Rabu, 08 Mei 2013

Kisah Penjaga Presiden dari Indonesia Timur

Probolinggo Usianya masih muda, namun tanggung jawab yang dia emban tidaklah ringan, menyangkut keselamatan orang nomor satu di negara ini, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Ia adalah Letnan Satu Artileri Pertahanan Udara (Arh) Daud Yanggroseray, pria kelahiran Jayapura 8 Desember 1986 yang mendapat kepercayaan menjadi anggota Pengamanan Pribadi (Pampri) Presiden Yudhoyono sejak 2013.

"Besar kebanggaan ketika masuk di Pasukan Pengaman Presiden, tugas yang mulia dan kebanggaan yang tinggi saya bergabung bersama rekan-rekan dari seluruh Indonesia dari Sabang sampai Merauke, berkumpul di sini untuk menjaga keamanan Presiden," kata Daud di sela tugas mengawal Presiden meninjau Latihan Gabungan TNI beberapa waktu lalu.

Daud, yang menghabiskan masa kecil hingga remajanya di Jayapura, selepas SMA melanjutkan pendidikan di Akademi Militer Magelang pada 2005 dan lulus pada 2008.

"Saya melanjutkan pendidikan Pusdik Arhanud di Malang, saya kebetulan diterima masuk Korps Arhanud, 2009 di Batalyon Arhanudse 14," tuturnya.

Pada 2013 awal, ia ditarik ikut seleksi Pasukan Pengamanan Presiden (Paspamres) bersama para prajurit dari seluruh Indonesia, dari Kodam Bukit Barisan sampai Kodam XVII Cendrawasih. Daud termasuk salah satu yang lolos seleksi.

Komandan Pasukan Pengamanan Presiden, Mayor Jenderal Doni Monardo, mengatakan anggota Paspamres yang bertugas sebagai Pampri diseleksi secara seksama, melalui sejumlah tes yang tidak mudah.

"Inti dari unsur pengamanan yaitu loyalitas, kesetiaan, kecerdasannya, kesigapannya," kata Doni.

Sebagai Pampri, Daud merupakan bagian dari petugas yang mengamankan Presiden dari jarak dekat.

"Saya bertugas di ring satu, mengamankan berkaitan dengan pengamanan presiden dari kegiatannya," kata Daud.

Kesempatan

Daud mengatakan peluang untuk bergabung dengan Paspampres dan menjadi pengaman pribadi Presiden terbuka lebar bagi putra putri asal Papua, sama seperti peluang putra-putri daerah lain.

"Untuk adik-adik saya di Papua, bukan kita di ujung timur menghambat kita untuk maju bergabung dengan rekan-rekan kita lainnya yang ada di Pulau Jawa," kata Daud, yang setahun sekali pulang ke Jayapura saat cuti. 

Daud, yang ingin bisa mencapai jenjang perwira tinggi (Pati) dalam karir militernya, berharap ke depan makin banyak putra-putri Papua yang menorehkan tinta emas dalam karir kemiliteran. 

Pria yang sampai sekarang masih melajang itu juga berharap pada masa mendatang pembangunan bisa menyentuh seluruh pelosok tanah kelahirannya, Papua, salah satu pulau terbesar di Nusantara.

"Pandangan saya (pembangunan) di Papua yang masih terhambat dan berkembang lambat, mungkin (selanjutnya) harus dibangun oleh kita-kita sendiri, jadi mari kita sama-sama membangun Papua dari diri kita," demikian Daud Yanggroseray.

  ● Antara  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.