bisa fatal. Sebagai ilustrasi, peledakan Hotel JW Marriott dan Ritz Carlton Jakarta pada 2009 hanya membutuhkan bahan bom tak lebih dari lima kilogram. Berarti, jika 50 kilogram diledakkan secara sekaligus, efek ledakannya 10 kali lipat. "Bisa sampai 500 meter radius ledakannya," ujar seorang penyidik anti teror yang tak mau disebutkan namanya.


Bahan itu merupakan campuran antara nitrat urea dengan bahan kimia lain yang sudah dimodifikasi. "Sebenarnya pupuk urea murni yang dimampatkan (dipadatkan, red) saja sudah cukup berbahaya," kata sumber tersebut.


Di bagian lain, keluarga terduga teroris yang ditembak Densus 88 akan terbang ke Jakarta. Termasuk keluarga Hasan alias Kholil dari Makassar. Istri Kholil, Endang, akan meminta bantuan advokasi dari tim pengacara muslim di Jakarta. Kholil ditembak di Masjid Nur Afiyah RSUP Dr Wahidin Makassar tanpa perlawanan. 


Informasi yang dihimpun Jawa Pos dari kalangan aktivis di Bima, mereka akan membentuk tim pencari fakta sebagai sarana informasi pembanding polisi. "Ada informasi bahwa yang ditembak di NTB sebenarnya sudah ditangkap sehari sebelumnya. Mereka disuruh lari lalu ditembak," ujar seorang aktivis Bima yang menolak ditulis identitasnya.


Orang-orang yang ditembak itu berlatarbelakang petani dan pedagang kue. "Mereka bukan orang yang berkemampuan khusus. Jangankan menembak, memegang senjata pun belum pernah," katanya. Hasil tim pencari fakta di NTB akan dibawa ke Jakarta. Mereka akan melapor ke Komnas HAM dan Komisi III DPR.
(rdl/ca)

Koran Jakarta | JPNN

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.