Senin, 26 Agustus 2013

Misi Formasi Kepala Panah di Hari Kemerdekaan

 Kisah Penjaga Angkasa Indonesi 

Jakarta - Hari masih pagi, namun aktivitas di Terminal Haji Selatan Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Sabtu pekan lalu (17/8) telah ramai. Ratusan kru teknisi berseragam hitam dengan aksen biru di bagian lengan dan berseragam merah aksen hitam tampak lalu lalang di lapangan terminal.

Di sana terparkir rapi 14 pesawat tempur, delapan di antaranya jet tempur Sukhoi, dan enam pesawat tempur jenis F-16. Di dalam lantai dua ruangan terminal, tampak anggota TNI Angkatan Udara yang sibuk dengan pekerjaannya masing-masing.

Dengan bantuan partisi, ruangan sekitar 7x7 meter itu dibagi menjadi empat bagian. Bagian pertama di isi dengan radio komunikasi dan layar televisi untuk mengontrol koordinat, lalu sebuah televisi layar datar tergantung di dinding untuk memantau upacara detik-detik proklamasi.

Ruangan yang lebih besar diisi dengan sekitar 30 kursi dan sebuah layar proyektor. Dua ruangan lainnya digunakan untuk briefing oleh dua unit kesatuan, yakni Skuadron Udara XI dari Lanud Hasanuddin, Makassar, markas penerbang Sukhoi, dan Skuadron III dari Lanud Iswahyudi, Madiun, markas penerbang F-16.

Total pilot yang akan terbang yakni 14 dari Sukhoi untuk 8 pesawat dan 8 pilot F-16 untuk 6 pesawat. Mereka yang sudah mengenakan seragam hijau khas penerbang itu duduk rapi dan memandang lurus ke arah komandan skuadron yang menerangkan sambil menulis di papan tulis putih.

Suasana yang ramai tak bisa mengalihkan perhatian dan konsentrasi mereka. Tak ada gurat cemas melainkan wajah yang tetap terlihat tenang tapi serius.

Saat briefing, Letnan Kolonel Penerbang Setiawan, Komandan Skuadron F-16 menyampaikan materi-materi untuk menyegarkan ingatan para awak penerbang tentang persiapan emergency juga terkait formasi.

Dia bilang formasi yang akan ditampilkan hari itu adalah arrowhead alias kepala panah. Enam jet tempur F-16 berada di depan membentuk segitiga, lalu empat jet tempur Sukhoi di kanan dan empat lainnya di kiri.

Adapun posisi ujung kepala panah di tempati oleh pilot yang sudah mengantongi 3000-an jam terbang itu. “Jadi saya nanti yang pimpin flight dan bertanggung jawab untuk ketinggian, timing, dan juga track,” kata dia saat berbincang dengan detikcom seusai briefing, Sabtu pekan lalu.

Pria kelahiran Ambon, 40 tahun silam itu menuturkan ini bukan kali pertama pihaknya terbang bersama unit satuan Sukhoi atau bergabung dengan satuan lain seperti Hawk, dan F-5. Tapi memang ini adalah kali pertama kedua jenis pesawat tempur yang diproduksi Amerika dan Rusia itu terbang dalam satu formasi.

“Penggabungan ini sudah sering kita lakukan tapi formasinya beda. Sebelumnya F-16 dan Sukhoi terbang tidak menjadi satu formasi, dan ada manuver-manuver lain. Kalau ini kita sedikit modifikasi, jadi hanya melakukan dalam satu mass formation oleh 14 pesawat lalu ada break off tapi tidak sesignifikan sebelumnya,” kata dia menjelaskan.

Letkol Penerbang Deddy, Komandan Skuadron XI dari Lanud Sultan Hasanuddin juga baru selesai mem-briefing anggotanya. Selain Deddy, ada 13 orang pilot yang akan ikut menerbangkan 8 jet tempur Sukhoi pada Hari Kemerdekaan, salah satunya yaitu Mayor Penerbang Wanda Surijohansyah, yang sudah mengantongi 1.800 jam terbang.

Bagi pria berusia 33 tahun asal Dompu, NTB, ini terbang dengan untuk misi formasi pada peringatan proklamasi membawa rasa bahagia. “Setiap misi adalah sesuatu yang excited. Karenanya saya tidak boleh anggap remeh apapun misi itu, biarpun terbang biasa,” kata Mayor Wanda yang juga seorang instruktur penerbang di Sukhoi.

Meski keahlian formasi adalah salah satu dari sekian keahlian yang bisa dibilang sudah dikuasinya, Wanda tak mau sesumbar. Ia mengakui tetap saja ada rasa deg-degan setiap kali ia akan menerbangkan pesawat.

“Ngapa-ngapain pun itu harus kita anggap riskan, hanya saja sekarang bagaimana cara kita menekan risiko dan menekan rasa excited, itu yang susah. Kalau deg-degan itu akan bisa menutupi semua kamampuan kita,” kata dia.

Tantangan terbang untuk misi formasi seperti pada 17 Agustus kemarin, kata dia, adalah kemampuan untuk kerja sama dan koordinasi dengan semua anggota tim. “Kalau atas nama skuadron atau koop, atau nama negara itu yang sangat susah, apalagi dengan formasi besar seperti ini, semua saling terkait, kalau satu salah semua salah," katanya membeberkan.

"Jadi benar-benar menantanglah, bagaimana saya bisa saling mendukung dengan yang di depan dan yang lainnya,” Wanda melanjutkan.

*****

Pukul 09.00 WIB, masing-masing pilot, dimulai dari awak Sukhoi, lalu F-16, mulai masuk ke ruangan lain tempat segala perlengkapan terbang dipajang. Satu per satu mereka memakai G Suit dan pelampung dibantu dengan teknisi bagian alat dan perlengkapan. Sebelum menuju pesawat, ada juga yang menyempatkan berdoa dan berwudhu sejenak.

Sekitar 20 menit kemudian, mereka menuruni tangga terminal menuju pesawat yang parkir di area landasan pacu. Satu per satu menenteng tas berisi helm dan juga masker oksigen. Tak lupa, mereka juga menyelipkan kaca mata hitam untuk menghalau silau sinar matahari yang pagi itu memang sangat terik.

Satu per satu mesin pesawat tempur mulai dinyalakan. Suaranya mesin jet buatan Rusia itu meraung-raung bising memekakkan telinga. Siapapun yang berada di arena lapangan otomatis menempelkan tangan ke telinga atau menyumbatnya dengan peredam suara. Empat Sukhoi ambil posisi lepas landas, di susul empat lainnya, menjadi titik di ketinggian lalu menghilang di balik awan.

Setelah Sukhoi terbang, giliran awak F-16 yang turun. Mereka berjalan berjejer dengan langkah yang seirama, bak pasukan pengibar bendera. Lettu penerbang Jaka Arastya, awak pilot F-16 yang bertugas mengurus radio komunikasi dan tak ikut terbang sibuk mengabadikan satuannya dengan kamera. “Untuk dokumentasi saja setiap ada misi terbang memang kita selalu ada foto,” kata Jaka.

Raungan pesawat kembali terdengar saat para penerbang mulai menyalakan mesin. Pukul 10.00 WIB, semua pesawat tempur sudah meluncur dari landasan menyisakan suara bising yang perlahan-lahan makin tak terdengar.

*****

Sementara itu dari puluhan anggota TNI Angkatan Udara berseragam biru lainnya sudah mengerumuni layar televisi. Lainnya memantau layar penunjuk koordinat pesawat-pesawat dan beberapa pilot lain bertugas menjaga radio komunikasi.

Di layar televisi, terlihat komandan upacara yakni Kolonel Penerbang Ronald Lucas Siregar memberi laporan tanda upacara bendera detik-detik proklamasi siap dimulai.

Pembaca protokol upacara terdengar memberi aba-aba adanya atraksi dari pesawat F-16 dan Sukhoi milik TNI-AU sebagai ucapan syukur atas Ulang Tahun RI ke-68. Sesaat suara hening dan semua orang yang ada di terminal melotot ke arah televisi. “Masih ada waktu, satu menit lagilah, oke, pas. Ah, terlambat sedikitlah,” kata suara seseorang dengan antusias.

Ke-14 pesawat tempur itu melintas dengan ketinggian yang cukup rendah di sambut riuh suara anggota TNI AU yang ada ada di terminal Haji Selatan di Halim. Ada yang terlihat kecewa karena tak kebagian melihat atraksi tersebut, karena hanya muncul beberapa detik di layar televisi.

“Ya memang cuma lewat saja, segitu doang, di mana-mana independence day juga begitu, di Amerika juga, pesawatnya lewat saja pakai asap,” kata Kolonel Agung sambil tak lepas memperhatikan jalannya upacara.

Pukul 10.55, pesawat mulai terdengar mendekat. Dimulai dengan empat Sukhoi yang datang beriringan, lalu berpencar mengambil formasi landing, dan mendarat satu per satu dengan bantuan parasut udara di belakang pesawat. Tak lama kemudian, giliran F-16 yang mendarat satu pet satu di landasan dan mengambil posisi parkir. Tim teknisi langsung datang mendekat, membantu para awak.

Setiap pilot yang turun dari kokpit pesawat keluar dengan senyuman di sambut jabatan tangan erat dari timnya. Lalu sesama pilot lain pun bersalaman petanda misi telah sukses. “Terima kasih atas segala pikiran dan tenaga dan waktu kalian, tugas ke depan enggak akan lebih mudah dan enggak lebih sulit, pasti akan selalu ada tantangan,” kata Letkol Setiawan yang disambut tepuk tangan seluruh timnya.

Sebagai ucapan syukur, saat itu juga mereka mengambil posisi melingkar, lalu berdoa. Rasa semangat telah sukses terlibat dalam upacara nasional mereka rayakan dengan meneriakkan yel-yel lalu berfoto bersama. Di lapangan pun mulai berdatangan keluarga para pilot, mulai istri, saudara yang menyambut mereka senyum dan pelukan.(brn/brn)

  ● detik 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.