Rabu, 14 Agustus 2013

Rangkaian Penembakan Polisi: Aksi Teroris Atau Preman?

 Dalam sebulan terakhir, terjadi empat penembakan polisi. 

Penembakan yang menyasar anggota polisi belakangan semakin sering terjadi. Dalam satu bulan terakhir saja, setidaknya ada empat insiden dengan modus seperti itu.

Yang terbaru terjadi Selasa pagi, 13 Agustus 2013. Rumah Ajun Komisaris Tulam di Perumahan Banjar Wijaya di Cluster Yunani, Kelurahan Cipete Pinang, Kota Tangerang, ditembak orang tak dikenal.

Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Rikwanto mengatakan insiden itu berawal saat anggota Direktorat Narkoba Polda Metro Jaya itu akan berangkat dinas, pada pukul 06.00 WIB.

Tak lama setelah ia keluar rumah, tiba-tiba terdengar suara tembakan. Sang istri yang baru saja menutup pintu gerbang kaget alang-kepalang. Tulam pun kembali masuk rumah. Setelah dicek, peluru menghantam kaca pintu rumah yang terdiri dari dua lapis dengan ketebalan 2 milimeter, namun hanya memecahkan lapis pertama.

Tim identifikasi Polri langsung bergerak ke lokasi untuk melakukan olah Tempat Kejadian Perkara (TKP). Penyidik menduga pelaku menembak dari pinggir jalan dari luar pintu gerbang menggunakan air softgun. "Hasil olah TKP sementara tidak ditemukan proyektil peluru," kata Rikwanto.

Penembakan yang lebih brutal terjadi sepekan sebelumnya, 7 Agustus. Kali ini bahkan menewaskan Ajun Inspektur Satu Dwiyatna (50). Anggota satuan Pembinaan Masyarakat Polsek Metro Cilandak itu ditembak orang tak dikenal di Jalan Otista Raya, Ciputat, Tangerang Selatan, pada pukul 05.00.

Saat ditembak, Aiptu Dwiyatna sedang mengendarai sepeda motor dinasnya, Suzuki Smash bernomor polisi 2643-31 VII. Ketika itu Dwiyatna akan menuju Lebak Bulus untuk memberikan ceramah subuh. Namun, di tengah jalan, dia dipepet oleh dua orang yang mengendarai sepeda motor.

"Ditembak di bagian kepala. Penembakan dilakukan dari jarak dekat," Rikwanto menjelaskan.

Dwiyatna sempat mendapat pertolongan di Rumah Sakit Sari Asih Ciputat, namun nyawanya tidak bisa diselamatkan.

Selain Dwiyatna, timah panas juga menyasar polisi lalu lintas Polres Metro Jakarta Pusat, Ajun Inspektur Dua Patah Saktiyono (53). Patah ditembak, lagi-lagi oleh orang tak dikenal, pada Sabtu, 27 Juli 2013. Peristiwa itu terjadi sekitar pukul 04.30 di Jalan Cireundeu Raya, Ciputat, Tangerang Selatan.

Ketika itu Patah hendak pergi bekerja dari kediamannya di Bojongsari, Depok. Tiba-tiba, dua orang yang mengendarai sepeda motor mengokang senjata api dan menembak dada kirinya, hingga tembus. Setelah ditembak, Patah masih berusaha mengendarai kendaraannya sejauh 200 meter sampai di sebuah masjid. Berkat pertolongan warga, nyawanya bisa diselamatkan.

Menurut keterangan saksi, pelaku mengenakan jaket dan helm berwarna gelap. Dari penyelidikan, diduga penembak mengetahui bahwa korban adalah seorang polisi. Penembakan yang juga dilakukan dari jarak dekat ini mengindikasikan pelaku sudah merencanakannya.

Jika tiga kasus di atas terjadi di Tangerang, penembakan yang lain terjadi di Markas Polsek Palu Selatan, Sulawesi Tengah, pada Rabu malam, 17 Juli 2013. Beruntung, tidak ada korban jiwa.

Kepala Bagian Penerangan Umum Mabes Polri, Komisaris Besar Agus Rianto, mengatakan penembakan itu terjadi sekitar pukul 23.00 WITA.

Menurut keterangan saksi, pelakunya adalah dua orang yang mengenakan baju gelap dan--juga--mengendarai sepeda motor. Mereka berhenti di depan Mapolsek dan langsung memuntahkan tiga tembakan dengan senjata laras panjang.

 Pelaku sama 

Polda Metro Jaya menduga eksekutor Aiptu Dwiyatna sama dengan penembak Aipda Patah Saktiyono. Itu dilihat dari kesamaan modus operandinya, yakni sama-sama mengendarai sepeda motor dan menembak dari belakang.

Berdasarkan hasil pemeriksaan lima orang saksi terungkap bahwa jenis peluru yang digunakan ternyata sama. Rikwanto menambahkan, dari tempat kejadian perkara, polisi menemukan selongsong peluru dan proyektil dari senjata api jenis FN Baretta 9,9 milimeter.

Selain itu, kedua anggota polisi itu ditembak dari jarak dekat. "Diikuti dengan titik tertentu sebagai sasaran dengan jarak yang pas. Jadi patut diduga para pelaku sudah mengikuti mereka," ujar Rikwanto.

Polda meyakin kedua anggota mereka memang jadi target karena tak ada harta benda yang hilang. Menurutnya penembakan ini bermotifkan aksi teror terhadap anggota kepolisian. Dari dua anggota polisi yang menjadi korban, tidak ditemukan ada latar belakang yang cukup kuat bahwa keduanya pernah berselisih dengan seseorang.

Rikwanto mengatakan pelaku sengaja mencari target dengan identitas kepolisian yang jelas terlihat. Aiptu Patah saat penembakan tengah menggunakan helm bertuliskan polisi. Adapun Aiptu Dwiyatna mengendarai sepeda motor yang berpelat nomor polisi dan mengenakan jaket polisi.

"Pelaku penembakan seperti sudah terlatih dan terbiasa menggunakan senjata api," kata Rikwanto.

Mantan Kepala Badan Intelijen Nasional (BIN), AM Hendropriyono, memperkirakan pelaku penembakan itu adalah orang-orang baru yang dikendalikan kelompok lama. Karena itu, untuk mengetahui siapa pengendalinya, dia menyarankan aparat untuk membuka berkas-berkas lama.

Dari situ, kata Hendro, dapat dilihat bagaimana karakter dan metode penembakan, sehingga bisa diselidiki berasal dari kelompok mana mereka. "Kelompoknya lama, sedangkan pelaksananya baru. Mudah-mudahan terungkap," kata dia.

Mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla menduga rangkaian penembakan tersebut merupakan aksi balas dendam kelompok teroris. Sebab, sudah banyak teroris yang ditangkap dan ditembak mati Detasemen Khusus Anti Teror Polri. "Itu hanya aksi balasan dari teroris, preman tidak seperti itu," kata Jusuf Kalla.

Untuk mengantisipasinya, Kapolda Metro Jaya Inspektur Jenderal Putut Eko Bayuseno telah menginstruksikan agar polisi tidak bertugas sendirian. Minimal, ada dua orang atau lebih. "Sehingga bila terjadi sesuatu, ada perlawanan dan bisa menginformasikan ke petugas yang lain," katanya. Selain itu, pengamanan di semua kantor polisi diminta untuk diperketat. (kd)

  ● Vivanews  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.