Selasa, 29 Januari 2013

TNI Cermati Perkembangan Kawasan

TNI menetapkan garisan strateginya ke depan dengan mencermati perkembangan di kawasan untuk melindungi kepentingan nasional. Secara umum, hal itu diterjemahkan berupa ancaman simetris dan asimetris.

"Ancaman asimetris tidak bisa dibatasi pada bentuk organisasi aktor pelaku namun juga meliputi persenjataan, kekuatan, dan moral aktor pelakunya," kata Panglima TNI, Laksamana TNI Agus Suhartono, saat membuka Rapat Pimpinan TNI 2013, di Markas Besar TNI Cilangkap, Jakarta Timur, Selasa pagi.

Rapat pimpinan diikuti 165 peserta, termasuk Kepala Staf TNI AL, Laksamana Madya TNI Marsetio, Wakil Kepala Staf TNI AD, Letnan Jenderal TNI Budiman, dan Kepala TNI AU, Marsekal Madya TNI I Putu Dunia. Seluruh komandan utama dan badan pelaksana pusat TNI serta matra TNI juga hadir.

Menteri Pertahanan, Purnomo Yusgiantoro, memberi kata pembukaan sekaligus meninjau pameran statik kesenjataan TNI. TNI juga tengah menyegarkan dan melengkapi kesenjataannya untuk kepentingan nasional.

Di Kawasan Asia Timur saat ini sedang terjadi perlombaan senjata dan kekuatan militer, dengan aktor utama China, Korea Utara, diikuti Korea Selatan. China telah memperkuat angkatan lautnya dibarengi keunggulan teknologi roket dan satelit. Korea Utara juga tetap berkeras dengan kebijakan unjuk kekuatannya.

Ancaman simetris disikapi TNI juga sebagai tantangan, mulai dari sengketa perbatasan dan kawasan maritim termasuk kebebadan penggunaan laut sebagai sarana proyeksi kekuatan militer. China dan Jepang memberi contoh tentang ini, yang secara bilateral melibatkan mereka pada sengketa kepemilikan Kepulauan Senkaku.

"Sedangkan ancaman dan tantangan asimetris, bisa berupa perompakan, pembajakan, terorisme, proliferasi senjata pemusnah massal, dan pencurian kekayaan alam," kata Suhartono. "Tidak heran jika kemudian lahir beberapa inisiatif, di antaranya Regional Maritime Security Initiative, Proliferation Security Initiative, dan lain-lain," katanya.

 TNI Waspadai Perkembangan Krisis di Laut Cina Selatan

Jakarta | Pemerintah China mengklaim sembilan titik di Laut Cina Selatan terkait sengketa perbatasan dengan Filipina dan Vietnam. Meski tidak terlibat langsung, jajaran TNI turut mewaspadai pengaruh dari perkembangan yang sedang berlangsung tersebut sebab bersinggungan dengan wilayah RI.

"Memang perlu kita sikapi hati-hati. Jangan sampai klaim tersebut menjadi klaim wilayah. Kita sudah protes dengan Cina masalah ini," kata Panglima TNI Agus Suhartono dalam konferensi pers Rapim TNI di Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta, Selasa (29/1/2013).

Menurutnya sembilan titik yang China klaim merupakan daerah tanggapan ikan tradisional para nelayan. Meski demikian pemerintah juga sudah melakukan upaya-upaya pencehanan. Seperti melakukan pembangunan di wilayah perbatasan.

"Pemerintah juga sedang konsen membangun di Kepulauan Natuna," kata Agus.

Sebelumnya, Kepala Staff Umum (Kasum) TNI Marsekal Madya Daryatmo mengatakan perkembangan situasi yang terjadi di kawasan Laut Cina Selatan mengarahkan perhatian Indonesia terhadap munculnya kerawanan dan potensi ancaman yang dapat mempengaruhi stabilitas nasional. Karena di sana juga terletak kepentingan Indonesia, khususnya pada aspek politik, ekonomi, militer dan pertahanan.

Daryatmo menilai tentu akan perlu adanya penguatan pertahanan dan gelar operasi TNI guna mengamankan kepentingan nasional. Khususnya di utara Kepulauan Natuna, yang berdekatan dengan Laut Cina Selatan.

"Hal ini dalam rangka meminimalisasi terjadinya spill over konflik laut Cina Selatan yang muncul. Dan mengamankan berbagai objek vital di zona ekonomi ekslusif Indonesia tersebut," kata Daryatmo dalam upacara pembukaan latihan Pasukan Pemukul Reaksi Cepat (PPRC) TNI Kilat XXIX di Cilodong, Depok, Jawa Barat, Senin (27/8/2012).

Daryatmo juga mengatakan, TNI harus melakukan analisa secara terus menerus terhadap kecenderungan perkembangan situasi serta mengevaluasi kemampuan dalam menyusun gelar kekuatan. Selain itu juga menyusun strategi atau skenario parsial dalam pengamanan objek vital nasional di kawasan Natuna, yang merupakan gerbang ekonomi Indonesia ke kawasan Asia Timur.(lh/lh)

Antara | Detik

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.