Selasa, 22 Januari 2013

Ucapan Salam Selamatkan WNI dari Penyanderaan di Aljazair

Jakarta | Warga Indonesia yang lolos dari penyanderaan kelompok bersenjata di kompleks tambang dan kilang gas Kota Inamenas Tigaritourine Illizi, Aljazair, pada Rabu (16/1) lalu, adalah warga kawasan Pasar Baru, Balikpapan, Kaltim. WNI bernama Andri Ansari itu bebas setelah sebelumnya mengucap assalammualaikum pada para penyandera.

"Mereka kaget waktu diberi salam assalammualaikum. Benar-benar mukjizat," kata Andri Ansari pada istrinya, Dian Ekasari, seperti dituturkan kembali pada JPNN, Minggu (20/1) malam.

Diceritakan Dian, saat penyerbuan berlangsung Rabu pagi waktu Aljazair, suaminya berhasil bersembunyi di dalam mobil. Karena tak terdengar lagi letusan senjata lagi setelah sekitar 2,5 jam pascapenyerbuan, Andri kemudian keluar dari tempat persembunyiannya.

Pria yang sempat mengenyam pendidikan di SMA 1 Balikpapan ini lantas mendatangi seorang pria berseragam, karena dikiranya tentara Aljazair yang berhasil melumpuhkan para penyerbu. "Nah waktu ketemu tentara itu, Mas Andri beri salam. Tentara itu sempat kaget," cerita Dian lagi.

Tak disangka, pria berseragam itu ternyata juga anggota kelompok bersenjata yang menyerbu kilang. Dengan pasrah, Andri yang akrab dipanggil Aan itupun akhirnya dikumpulkan dengan puluhan tawanan lain dalam sebuah ruangan.

Rabu siang, paspor para tawanan mulai diperiksa. Menurut Dian, penyandera yang memeriksa paspor Aan terkaget-kaget begitu tahu salah seorang pegawai British Petroleum (BP) yang disandera itu berasal dari Indonesia.

"Dikira suami saya itu orang Filipina," kata Dian. "Dia saudara jangan disandera," sambung Dian, menirukan perkataan sang penyandera yang sempat didengar Aan.

Aan yang telah menikahi Pria yang sudah menikahinya selama 13 tahun itu kemudian dipisahkan dari pegawai BP lain. Engineering BP ini lantas disatukan dengan pegawai lokal asli Aljazair dan kemudian dilepaskan setelah perangkat handphone dan paspornya dikembalikan penyandera.

Bagi Aan ini sebuah mukjizat. Sebabnya, warga muslim yang ditawan bukan dia seorang. Selain warga asli, ada juga pegawai BP berkewarganegaraan Pakistan. Entah kenapa mereka justru tetap disandera.

Pada saat pelarian itulah Aan langsung mengirim pesan singkat pada Dian bahwa dia sempat disandera kemudian dibebaskan kembali. "Bagi kami ini mukjizat. Syukur alhamdulillah," ucap Dian berulang-ulang karena suaminya bisa selamat dan kembali ke Indonesia.

Kini Aan sudah bisa berkumpul kembali dengan Dian serta tiga anaknya di rumah mereka di kawasan Bumi Serpong Damai, Tangerang. Yang menarik, tak satu pun putra mereka tahu bahwa sang ayah merupakan korban penyanderaan di Aljazair.

"Sampai sekarang (Minggu malam) anak-anak kami nggak tahu kalau ayahnya sempat disandera di Aljazair. Kami nggak ingin mereka kaget," ungkap Dian.

Informasi kepulangan Aan langsung tersebar di antara kerabat mereka di Jakarta. Karena alasan ini pula, Dian tak memperbolehkan wartawan mewawancarai Aan secara langsung.

Penyanderaan di salah satu kawasan penghasil migas terbesar di Aljazair itu akhirnya menewaskan 53 orang. Sebanyak 32 orang yang tewas di antaranya adalah penyandera, sementara 21 orang lainnya adalah pegawai BP dan warga lokal. Mereka terbunuh setelah pasukan khusus Aljazair menyerbu untuk membebaskan para tawanan pada Sabtu waktu setempat. (pra/jpnn)


JPNN

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.