Minggu, 24 Maret 2013

Pasca Penyerangan Lapas Cebongan, Sleman

 Waspadai Teror 'Pasukan Siluman' di Indonesia ! 

http://us.images.detik.com/content/2013/03/24/10/mstory-101732_cebongan.jpg
 Penjagaan Ketat Lapas Sleman
Jakarta Siapa 17 orang penyerang bersenjata api di LP Cebongan, Sleman, DIY, masih misterius. Hal ini setidaknya menjadi isyarat bahwa Indonesia saat ini dalam bahaya teror 'pasukan siluman' bersenjata api, yang setiap saat bisa mencabut nyawa orang-orang tertentu. 

"Jika dibiarkan, aksi pasukan siluman ini bukan mustahil suatu saat akan menyerang sendi-sendi kenegaraaan, termasuk menyerang kepentingan kepala negara," pendapat Neta S Pane, Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW), Minggu (24/3/2013).

IPW mencatat, dalam waktu satu tahun terakhir sudah ada 3 kasus penyerangan pasukan siluman yang tak kunjung terungkap. Penyerangan pertama terjadi di Jakarta, April 2012. Pasukan yang disebut-sebut sebagai "Geng Motor Pita Kuning" itu merusak 8 tempat di Jakarta Utara dan Jakarta Pusat, termasuk Polsek Tanjungpriok. 

Penyerangan kedua terjadi 21 Februari 2013, yang menewaskan 8 anggota TNI dan 1 sipil di Papua. Penyerangan ketiga terjadi 23 Maret 2013 yang menewaskan 4 tahanan di LP Sleman. Mereka adalah tersangka kasus kematian anggota Kopassus, Sertu Santoso (31). Pasukan siluman itu masuk ke dalam sel dan menembak mati keempat korban.

Sampai saat ini tidak diketahui siapa penyerang LP Sleman. Ada yang mengatakan kelompok preman atau teroris. "Jika mereka preman atau teroris, apa kepentingan mereka menyerbu LP dan mengeksekusi tersangka pembunuh anggota Kopassus?" tanya Neta.

Menurutnya, penyerangan pasukan siluman bersenjata ke LP Sleman ini merupakan sejarah terburuk dalam sistem keamanan di Indonesia. "Meski pasukan siluman terus menebar teror, belum ada tanda-tanda bakal terungkap," sesalnya.(detik)

 Penyerangan LP Cebongan, Membuat Sleman Mendunia 

Penyerangan lapas II B Sleman, DIY tak hanya menjadi pemberitaan media nasional. Namun, peristiwa berdarah ini juga diberitakan di sejumlah media internasional seperti ABCnews dan Globalpost Amerika.

"Kelompok bersenjata tidak dikenal menyerang rumah tahanan dan menembak mati 4 tahanan yang sedang menunggu sidang atas kasus pembunuhan seorang prajurit," tulis ABCnews dalam artikelnya yang berjudul 'Gunmen shoot dead four Indonesian prisoners', Sabtu (23/3/2013) malam. 

Tak hanya ABCnews, beberapa media negara lain seperti The Asahi Shimbun, Jepang; Global Times, China; Bernama, Malaysia; dan Times of India; 

"Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan, Djoko Suyanto telah memerintahkan Kapolri Jenderal Timur Pradopo dan Panglima TNI Laksamana Agus Sujartono untuk menangkap para pelaku dan membawa mereka ke pengadilan," tulis Global Times dalam artikelnya yang berjudul, '4 prisoners killed in prison attack in Indonesia'.

Seperti diberitakan sebelumnya, Lapas II B Sleman, DIY diserang oleh kelompok bersenjata yang tak dikenal pada Sabtu (23/3) dini hari. Setelah memaksa masuk, gerombolan tersebut menembak mari empat orang tahanan titipan Polda DIY. Keempatnya ditahan terkait kasus pengeroyokan seorang anggota Kopasus di Cafe Hugos, Selasa (19/3) lalu.(detik)

 Penembakan Lapas Sleman bukti perlawanan terbuka ke pemerintah 

Sekjen PDIP Tjahjo Kumolo mendesak Polda DIY mengusut tuntas kasus penembakan empat tahanan di Lapas Cebongan, Sleman, DIY, Sabtu (23/3) dini hari. Menurutnya, peristiwa itu telah merusak wibawa polisi dan tatanan yang ada.

"Ketiga dengan kejadian ini mengindikasikan bahwa semua Lapas di Indonesia rawan akan kejadian tersebut dan tahanan di dalam Lapas juga tidak menjanjikan sebuah perlindungan yang aman dari sebuah proses hukum," katanya dalam siaran pers, Sabtu.

Dia mengatakan, semua pihak harus melakukan introspeksi atas kejadian itu. "Terlepas kasus balas dendam, tapi ini sudah menunjukkan bahwa ada perlawanan terbuka (walau pakai topeng) kepada pemerintah atau kekuasaan khususnya kekuasaan di bawah Kementerian Kehakiman (Lapas)," katanya.

Tak hanya itu, semua pihak harus terbuka dan siap dievaluasi akibat kasus itu. Sebab, menurutnya pasti ada yang salah dalam sistem tata kelola penyelenggaraan pemerintahan.

"Sehingga muncul hal-hal demikian, seperti penyerbuan Lapas Sleman, bentrok TNI-Polri, konflik penembakan di Papua dan serangan Poso yang tidak pernah diselesaikan secara tuntas," katanya.

Seperti diberitakan, empat tahanan tewas dan dua orang sipir Lapas Cebongan, Sleman, DIY, terluka setelah diserang belasan orang tak dikenal. Korban Dicky Sahetapy, Dedi, Aldi dan Yohanis Juan Mambait merupakan pelaku penganiayaan yang menewaskan seorang anggota Kopassus, Sertu Santoso (31) di Hugo's Cafe Kota Yogyakarta.

Kejadian penembakan itu berlangsung sekitar pukul 01.30 WIB, dimulai dengan kedatangan belasan orang bercadar ke dalam Lapas. Dengan menggunakan penutup muka berwarna hitam, para pelaku melompati pagar setinggi sekitar satu meter.

Pria berbadan tegap itu lantas melumpuhkan sipir penjara, dan memaksanya untuk masuk ke dalam sel tahanan. Tidak berhenti sampai di sana, para pelaku meminta sipir pembawa kunci untuk memeriksa satu per satu sel guna menemukan sasarannya.

Tidak lama, mereka menemukan para pelaku yang tengah meringkuk di dalam sel. Tanpa basa-basi, belasan pria bercadar itu menembakkan senjata api ke arah para korban hingga tewas.(mdk/dan)

 Pangdam IV Diponegoro Pastikan Kopassus Tidak Terlibat Penyerangan LP Cebongan 

http://image.metrotvnews.com/bank_images/galeri/1932_4622.jpgPanglima Kodam IV Diponegoro Mayor Jenderal TNI Hardiono Saroso (tengah) memberikan keterangan pers usai memimpin upacara penutupan Dikmaba TNI AD Tahap I TA 2012 di Kodam IV/Diponegoro di Lapangan Rindam, Magelang, Jateng, Sabtu (23/3).

Dalam pernyataannya Pangdam memastikan anggotanya tidak terlibat penyerangan LP Cebongan yang menewaskan empat tahanan tersangka pelaku pembunuhan seorang anggota Kopassus.[ANTARA/Anis Efizudin/bb]

  detik | Merdeka | MetroTv 

1 komentar:

  1. Mungkin ini titik kejenuhan yang sedang tren . Tak adanya kepastian hukum dari orang2 yang terlibat , hingga orang yang punya kekuatan senjata sekarang ikut berani terlibat melakukan tindakan apapun.yang saya kawatirkan bagaimana ini nanti kalau antar instansi yang punya senjata saling melawan.? Tetangga saya reza yang mati karena oknum polisi juga msih mengambang kasusnya. Biar aman ya hukum harusnya bertindak nggak pandang bulu.

    BalasHapus

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.