Sabtu, 31 Agustus 2013

☆ Habibie Jelaskan Pencopotan Prabowo dari Pangkostrad

http://tukangngarang.files.wordpress.com/2009/10/prabowo-sby1.jpg?w=590
Prabowo (kiri) bersama Sby era 98
JAKARTA — Situasi kekacauan di Indonesia pada 1998 sangat genting. Jika terlambat ditangani bisa timbul konflik horizontal. Bahkan, kata presiden Republik Indonesia (RI) ketiga BJ Habibie, keadaan yang menimpa Indonesia bisa lebih parah dari konflik yang terjadi sekarang di Mesir.

Beruntung, berbagai jurus dan langkah taktis yang dikeluarkannya mampu mengembalikan stabilitas ekonomi dan keamanan hingga Indonesia tidak mengalami pertikaian berdarah. Ini lantaran ia terus bekerja secara maraton guna menekukan solusi terbaik bagi bangsa ini.

“Waktu 1998 lebih gawat dari Mesir. Kita bangkrut, PHK banyak, orang hidup itu susah. 1.001 macam saya harus selesaikan itu dulu sebelum perang saudara terjadi,” kata Habibie dalam peringatan HUT 19 Tahun Aliansi Jurnalis Independen (AJI) di Jakarta, Kamis (30/8) malam.

Habibie mengenang, ketika sedang menyiapkan Kabinet Reformasi Pembangunan di rumahnya, datang tamu spesial, Pangkostrad Letjen Prabowo. Ia hanya mendengarkan segala saran Prabowo sambil lalu lantaran tengah menyelesaikan pekerjaan.

Pada 22 Mei 1998 di Istana Merdeka, Habibie mendapati Panglima ABRI Jenderal Wiranto yang ingin bertemu dengannya. Waktu itu, Habibie ingin mengumumkan kabinetnya sehari setelah diangkat menggantikan Soeharto.

Dijelaskan Wiranto, kata dia, ada gerakan pasukan Kostrad dari berbagai daerah masuk ke Jakarta tanpa sepengetahuannya. Beberapa pesawat militer yang mengangkut prajurit Kostrad terdeteksi menuju bandara. Hal itu dianggap Wiranto berbahaya karena di luar komando resmi.

Mendapati itu, Habibie segera memerintahkan Wiranto untuk mencopot Prabowo sebelum matahari terbenam. Wiranto yang kaget mendengar instruksi tersebut balik bertanya kepada Habibie perihal siapa yang pantas menjabat Pangkostrad. “Terserah Pangab. Mohon kepada Pangkostrad baru untuk mengembalikan semua pasukan ke pangkalan masing-masing,” kata mantan menteri Riset dan Teknologi itu.

Akhirnya, lanjut Habibie, Prabowo menyerahkan jabatannya kepada Pangdiv I Kostrad Mayjen Johny Lumintang menjelang Maghrib. Sebenarnya, Wiranto ingin agar posisi itu diduduki Pangdam III Siliwangi Mayjen Siliwangi Djamari Chaniago. Lantaran terkendala geografis dan harus melantik Pangkostrad baru, pilihan akhirnya jatuh kepada Johny Lumintang yang berada di Jakarta.

Namun ia hanya menjabat Pangkostrad selama 17 jam lantaran keesokan harinya, Johny Lumintang harus merelakan posisinya untuk diserahkan kepada Djamari Chaniago. Cepatnya pergantian jabatan itu, kata Habibie, lantaran Wiranto ingin mentaati perintah Presiden. “Saya tidak kenal mereka semua. Kalau pergantian dilakukan malam, apa pun bisa terjadi. Saya tidak bisa mengontrol pasukan.”

  Republika 
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhvC-Ik6pAy87Hd6gx929x9COeJRzvIdsbxv3iK2S1y2Up_BVfPZKciQoWTqLcd1YCAtdMYpxjRCTF9hvaQ78aYA6z9u70LlWAUjn8-DgVNCE21EK0bEbxtNpi2jdPPt1k3I2UaijJ3SvKW/s605/1.jpg

1 komentar:

  1. Soeharto dulu juga pangkostrad akhirnya dapat supersemar. Prabowo juga pangkostrad, malah memobilisasi pasukan tanpa koordinasi dengan pangab. bedanya, pas jaman pak harto, pangab TNI sudah dihabisi di lubang buaya, nah pas 98' wiranto dan petinggi TNI non kostrad masih fungsi. Mbok ya mikir, kalo kostrad jadi ngumpul di jakarta kan bisa perang sesama TNI (Wiranto Vs Prabowo).

    BalasHapus

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.