Selasa, 16 April 2013

Tiga Pesawat Pertama Indonesia

  Tiga pesawat pertama Indonesia hasil sumbangan rakyat Aceh 


TNI Angkatan Udara (AU) identik dengan pesawat terbang. Anda mungkin sering melihat atraksi pesawat terbang ketika peringatan hari ulang tahun (HUT) TNI AU digelar. Misalnya HUT ke 67 pada 9 April sekarang ini. Tahukah Anda, bila pesawat angkut setelah masa kemerdekaan dulu merupakan hasil sumbangan rakyat Sumatra?

Dua tahun paska kemerdekaan, pemerintah RI yang masih bayi membutuhkan angkutan udara untuk jual beli barang, mengirim seorang diplomat, atau untuk mengirim pasukan secara cepat. Pesawat angkut pertama kali adalah RI-002, disusul RI-003, kemudian RI-004, kemudian RI-005, RI-006, dan terakhir adalah pesawat RI-001.

Lalu dari mana pemerintah membeli pesawat-pesawat itu? Seperti ditulis dalam buku Sejarah Operasi Penerbangan Indonesia periode 1945-1950 yang diterbitkan Dinas Sejarah TNI AU, setidaknya ada tiga pesawat dibeli dari hasil sumbangan rakyat Sumatra, yakni; pesawat Avro Anson pada Desember 1947.

Pesawat itu dibeli dari bangsawan Australia, H Keegan, dengan nomor registrasi VH-BBY. Pembelian pesawat dilakukan dengan cara barter emas seberat 12 kg sumbangan rakyat Sumatra. Pesawat ini kemudian diberi nama RI-003. Kemudian pesawat Avro Anson kedua yang dibeli pada 1948. Pesawat ini diberi nama RI-004.

Terakhir adalah pesawat Dakota yang juga hasil sumbangan rakyat Sumatra. Untuk mengumpulkan dana itu, Soekarno berpidato pertama kali pada 16 Juni 1948 di Aceh Hotel, Kuta Raja, dan berhasil menggugah semangat rakyat Sumatra khususnya Aceh.

Lalu panitia Dakota dibentuk, dan diketuai oleh Djunet Yusuf, Said Ahmad Al Habsji.

Dalam tempo dua hari, masyarakat Aceh berhasil mengumpulkan uang 130.000 straits dollar, lalu digunakan oleh pemerintah membeli pesawat Dakota RI-001 Seulawah. Pesawat ini adalah cikal bakal berdirinya perusahaan penerbangan niaga pertama, Indonesian Airways. Pesawat ini sangat besar jasanya dalam perjuangan awal pembentukan negara Indonesia.

Pesawat Dakota Seulawah ini memiliki panjang badan 19,66 meter dan rentang sayap 28.96 meter, ditenagai dua mesin Pratt & Whitney berbobot 8.030 kg.(mdk/tts)

 Soekarno kumpulkan dana rakyat Aceh untuk pesawat RI-001 

TNI AU hari ini berulang tahun ke-67. Kisah perjuangan TNI AU tak bisa lepas dari pesawat pertama mereka dengan nomor registrasi RI-002. Sengaja diberi nomor 002 karena nomor registrasi 001 disiapkan untuk pesawat kepresidenan yang akan dibeli dengan biaya sendiri. Sementara, RI-002 saat itu statusnya adalah pesawat charter.

Setelah menunggu sejak dua tahun, akhirnya niat membeli pesawat sendiri tercapai pada 1948. Pesawat Dakota RI-001 dibeli dengan biaya hasil dana 'fonds' Dakota yang dibentuk atas gagasan KSAU Komodor Udara S Suryadarma. Dana tersebut dikumpulkan oleh Biro Rencana dan Propaganda, Pimpinan Opsir Udara II Wiweko Supono, dibantu oleh Opsir Muda Udara III Nurtanio Pringgoadisurjo.

Kepala Biro Penerangan Opsir Muda Udara I J Salatun diberi tugas mengumpulkan dana dengan cara mengikuti Presiden Soekarno ke Sumatra menggunakan pesawat RI-002. Kenapa Sumatra menjadi sasaran daerah propaganda dana Dakota? penyebabnya antara lain; karena teritorinya merupakan daerah perdagangan strategis, yang dimungkinkan dilakukan hubungan dagang dengan luar negeri.

Selain itu, potensi kekayaan alam yang letaknya strategi memungkinkan adanya pendapatan devisa dengan cara penyelundupan barang ke luar negeri. Penyelundupan terpaksa dilakukan karena ada blokade Belanda, sehingga perdagangan secara wajar tidak mungkin dilakukan. Karena lokasinya strategis, Sumatra tepat dijadikan sebagai sasaran dana Dakota.

Seperti tertulis dalam buku Sejarah Operasi Penerbangan Indonesia periode 1945-1950 yang diterbitkan Dinas Sejarah TNI AU, sasaran dana Dakota di antaranya daerah Lampung, Bengkulu, Jambi, Pekanbaru, Bukittinggi, Tapanuli dan Aceh.

Untuk mengumpulkan dana itu, Soekarno berpidato pertama kali pada 16 Juni 1948 di Aceh Hotel, Kuta Raja, dan berhasil menggugah semangat rakyat Sumatra khususnya Aceh. Lalu panitia Dakota dibentuk, dan diketuai oleh Djunet Yusuf, Said Ahmad Al Habsji. Dalam tempo dua hari, masyarakat Aceh berhasil mengumpulkan uang 130.000 straits dollar.

Uang itu digunakan untuk membeli pesawat terbang AURI. Soekarno menunjuk Opsir Udara II Wiweko Supono sebagai Ketua Misi Pembelian pesawat Dakota yang kemudian diberi nama RI-001. Berbekal pesawat itu dipimpin Wiweko, perintis Angkatan Udara, gencar terbang ke India dan Birma.

Bermodal RI-001 Seulawah, Wiweko Supono berhasil mendirikan perusahaan penerbangan niaga yang dikenal sebagai 'Indonesia Airways'. Pesawat RI-001 ini sekaligus menjadi pesawat Kepresidenan, dan digunakan pengangkut pejabat pemerintahan ketika kunjungan ke luar negeri atau ke daerah-daerah, misalnya ke Sumatra.

Kedatangan RI-001 ke Aceh merupakan bukti nyata bagi rakyat Aceh atas sumbangan lewat dana dakota tersebut. Sebagai bentuk rasa terima kasih dari pemerintah pusat maka 'joy-flight' pertama kali dilakukan di Aceh dengan penumpang para tokoh, pemuka, dan pedagang Aceh.(mdk/tts)

 Kisah pesawat TNI AU RI-003 hasil barter 12 kg emas   

Peringatan HUT TNI AU digelar setahun sekali. 9 April 2013 merupakan peringatan HUT AU ke 67. Sejarah operasi penerbangan angkatan udara tidak lepas dari kelengkapan pesawat, baik pesawat tempur maupun angkut. Setelah menyewa pesawat R1-002, pemerintah RI juga pernah membeli pesawat angkut pertama kali, diberi nama R1-003.

Pada awal kemerdekaan, pengembangan operasi penerbangan TNI AU membutuhkan angkutan udara yang kuat. Maka saat itu pada Desember 1947, pemerintah republik ini membeli pesawat Avro Anson milik bangsawan Australia, H Keegan, dengan nomor registrasi VH-BBY. Pesawat ini dibeli dengan cara barter emas seberat 12 kg sumbangan rakyat Sumatra.

Seperti tertulis dalam buku Sejarah Operasi Penerbangan Indonesia periode 1945-1950 yang diterbitkan Dinas Sejarah TNI AU pesawat ini diterbangkan sendiri oleh pemiliknya dari Songkhla, Siam Selatan langsung ke Bukittinggi setelah ada 'clearance' dari perwakilan AURI di Singapura. Dengan demikian pesawat itu menjadi milik AU, dan nomor registrasi diganti menjadi RI-003.

Beberapa hari setelah pembelian, RI-003 dengan pilot Opsir Udara 1 Iswahjudi telah mengemban misi pertama, yakni pergi ke luar negeri dengan membawa penumpang Komodor Muda Udara Halim Perdanakusuma dan Keegan. Komodor Muda Halim pergi ke luar negeri untuk proyek pengadaan pesawat lain, sekaligus mengantar pemilik ke Songkhla.

Pada 14 Desember 1947 pesawat terbang kembali dari Songkhla ke Bukittinggi. Namun sebelum ke Bukittinggi, Komodor Halim bermaksud mampir ke Singapura untuk menghubungi perwakilan RI dalam rangka pengadaan pesawat lain. Nahas, sebelum sampai ke Singapura, RI-003 mengalami kecelakaan di Tanjung Hantu di Semenanjung Malaya karena cuaca buruk.

Waktu itu penerbangan dilakukan sangat rendah untuk menghindari sergapan radar yang selalu mengintai pesawat AURI.

Kemungkinan besar RI-003 kecebur laut dengan membawa korban Opsir I Iswahjudi selaku pilot dan Komodor Muda Halim Perdanakusuma, sebagai satu-satunya penumpang. Jenazah Komodor Muda Halim ditemukan terdampar di tepi pantai. Sebagai bukti sejarah pesawat ini, berdiri monumen yang terletak di Nagari Gadut Kecamatan Tilatang Kamang berjarak 5 km dari kota Bukittinggi.(mdk/tts)


  ● Merdeka  

3 komentar:

  1. masih ada yg mau komen bahwa indonesia cuma jawa dan cuma jawa yg boleh jadi pemimpin?
    baca sejarah dulu deh... biar tahu indonesia itu jauh lebih besar dan jauh lebih agung daripada sekedar kepicikan kesukuan orang2 di dalamnya!

    BalasHapus
  2. Mohon diralat info beritanya pak,Pesawat RI001 dan RI002 adalah Sumbangan Rakyat Aceh bukan Sumbangan Rakyat

    BalasHapus
  3. Mohon diralat info beritanya pak,Pesawat RI001 dan RI002 adalah Sumbangan Rakyat Aceh bukan Sumbangan Rakyat Sumatera,sukarno sambil menangis dan bersumpah jika rakyat aceh membeli pesawat untuk RI dia berjanji akan diberlakukan syariat islam di Aceh,ternyata belum kering air ludahnya sendiri Sukarno sudah ingkar janji pada rakyat Aceh pada tahun 1950 provinsi Aceh dilemburkan ke dalam provinsi Sumatera Utara,akibat pengkhiatan tsb Rakyat Aceh merasa harga dirinya sudah di injak-injak maka Rakyat Aceh memprotes kepada sukarno melalui pemberotakan Di/TII,karena rakyat aceh sudah kecewa kpd sukarno karena apa yang mereka perjuangakan untuk kemerdekaan indonesia tidak dihargai oleh Sukarno,Rakyat Aceh memberontak hanya kepada pemerintah Bukan memberontak kepada Rakyat Indonesia

    BalasHapus

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.