Kamis, 28 Februari 2013

BTR-50 (1) : Kisah Pertempuran dalam Operasi Seroja

Foto-5
1975 – Selain malang melintang dalam beragam pertempuran di luar negeri, BTR-50 Korps Marinir TNI-AL juga sudah kaya dengan pengalaman tempur. Salah satu yang cukup fenomenal saat BTR-50 diterjunkan dalam pendaratan amfibi pada operasi Seroja di Timor Timur (sekarang Timor Leste).
Dalam operasi Seroja, BTR-50 yang dilibatkan berasal dari BTP (Batalyon Tim Pendarat)-5/Infantri. Selain melibatkan BTR-50 sebagai panser amfibi, komponen BTP-5 juga diperkuat tank amfibi PT-76 dan elemen artileri seperti howitzer D-30 kaliber 122 mm, serta mortir sedang kaliber 81 mm. Dalam operasi Seroja ini, BTP-5/Infantri dikomandani  oleh Letkol (Mar.) Achmad Sediono.

BTR-50 berawak 2 orang dan dirancang untuk mengangkut infantri maksimal 20 orang, tapi dalam operasi Seroja, rata-rata tiap panser ini berisi lebih dari jumlah tersebut. Tak jarang, selain berisikan pasukan, BTR-50 juga mengangkut kebutuhan logistik, senjata bantuan berupa mortir 60 mm, tenda peleton serta perlengkapan lainnya.

BTR-50 dalam HUT ABRI 1978. Terlihat senjata DShK-38 lengkap dengan perisai pelindung baja
BTR-50 dalam HUT ABRI 1978. Terlihat senjataDSnk-38

Untuk persenjataan, saat itu BTR-50 dilengkapi standar SMB (Senapan Mesin Berat) DShK kaliber 12,7 mm buatan Uni Soviet. Namun, bila diperhatikan DShK saat ini sudah jarang lagi dipakai sebagai kelengkapan BTR-50. Dalam operasi tempur di Timor Timur, ada pergeseran penggunaan pada ranpur ini, seperti lazimnya panser amfibi, BTR-50 tidak dirancang untuk beroperasi di medan pegunungan, suatu kenyataan BTR-50 juga dilibatkan dalam operasi jauh sampai kepelosok, termasuk wilayah pegunungan. Dalam doktrin pendaratan amfibi, pansam hanya digerakan sejauh 6 mil dari pantai, setelah itu operasi selanjutnya tergntung pada rencana operasi darat.

indonesia-invansion-in-timor-leste-in-1975-6

22 November 1975 – Pukul 05.00, dalam suatu perjalanan meninggalkan garis persiapan di Palaka menuju Atabae. Konvoi tujuh pansam BTR-50 melewati kampung Maegri yang terdapat beberapa rumah penduduk dan sejumlah lapangan hampir seluas lapangan bola. Kampung ini dipertahankan oleh pasukan Marinir berkekuatan satu pleton.

Lepas dari Maegri kami mulai masuk ke hutan palem lewat jalan perbukitan yang sempit dan banyak terdapat belokan. Disini pengumi pansam terbukti sangat menguasai dengan baik kendaraaan roda rantai dengan chasis tank PT-76, melewati lereng bukti yang terjal dan sempit. Dalam perjalanan, konvoi harus melalui hutan palem yang merupakan tumbuhan khas Timor.

Hutan palem yang berwarna hijau segar telah dilalui, kemudian iring-iringan pansam menerobos hutan bambu. Jenis bambu hijau atau yang disebut bambu Jepang oleh pedagang tanaman di Jakarta. Di antara daun bambu yang menghijau, terdapat banyak kelompok daun bambu kering yang membentuk kantong-kantong mirip sarang burung manyar. Para pejuang Timor Timur menyebutnya sebagai bunga bambu, walaupun sebenarnya bukan bunga.

Celakanya, ranting dan daun bambu yang berbentuk kantong diterobos oleh pansam, sehingga menyentuh tubuh pasukan yang berdiri berdesak-desakan di atasnya. Ternyata kantong-kantong itu merupakan sarang kalajengking putih. Kantong yang pecah langsung menyebarkan kalajengkin ke dalam pansam. Perhatian pasukan Marinir yang semula tertuju pada seleliling medan yang dilalui, kini beralih tertuju pada kalajengkin yang bertebaran di dalam pansam.

BTR-50 ditumpangi banyak personel dalam operasi militer di NAD, kira-kira kondisi seperti ini juga kerap terjadi saat operasi Seroja di Timor Timur
BTR-50 ditumpangi banyak personel dalam operasi militer di NAD, kira-kira kondisi seperti ini juga kerap terjadi saat operasi Seroja di Timor Timur
mar_aceh_onfire_reut  (reuters)

Pasukan menjadi sibuk menghadapi serangan Kalajengking putih yang telah mengancam dengan sikap kuda-kuda. Kedua capit dan sengat beracun pada ekornya telah diangkat tinggi-tinggi. Dalam waktu singkat kalajengking telah merayap di lantai dan ransel maupun menempel pada pakaian seragam. Beberapa prajurit menghunus sangkut AK-47 untuk membunuhnya, sedangkan yang lain menginjaknya dengan telapak sepatu. Salah satu yang harus diwaspadai ialah banyaknya kalajengking putih yang menyelinap ke dalam ransel.(Disadur dari Buku “Saksi Mata Perjuangan Integrasi Timor-Timur – Hendro Subroto)


  ● Indomiliter  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.