Senin, 29 April 2013

PT DI Bakal kembangkan Pesawat Udara Nir Awak (PUNA)

PT DI Bakal  kembangkan Pesawat Udara Nir Awak (PUNA)Jakarta • PT Dirgantara Indonesia akan serius menjajaki pesawat tanpa awak yang sudah dirintis empat tahun silam. Pesawat Udara Nir Awak (PUNA) ini akan digunakan untuk pengawasan dan pengintaian di daerah perbatasan.

Andi Alisjahbana, Director of Technology and Enginerring Development PT DI, mengatakan pesawat tanpa awak ini sudah mulai diproduksi pada tahun ini pesawat ini akan segera dibeli Kemenhan terutama oleh satuan AU (Angkatan Udara).

"Tahun ini sudah ada 3 pesanan dari AU, mudah-mudahan akan berkembang, kita targetkan pesawat ini akan mencapai 1 Kuadron dalam beberapa waktu ke depan," katanya di Jakarta, Senin (29/04/2013).

Ia mengatakan pesawat ini sudah dikembangkan berdasarkan tiga BUMN yaitu PT DI, BPPT dan PT.LEN Diharapkan sinergi diantara ketiganya akan menghasilkan pesawat yang membantu mengatasi permasalahan senjata militer di TNI.

"Ini merupakan solusi karena dapat digunakan sebagai pengawasan darat selain itu teknologi kamera dapat mengambil data dan mengirimkannya di darat, maka dari itu pesawat tanpa awak ini akan dikembangkan dalam kedepannya," katanya.


Spesifikasi Teknis PUNA BPPT01A-200-PA7 Wulung :

1. Tipe : Low Boom
2. Bentang sayap : 6,34 meter
3. Berat : 60 Kg
4. Berat muatan : 25 Kg
5. Lepas landas : 130 Kg
6. Kecepatan Jelajah : 55 Knot
7. Ketahanan Terbang : 4 jam
8. Jarak Jelajah : 200 Km
9. Ketinggian : 12.000 ft
10. Jarak kepas Landas : 300 m
11. Pendaratan : darat
12. Sistem prolusi : mesin bensin dua tak,max 22 HP
13. Muatan ; Kamera video
14: Sistem Kendali : Manual, Autopilot

 PUNA Wulung, Pesawat Nirawak Asli Indonesia 

Pesawat ini akan memperkuat sistem pertahanan dan keamanan nasional.

Sejak tahun 2004, Badan Penerapan dan Pengkajian Teknologi (BPPT) telah mengembangkan Pesawat Udara Nir Awak (PUNA) atau tanpa awak.

Di tahun 2013 ini, BPPT mulai menyiapkan program perintis industrialisasi untuk memproduksi PUNA secara massal.

Menurut Kepala BPPT, Marzan A Iskandar, untuk mendukung program PUNA perlu kerja sama antara regulator, industri, dan pengguna.

"BPPT telah berkerja sama dengan PT Dirgantara Indonesia (DI), PT LEN Industri, dan Kementerian Pertahanan (Kemhan)," kata Marzan, saat ditemui di acara MoU kerja sama pengembangan dan Penerapan Teknologi Kedirgantaraan, di BPPT, Jakarta, hari ini.

Ia menjelaskan, BPPT bertindak sebagai pembuat teknologi, sementara PT DI sebagai yang memproduksi, PT LEN Industri bertugas untuk penerapan teknologi sistem kontrol. Sedangkan, Kemhan sebagai penggunanya.

"PUNA terbaru ini diberi nama PUNA BPPT01A-200-PA7 Wulung. Pesawat nirawak ini nantinya memiliki misi militer dalam pengawasan sistem pertahanan dan keamanan nasional," ujar Marzan.

Berbangga

Sementara itu, Andi Alisjahbana, Direktur Teknologi dan pengembangan Rekayasa PT Dirgantara Indonesia mengatakan, kerja sama ini sangat penting untuk kemajuan sistem inovasi nasional.

"Kerja sama ini akan memiliki program kelanjutan. Ke depan kami akan melakukan perluasan di bidang teknologi pertahanan, teknologi dirgantara, dan teknologi energi," kata Andi.

Ia pun menegaskan, PT DI akan selalu siap memproduksi barang-barang yang dibuat berdasarkan penerapan teknologi BPPT, sehingga manfaatnya dapat diperluas kepada masyarakat. "Ini adalah kolaborasi antara peneliti, industri, dan pengguna," ujar Andi.

Respons baik pun diberikan oleh Kemhan terhadap pembuatan PUNA Wulung. Menurut Darlis Pangaribuan, Direktur Teknik Industri Pertahan Kemenhan, selama ini penciptaan teknologi BPPT sangat jarang digunakan oleh Kemhan.

"Pasca ujicoba PUNA Wulung di Bandara Halim Perdana Kusuma pada Oktober tahun 2012, Kemenhan pun tertarik untuk menggunakan pesawat nirawak itu kebutuhan pengawasan oleh TNI," kata Darlis.

Meskipun teknologi PUNA Wulung masih kalah canggih dari pesawat nirawak buatan luar negeri, dia mengatakan, Kemenhan sangat bangga menggunakan produk buatan anak negeri.

"Ini untuk mendukung kemandirian produksi dalam negeri. Kami berharap ke depan, BPPT terus mengembangkan teknologi PUNA Wulung agar dapat digunakan secara maksimal oleh Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan Udara Republik Indonesia," kata Darlis.

Sampai akhir tahun, PUNA Wulung akan diproduksi sebanyak tiga unit. "Tahun depan, pesawat ini akan diproduksi lebih banyak lagi, untuk memenuhi permintaan dari Kemhan sebanyak satu skuadron," kata Marzan.(eh)

 Pesawat Tanpa Awak akan Dibekali Senjata Militer 

Pemerintah berencana menggunakan pesawat udara nir awak (PUNA) untuk mengawasi sejumlah wilayah perbatasan yang rawan konflik.

Andi Alisjahbana, Director of Technology and Engineering Development PT Dirgantara Indonesia (PTDI), mengatakan pengembangan pesawat tanpa awak bukan hanya terbatas pada tindakan defensif saja. Pesawat tanpa awak ini juga bisa dikembangkan menjadi lebih agresif untuk melakukan penyerangan.

"Kemungkinan akan kita lengkapi senjata militar itu mengapa desain panjang sayap pesawat kita, 6 meter, lebih panjang dibanding pesawat PUNA yang biasanya 4 meter," kata Andi, Senin (29/4/2013).

Ia mengatakan sejauh ini memang pesawat tanpa awak pertama ini baru saja dikembangkan untuk pengawasan wilayah. Terutama untuk mengambil data yang dibutuhkan Kemenhan dalam menjaga perbatasan.

"Memang untuk tahun pertama kita siapkan untuk jaga perbatasan, dalam tahun kedua kita bisa kembangkan dengan menaruh senjata di sayap dan digunakan untuk pertempuran," katanya.

 Kemenhan Pesan Pesawat Puna BPPT untuk 100 Skuadron 

PT Dirgantara Indonesia akan memproduksi pesawat udara nirawak (PUNA) seri Wulung untuk seratus skuadron. Pesawat tersebut merupakan hasil rancang bangun BPPT bekerja sama dengan PT LEN untuk alat elektroniknya.

"Kementerian Pertahanan memesan PUNA yang diproduksi PT Dirgantara Indonesia untuk 100 skuadron," kata Direktur Teknologi Industri Ditjen Potensi Pertahanan Kemenham Marsma TNI Darlis Pangaribuan usai menghadiri penandatanganan kerja sama BPPT dengan PT Dirgantara Indonesia dan PT LEN di Jakarta, Senin (29/4).

Dikatakan, satu skuadron bisa berbeda isinya. "Ada 12 pesawat, 16 pesawat dan 24 pesawat," imbuhnya.

Ia juga menyebutkan satu PUNA harganya rata-rata Rp 9 miliar. "PUNA ini dipakai untuk survailance menjaga NKRI yang cukup luas. Apalagi Indonesia punya hampir 17 ribu lebih pulau," ujarnya.

Nantinya pesawat tersebut akan melakukan tugas khusus untuk mengawasi daerah perbatasan, pencurian ikan, pembalakan hutan secara liar, dan sebagainya.

Dalam kesempatan tersebut Kepala Program PUNA Pusat Teknologi Industri Pertahanan dan Keamanan BPPT Joko Purwono menambahkan, riset pesawat tanpa awak itu sudah dimulai sejak 2004 hingga sekarang dengan anggaran total Rp 15 miliar.

"Untuk PUNA Wulung ini memiliki ketahanan terbang maksimum empat jam dan jarak jelajah maksimum 200 kilometer, serta ketinggian terbang 12 ribu kaki," terangnya.

Saat ini PUNA buatan BPPT itu sudah diuji coba di pelatihan militer milik TNI AD di Batujajar, Jawa Barat, dan Nusa Biru, Pangandaran, milik Kementerian Perhubungan.

Pada bagian lain Direktur Teknologi dan Produksi PT LEN Industri, Darman Mappangara, menjelaskan dalam pesawat tersebut akan ditambah dengan teknologi electro optical surveillance yang bisa dipantau lewat sistem komunikasi di daratan secara real time.

"Kami akan menyesuaikan dengan perkembangan teknologi pemantau yang dipasang di pesawat nir awak, seperti halnya yang telah dipakai di luar negeri," jelas Darman.

Pesawat tersebut juga sedang dirancang untuk bisa mendarat di malam hari. Untuk itu, di dalam pesawat akan ditambahi kamera infra merah sehingga bisa mendeteksi lokasi pendaratan secara otomatis. Bahkan dalam perkembangannya nanti, PUNA tidak hanya untuk tugas khusus.

"Bisa juga untuk pengeboman, mendeteksi ancaman, dan sebagainya," imbuh Joko.

PT Dirgantara Indonesia yang diwakili Direktur Teknologi Pengembangan Andi Alisjahbana menyambut baik komersialisasi PUNA seri Wulung ini. Apalagi sudah banyak negara di ASEAN memanfaatkan pesawat tersebut untuk kepentingan nasional.

"Kita akan kembangkan dengan memakai teknologi dalam negeri, dengan komponen dan sumber daya manusia dari dalam negeri."(Siswantini Suryandari)

   Tribunnews | Vivanews | Metrotv  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.