Jumat, 26 April 2013

Kisah KRI Pasopati, dari Vladivostok ke Indonesia

Monumen Kapal Selam 
Jika Anda melewati Jalan Pemuda, di Kota Surabaya, pasti mata Anda akan melihat sebuah kapal selam berdiri kokoh di pinggir jalan tersebut. Jika Anda memang sengaja hendak berlibur di Kota Pahlawan ini dengan keluarga, tidak ada salahnya mampir dan melihat dari dekat apa dan siapa mengenai keberadaan kapal selam tersebut.

Itulah Monumen Kapal Selam alias Monkasel dimana KRI Pasopati 401 dipajang di sana. Kapal selam ini merupakan salah satu kapal selam TNI Angkatan Laut tipe Whiskey Class buatan Uni Soviet tahun 1952. KRI Pasopati masuk jajaran TNI AL pada 29 Januari 1962 dan turut terlibat dalam operasi pembebasan Irian Barat dari tangan Belanda kala itu.

Monkasel yang dibangun dengan ide para sesepuh kapal selam TNI AL ini diresmikan tanggal 27 Juni 1998 untuk memperingati keberanian para pahlawan Indonesia. Untuk membawa kapal selam ke kota Surabaya bukanlah perkara mudah. Pasopati harus dipotong menjadi 16 bagian dan selanjutnya dibawa ke area Monkasel kemudian dirakit kembali menjadi sebuah monumen. Monkasel di sisi Sungai Kalimas ini disebut-sebut merupakan Monkasel terbesar di kawasan Asia.

Pengunjung hanya membeli tiket masuk sebesar Rp 5.000. Sebelum menaiki tangga memasuki lambung KRI Pasopati, petugas jaga akan menyarankan pengunjung menuju sebuah ruangan untuk menyaksikan film dokumenter selama sekitar 30 menit mengenai sejarah TNI Angkatan Laut dan sepak terjang kapal selam ketika pertama kali diterima TNI AL dari Uni Soviet atau Rusia.

Atmadji Sumarkidjo, dalam buku Mission Accomplished (2010), menyebutkan sebanyak 12 kapal selam jenis Whiskey Class atau "W" yang dibeli dari Soviet bukan kapal selam yang baru sama sekali, tetapi reputasinya cukup baik kala itu. Soviet memang mengembangkan sejumlah tipe kapal selam, tetapi hanya tipe "W" yang mereka jual ke negara-negara "sahabat", salah satunya ke Indonesia.

Sebelum membawa kapal selam tersebut ke Tanah Air, maka dikirimlah para pelaut muda Indonesia ini secara bergelombang mengikuti on the job training langsung di kota Vladivostok, pangkalan utama kapal selam untuk pasifik yang disebut sebagai Pusat Pendidikan 89, Angkatan Laut Uni Soviet.

Di sanalah para pelaut muda Indonesia digembleng bagaimana mengawaki kapal selam ini. Latihan dengan kapal selam dilakukan di perairan di Vladivostok yang sangat dingin. Pengantar untuk berkomunikasi pun dilakukan dalam bahasa Rusia. Untuk itu sebanyak empat guru wanita didatangkan dari Moskwa untuk memberikan kursus kilat bahasa Rusia bagi para awak kapal Indonesia ini. Dalam waktu 3 bulan umumnya mereka sudah bisa menguasai dasar-dasar bahasa Rusia.

Kapal selam KRI Pasopati 401 memiliki panjang 76,6 meter, lebar 6,30 meter dan dilengkapi dengan gas uap torpedo berjumlah 12 buah dan secara teoritis mampu menyelam sedalam 300 meter. Spesifikasi lainnya kecepatan 18,3 knot di atas permukaan, 13,6 knot di bawah permukaan; berat penuh 1.300 ton, baterai 224 unit, bahan bakar diesel; baling-baling 6 lubang dan awak kapal sebanyak 63 orang termasuk komandan.

Jangan khawatir, saat memasuki lambung KRI Pasopati, Anda akan ditemani oleh pemandu wisata yang merupakan siswa atau siswi SMK di Surabaya. Pemandu wisata ini dengan fasih akan menjelaskan seluk beluk kapal selam KRI Pasopati dan apa-apa saja yang ada di dalamnya.

Siap-siap saja saat Anda memasuki kapal selam Pasopati. Jangan membayangkan sebuah kapal penumpang dengan ruangan yang luas. Namanya kapal selam, semuanya serba sempit dan tidak ada ruang yang dibiarkan kosong melompong. Pengunjung yang bertubuh tinggi harus selalu waspada dan berjalan merunduk. Pasalnya banyak peralatan dipasang di dinding kapal.

Belum lagi penghubung antar satu ruangan dengan ruangan lain ada yang harus melalui sebuah pintu yang hanya cukup dilalui satu orang. Itupun syaratnya harus membungkukkan badan. Anda bisa membayangkan saat posisi tempur atau darurat, para awak kapal selam ini dituntut gesit dan cekatan berpindah dari satu ruangan ke ruangan lain. Untuk berpapasan pun harus mengatur posisi tubuh terlebih dahulu bila tidak ingin bersenggolan.

KRI Pasopati memiliki tujuh ruangan yakni ruang torpedo, ruang komandan, ruang jembatan utama dan pusat komando, ruang awak kapal, dapur dan penyimpanan baterai, ruang mesin diesel dan terminal mesin, kamar mesin listrik dan ruangan torpedo untuk bagian buritan.

Sebagai sebuah monkasel, keberadaan pengunjung di dalam KRI Pasopati ini dibuat nyaman. Pendingin ruangan telah dirancang untuk selalu mengalir ke seluruh badan kapal selam. Pengunjung pun dengan antusias mengikuti penjelasan dari pramuwisata.

Padahal ketika kapal selam ini beroperasi saat itu, KRI Pasopati tidak dilengkapi AC. Pasalnya, kapal selam jenis "W" ini dirancang untuk menyelam di laut yang dingin seperti di Soviet dan bukan di kawasan tropis sehingga tidak memerlukan penyejuk ruangan. Akibatnya ketika Pasopati melaksanakan tugas di perairan Indonesia, bisa Anda bayangkan betapa "luar biasa" kendala yang dihadapi para ABK selama menyelam di bawah laut di perairan tropis. Yang sangat membanggakan adalah para ABK ini tetap semangat tinggi menjalankan tugas di tengah-tengah situasi yang serba "terbatas".

Sumarkidjo menuturkan, bila di Vladivostok yang dingin itu, saat menyelam adalah yang paling menyenangkan, karena temperatur di dalam kapal menjadi hangat. Ketika para awak pertama menjalankan pelatihan di Vladivostok, pada saat menyelam, mereka harus memakai baju tebal (para awak menyebutnya baju hanoman!) karena di dalam kapal sangat dingin.

Tetapi situasinya berbalik 180 derajat ketika beroperasi di perairan Indonesia. Semakin lama di bawah permukaan laut, semakin naik suhu di dalam kapal selam. Kadar CO2 di dalam kapal juga naik secara perlahan. Karena itulah kalau mereka melakukan penyelaman panjang harus dilakukan berbagai upaya untuk menghemat O2. Jadi wajar kalau awaknya hanya bercelana pendek dan kaos saja. Bahkan Menteri Keamanan Nasional/KSAD (waktu itu) Jenderal AH Nasution ketika hadir di kapal yang sedang menyelam juga menggunakan celana pendek.

Satu hal lagi, kapal selam jenis "W" ini sulit dideteksi oleh kapal di permukaan. Hal ini terungkap ketika KRI Pasopati dalam suatu latihan bersama AL Australia menyelam sambil menarik sebuah bendera di permukaan untuk menunjukkan posisi mereka. Namun alat sonar canggih milik kapal perang Australia tetap tidak mampu mendeteksi. Apa rahasianya? Ternyata rahasianya terletak pada metalurgi kapal selam buatan Soviet tersebut sehingga alat sonar kapal-kapal buatan Barat sukar mendeteksinya.

KRI Pasopati pensiun menyelam tahun 1980 dan merupakan kapal selam TNI AL kelas "W" terakhir beroperasi. Itulah kehebatan kapal selam jenis whiskey class TNI AL dan betapa heroiknya perjuangan para awaknya saat itu.


  ● Kompas   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.