Kamis, 02 Mei 2013

Ancaman Nyata Saat Ini Bukan Musuh Bersenjata, Tapi Narkoba

http://www.aktual.co/images/content/2012/06/04/82042925f74c2d479555ad4918f34a01_a.jpg
 Laksamana Pertama Untung S 
Jakarta Penangkapan Komandan Pangkalan AL Semarang Kolonel Antar Setiabudi karena mengkonsumsi narkoba membuat terpukul instansi TNI AL. Tak ayal, TNI AL menyebut ancaman nyata sekarang ini bukanlah musuh bersenjata melainkan barang haram tersebut.

"Ancaman nyata di depan mata saat ini bukan musuh bersenjata, tapi ya narkoba," tegas Kepala Dinas Penerangan AL Laksamana Pertama Untung Surapati dalam Focus Group Discussion (FGD) di Gedung BNN, Jl MT Haryono, Cawang, Jakarta Timur, Rabu (1/5/2013).

Untung menyatakan, pimpinan kesatuan seharusnya mampu menjadi teladan dan contoh kepada anak buahnya. "Bisa dibayangkan aparat yang harusnya menjaga laut sementara dirinya terkena masalah narkoba," katanya.

Dalam forum itu, Untung juga berbicara panjang lebar mengenai kehebatan bangsa Indonesia di zaman dahulu kala. Bangsa yang memiliki peradaban lebih dahulu ketimbang Mesopotamia dan Yunani seharusnya mampu menciptakan trendsetter dan bukan hanya mengekor peradaban lainnya.

Untung memulai pembicaraannya dengan penemuan situs megalitikum Gunung Padang di Sukabumi, Jawa Barat. Sebuah situs yang diperkirakan memiliki peradaban jauh dari Mesir yang sampai sekarang masih dalam proses eskavasi tim arkeolog.

Untung bertutur bagaimana kehebatan nenek moyang Nusantara membangun sebuah peradaban dengan bukti peninggalan Gunung Padang. Cerita sejarah lainnya adalah kehebatan kerajaan-kerajaan Nusantara, Majapahit dan Sriwijaya, yang berhasil menjajal pelosok benua dengan menggunakan armada maritim zaman dulu.

Perwira tinggi yang mengenyam Akabri tahun angkatan 1984 ini mencontohkan bagaimana kerajaan-kerajaan Nusantara dapat menaklukan Vietnam yang dulu sangat sulit dikuasai bangsa kulit putih.

"Kita adalah bangsa hebat, kalau begitu harusnya kita menjadi trendsetter dan bukan follower," ujarnya.

Di lain sisi, jenderal berbintang satu kelahiran Purbalingga ini pun mengkritik pola pemerintah yang mengimpor garam ke Indonesia. Bagaimana tidak, menurutnya, kekayaan maritim yang terbentang di Indonesia seharusnya dapat dimanfaatkan untuk kepentingan bangsa Indonesia.

"81 ribu kilometer panjang garis pantai kita, aneh bin ajaib, garam pun kita masih impor," ujarnya.

Dia juga menyoroti anggaran pertahanan. Indonesia yang sebagian besar wilayahnya adalah maritim, anggaran pertahanan kurang dari 30 persen. Jumlah tersebut memaksa membuat Indonesia berada di peringkat keenam di Asean, tepat setelah Vietnam yang baru saja bergabung menjadi peserta Asean.

"2/3 wilayah Indonesia terdiri dari laut, laut kita luar biasa suburnya. yang menyedihkan anggaran pertahaan kita kurang dari 30 persen di Asean ranking keenam, bandingkan dengan Vietnam yang sudah di atas kita anggaran pertahanan yang tinggi," papar pria kelahiran Purbalingga ini.(ahy/nrl)

  ● detik   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.