Selasa, 27 Agustus 2013

Antitank Javelin Masih Negosiasi, Leopard Datang September

 Kemhan memborong sejumlah alutsista. Apa saja? 

Rudal anti-tank Javelin buatan perusahaan Raytheon dan Lockheed Martin di Amerika Serikat
Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin mengungkapkan, pembelian peluncur rudal antitank (ATGM) Javelin masih dalam proses negosiasi. Dia pun enggan membeberkan lebih lanjut soal pembelian alutsista tersebut.

Menurut Sjafrie, alutsista yang sudah pasti dibeli adalah alat peluncur antirudal (MLRS) buatan Brazil. "Untuk Javelin, karena masih dalam tahap negosiasi sehingga masih belum dapat diinformasikan detail soal jumlah dan nilainya," kata Sjafrie.

Kemhan akan membeli 38 unit MLRS. Semua itu akan dikirim konsolidasi di bulan Oktober 2014. "Tapi pengiriman dilakukan secara bertahap, karena kalau tidak, kapalnya nanti tidak muat," ungkap Sjafrie.

Isu pembelian Javelin ini muncul ketika Letnan Satu TNI Bonny Octavian pada 10 Juni lalu, mengatakan TNI berencana memborong alutsista canggih itu. Antitank baru itu dipamerkan dan diperagakan usai pembukaan latihan gabungan Garuda Shield TNI AD dengan tentara AS di Pasifik (USARPAC).

Alutsista lainnya yang akan dikirim bertahap adalah tank Leopard asal Jerman. Proses pengiriman dimulai dari September 2013 hingga Oktober 2014. "Tank Leopard nanti akan mendarat di Pelabuhan Tanjung Priok dan diangkut menggunakan kapal. Tiba di sini akan dibawa menggunakan transporter. Untuk urusan teknisnya nanti biar TNI Angkatan Darat yang mengatur," jelas Sjafrie.

Dia berharap, semua alutsista itu bisa hadir pada saat HUT TNI. Sementara untuk pembelian helikopter serang jenis Apache AH-64, Sjafrie menyebut semua dokumennya sudah diteken pada hari Senin kemarin 26 Agustus 2013.

Indonesia juga akan membeli delapan helikopter dengan mengeluarkan dana sekitar US$ 600 juta. Dana sebanyak itu, menurut Sjafrie, diambil dari APBN.

Dengan uang sebanyak itu, Indonesia dapat suku cadang dan lengkap dengan amunisi tempur. Untuk alutsista ini, Kemhan tinggal diskusi teknis pengiriman saja. "Diskusi teknis itu seperti bagaimana cara mendatangkan pilot dan helikopternya. Dan tidak ada persyaratan untuk pembelian itu," imbuh Sjafrie.

Helikopter AH-64 Apache merupakan kendaraan tempur yang dapat digunakan di semua keadaan cuaca. Alutsista itu dikendalikan oleh dua awak dan persenjataan utamanya adalah sebuah meriam rantai M230 30 mm yang terletak di bawah.(umi)


  Vivanews  

2 komentar:

  1. 10 tahun kedepan (idealnya mulai 2019)Indonesia harus punya presiden sehebat Jokowi dan wapres sekelas Basuki, dengan asumsi Jakarta Baru telah lahir sehingga gairah ekonomi Jakarta sudah maju pesat. Maka Indonesia baru segera menyusul. Saya optimis bahwa belanja alutsista baru bisa mencapai 50T-70T per tahun. Sehingga 2030 kita punya 3 skadron sukhoi, 5 skadron F16, 3 skadron FA50, 3 skadron AH64, 500+ Leopard, 1-2 aircraf carrier + pesawat fighternya, 12-15 kapal selam. Maka kawasan NKRI bakal terjaga, kekayaan alam tidak dicuri, negara lain akan hormat, sehingga omongan pejabat RI akan didengar negara lain.

    BalasHapus
  2. Baca untuk rudal panggulnya ..

    http://pesantrenbudaya.blogspot.com/2013/08/post-hegemony-xxii-beli-rudal-anti-tank.html

    BalasHapus

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.