Jumat, 30 Agustus 2013

Baru Berusia 25 Tahun, Arthur Jadi Pilot Tempur Sukhoi Termuda

 Kisah Penjaga Angkasa Indonesia 

Jakarta - Menjadi pilot termuda pesawat tempur Sukhoi dengan jam terbang masih minim, tidak membuat Letnan Satu Penerbang (Lettu Pnb) Arthur Meyar Julyses Nanulaitta minder. Pria berdarah Ambon ini malah tertantang ingin melakukan yang terbaik demi target lolos tahap konversi dan bisa ikut terbang bermanuver di depan Presiden pada HUT Kemerdekaan 17 Agustus tahun depan.

Baru masuk skuadron Udara XI Pangkalan Udara Sultan Hasanuddin pada Februari 2013, Arthur merupakan pilot paling junior. Saat acara kemerdekaan RI, Sabtu pekan lalu, ia belum ikut terbang. Arthur hanya duduk di ruang briefing pilot Sukhoi sambil membaca dan mencorat-coret peta penerbangan. Bagi lajang kelahiran Jakarta, 16 Juli 1988, itu cara ini memang proses konversi bagi setiap pilot baru yang masuk Sukhoi.

Tidak ada beban, Arthur terlihat santai mempelajari peta navigasi dan sekali-kali melihat aksi para seniornya di televisi. “Saya kan baru pindah dari F-5. Mesti dikonversi lagi untuk belajar menyesuaikan sistem yang baru,” katanya saat ditemui detikcom di Terminal Selatan, Bandara Halim Perdanakusumah, Sabtu pekan lalu.


Pekerjaan menjadi perwira tentara dan penerbang pesawat tempur sebenarnya di luar cita-cita Arthur sejak kecil. Maklum, Arthur kecil bercita-cita ingin bekerja sebagai orang kantoran. Namun, takdir menentukan lain saat dia diterima di Akademi Angkatan Udara di Yogyakarta pada 2006.

Dengan semangat dan restu dari keluarga, ia pun antusias menjalaninya. Lulus dari AAU, Arthur ikut seleksi sekolah penerbangan dan dinyatakan lolos. Pengalaman awal menjadi penerbang pesawat tempur F-5. Karena punya catatan bagus, ia pun direkomendasikan masuk ke jajaran pilot tempur Sukhoi. “Semua pekerjaan ada resikonya. Tapi, kalau dijalani dengan ikhlas, tekun, dan niat, ya asyik dan enggak bakalan susah,” ujarnya dihiasi senyuman.

Sejauh ini, Arthur baru mencatatkan 77 jam terbang untuk Sukhoi. Namun, catatan ini belum termasuk pengalaman menerbangkan F-5. Setiap latihan menerbangkan Sukhoi, Arthur menghabiskan waktu kurang lebih sejam.

Diakuinya, menjadi seorang pilot pesawat tempur memang harus belajar dari para senior. Ia selalu siap menerima saran masukan dari para seniornya. Untuk menambah jam terbang, ia akan selalu siap diperintahkan untuk latihan hingga melakukan operasi latihan di berbagai wilayah perbatasan Indonesia.

Dia juga mengaku siap kalau diinstruksikan untuk belajar di Rusia dalam beberapa bulan. Menurutnya, ini merupakan salah satu target yang harus dilewati agar bisa punya pengalaman jam terbang lebih. “Target saya selesai konversi dulu, baru next berikutnya. Jujur, tahun depan saya juga ada target ingin bisa terbang di hadapan Presiden dan kasih tahu orang tua,” tutur Arthur bersemangat.(brn/brn)

  ● detik  

2 komentar:

  1. izin bertanya pak, apakah dari stm penrbangan bisa jadi pilot pesawat tempur tni ? terima kasih

    BalasHapus
    Balasan
    1. Maaf Admin tidak tahu persyaratan menjadi pilot TNI, silahkan hubungi pihak TNI AU ...

      Hapus

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.