Senin, 29 Juli 2013

SBY Disadap, Pengamanan Ring 1 Harus Bertanggung Jawab

http://static.republika.co.id/uploads/images/detailnews/mata-mata-dan-penyadapan-arus-data-dan-komunikasi-ilustrasi-_130701211103-918.jpgJAKARTA - Pengamat militer, Andi Widjajanto mengungkapkan, dalam ranah intelijen--operasi intelijen berupa aksi sadap lumrah dilakukan. Termasuk tindakan intelijen Australia menyadap Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

Namun, jika Presiden SBY disadap yang salah dan bertanggung-jawan itu regu pengamanan Presiden. karena harusnya mereka membuat ring 1 steril.

"Jika SBY disadap yang salah itu regu pengamanan presiden yang bertanggung jawab membuat ring 1 steril," tegas dia saat dikonfirmasi Tribunnews.com, Senin (29/7/2013).

Atas tindakan tersebut, kata dia, Indonesia melakukan aksi balasan. Berupa balasan kontra intelijen yang lain terhadap Autralia. Misal, usir agen intel Australia yang diketahui ditanam di Indonesia. Atau, perkencang upaya menyadap Australia.

Tapi, opsi kontra intelijen ini terutama dalam kurun itu jangan dibahas di ranah publik. Harus tetap menjadi kerja intelijen yang bersifat rahasia.

Sebelumnya, Perdana Menteri Australia, Kevin Rudd, dikabarkan mendapatkan manfaat dari laporan intelijen Pemerintah Inggris dan Amerika Serikat (AS), tentang sejumlah pemimpin negara Asia, termasuk Presiden SBY, dalam pertemuan puncak G20 di London, Inggris pada 2009.

Menurut pemberitaan The Age, laporan itu kemudian digunakan Kevin untuk mendukung tujuan diplomatik Australia termasuk kampanye untuk memenangkan kursi di Dewan Keamanan PBB.

Dokumen intelijen yang sifatnya sangat rahasia itu, pertama kali dikirim ke Fairfax Media di bawah undang-undang kebebasan informasi, dan sempat juga disinggung oleh whistleblower intelijen AS Edward Snowden.

Snowden mengatakan, bahwa saat itu intelijen Inggris dan Amerika mentargetkan para pemimpin asing dan pejabat yang menghadiri pertemuan G20 2009 di London.

Mantan Perdana Menteri Australia, Julia Gillard juga telah diinformasikan mengenai informasi tersebut.

Kepala Divisi Pertahanan, Intelijen dan Berbagi Informasi Australia, Richard Sadleir pada 17 Juni 2013, bertemu dengan Gillard untuk melaporkan bahwa dokumen yang dibocorkan oleh Snowden merupakan bukti bahwa Markas Komunikasi Pemerintah Inggris (GCHQ), mengoperasikan Pemecah kemampuan intelijen untuk mencegat komunikasi.

Kemampuan pengumpulan intelijen GCHQ di pertemuan G-20 itu diantaranya dapat menembus sistem keamanan smartphone BlackBerry delegasi untuk memantau email dan panggilan telepon.

Selain itu mendirikan warung internet yang memiliki program intersepsi email dan program mata-mata pasword akses dunia maya para delegasi.

   Tribunnews  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.